" Hari ini sungguh sial.
Jalanan macet, angkot biadab berhenti sembarangan, bos di kantor kurang ajar,
mengapa semua orang menjadi bodoh hari ini…? Benar-benar menjengkelkan…! "
Bayangkan jika setiap pagi kita
mengucapkan kata-kata seperti itu dari lisan kita, seratus persen pasti akan
mempengaruhi suasana hati. Betul kan…? Setelah hati terpengaruh, akan
menimbulkan efek juga kepada tindakan. Setuju…?
Bacalah pelan-pelan kalimat di
atas sekali lagi. Rasakan sendiri betapa tidak nyamannya kita mengucapkan
kata-kata yang tidak positif tersebut, seperti sial, macet, biadab, kurang
ajar, bodoh, dan menjengkelkan.
Karena itu berjuanglah sepenuh
tenaga untuk disiplin dalam berbicara. Inilah salah satu medan jihad kita,
yaitu jihad lisan. Rasulullah sendiri memerintahkan untuk meninggalkan kata-kata
yang memiliki nilai rasa yang tidak positif. Seperti cerita seorang
sahabat Nabi yang bernama Hazan berikut ini,
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اسْمُكَ ؟ قُلْتُ : حَزَنٌ ، قَالَ : بَلْ أَنْتَ سَهْلٌ
" Nabi bertanya siapakah
namaku, maka aku menjawab bahwa namaku Hazan ( kesedihan ), lalu Nabi
menasihati agar aku mengganti nama dengan Sahal ( kemudahan )." Hadist
Riwayat Bukhari
Rasulullah mengetahui bahwa
sebuah kata memiliki kekuatan mempengaruhi yang besar. Karena itu nama
seseorang pun dianjurkan diganti oleh Rasulullah jika nilai rasa dari kata
tersebut tidak positif.
Dalam kehidupan kita sehari-hari
juga demikian. Berpikirlah sebelum berbicara, terutama jika kata yang belum
positif masih menjadi dialek yang biasa kita ucapkan. Misalnya,
" Saya sedang dapat masalah…! "
" Saya sedang dapat musibah…! "
" Saya sedang dapat bencana…! "
Bukankah kita merasakan sendiri
bahwa masalah, musibah, bencana memiliki korelasi arti yang tidak positif.
Bagaimana jika cukup dengan mengatakan,
" Saya sedang mengalami sebuah peristiwa…! "
" Saya sedang mengalami suatu kejadian…! "
Peristiwa dan kejadian bersifat netral.
Bisa apa saja. Sampai di sini kita sudah berhasil mengganti dengan padanan kata
yang lebih bijaksana. Tetapi apa yang terjadi jika ada pilihan yang lebih
positif lagi,
" Saya sedang menghadapi
sebuah seleksi….! "
Ya, sekarang lebih dahsyat lagi didengar,
masalah diganti dengan seleksi…! Ada benarnya juga. Karena sejatinya masalah
memang sebuah seleksi, mana orang-orang yang berhasil melewatinya dan mana
orang-orang yang justru kalah dengan ujian kehidupannya tersebut.
Jika kita mengganti kata masalah
dengan seleksi, seperti justru menyuntikkan semangat tersendiri dalam diri kita
untuk memenangkannya…!
Karena itu biasakanlah memilih
kata sepositif mungkin, sebagaimana Rasulullah mengajarkan demikian kepada
kita.
Btw… sudah pada sholat dhuha belum….?
Jaga dhuha 8 roka'at ya…! Insya Allah barokah hidup kita.
No comments:
Post a Comment