Photo

Photo

Sunday 1 July 2018

TAWADHU’LAH TERHADAP GURU & Jangan sombong


Hati-hati pada sikap menyombongkan ilmu…!

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim

Umar bin Khaththab ra. memberi nasihat, “ Jangan pelajari suatu ilmu karena tiga tujuan dan jangan pula meninggalkan ilmu karena tiga tujuan. Yakni, jangan pelajari ilmu dengan tujuan untuk berdebat, membanggakan diri dan pamer. Jangan tinggalkan ilmu ( tidak mau belajar ) karena malu mempelajarinya, merasa cukup berilmu dan pasrah karena kebodohan. ”

Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Athaillah berpesan, “ Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang memancarkan cahaya di dalam dada dan menyingkap katup hati. ”

Ilmu harus dapat membentuk diri orang yang berilmu dengan akhlak dan jiwa mulia, serta dapat membentuk anggota masyarakat sesuai dengan tuntunan Ilahi.

Hakikat ilmu adalah yang membawa seseorang mengenal Tuhannya dan timbulnya rasa takut ( khasy-yah ) kepada Allah. Yang dimaksud rasa takut adalah mengamalkan ilmu yang dianugerahkan Allah untuk menghambakan diri kepada-Nya sebagai ciri-ciri orang berilmu. Ilmu menjadi pendorong dan penguat jiwa untuk makin dekat kepada Allah, melebihi orang yang tidak berilmu.

Kalbu adalah wadah ilmu pengetahuan. Membersihkan kalbu merupakan hal yang sangat dianjurkan guna memperoleh pengetahuan yang jernih. Al-Ghazali menjelaskan, “ Kalau kita membayangkan suatu kolam yang digali di tanah, maka untuk mengisinya dapat dilakukan dengan mengalirkan air sungai dari atas ke dalam kolam itu. Bisa juga dengan menggali tanah sehingga muncul mata air. Air akan mengalir dari bawah ke atas untuk memenuhi kolam, dan air itu jauh lebih jernih daripada air sungai yang mengalir dari atas. Kolam seumpama kalbu, air ibarat pengetahuan, sedangkan sungai laksana panca indera dan eksperimen. ”

Ulama-ulama salaf, walaupun sangat dalam ilmunya, tetaplah rendah hati. Seseorang bertanya kepada Imam Malik tentang 40 ( empat puluh ) macam persoalan, tapi beliau hanya menjawab 8 ( delapan ) buah di antaranya dan diam dalam 32 ( tiga puluh dua ) masalah yang tersisa. Semua itu demi kehati-hatian, agar tidak salah dalam berfatwa.

Si penanya sampai berkata, “ Engkau sungguh mengherankan, wahai Malik. Sedemikian inikah ilmu yang kau miliki…? Kami bersusah payah datang mengendarai unta dari Irak dan kamu mengatakan tidak tahu…! ”

Imam Malik menjawab, “ Pergilah kepada orang-orang dan katakan pada mereka, ‘Malik bin Anas tidak tahu apa-apa…! ”

Imam Malik mengingatkan, “ Ilmu itu bukan sekadar kepandaian atau banyak meriwayatkan hadits Nabi saw, akan tetapi ia merupakan nur yang bercahaya dalam hati. Manfaat ilmu akan mendekatkan manusia kepada Allah serta menjauhkannya dari kesombongan. ”

Itulah Imam Malik, padahal Imam Syafi‘i pernah menyatakan, “ Jika disebut ulama, maka Imam Malik-lah bintangnya. ” Khalifah Abu Ja‘far al-Manshur berkata, “ Di antara keajaiban dunia adalah otak Imam Malik. ”,  Imam Malik memiliki keistimewaan dibandingkan ulama lain dari segi pengetahuan tentang sunnah Nabi saw. dan kecerdasan akal. Salah satu murid Imam Malik, yaitu Muhammad bin Idris asy-Syafi‘i, juga demikian rendah hati. Imam Syafi‘i berkata, “ Jika engkau menjawab pertanyaan dengan jawaban “ aku tidak tahu “, maka jawabanmu benar adanya. ”

Beberapa huffâzh ( orang yang hapal ribuan hadits ) bercerita, “ Kami melihat Imam Ahmad bin Hanbal ( di Indonesia masyhur dengan sebutan Imam Hambali, salah satu imam madzhab ) turun ke pasar Baghdad dan membeli tali pengikat kayu bakar lalu memikulnya di punggungnya. Tatkala orang tahu, para penjual meninggalkan jualannya, para pedagang meninggalkan dagangannya dan orang yang berlalu berhenti untuk memberi salam kepadanya. Mereka berkata, “ Kami bawakan kayu bakarmu.”

Tangannya pun bergetar, mukanya memerah dan matanya menangis. Dia berkata, “ Kita adalah kaum miskin, kalaulah bukan karena Allah niscaya terungkap aib kita’. ”

Abdullah, putra Imam Ahmad bercerita, “ Terompah ayahku dipakainya selama delapan belas tahun. Setiap kali berlubang, dia sendiri yang menambalnya, sedangkan dia adalah imam dunia. ” Betapa rendah hati beliau, padahal beliau hapal Al-Qur’an dan ribuan hadits. Imam Ahmad juga menulis al-Musnad dari hapalannya — empat ribu hadits — termasuk salah satu musnad terbesar. Imam Syafi‘i, guru beliau pun pernah berkata, “ Aku keluar dari Baghdad dan penduduknya waktu itu dua juta jiwa. Demi Allah, aku tidak menemui orang paling tahu tentang Allah, paling zuhud, paling alim dan paling mencintaiku selain Ahmad bin Hanbal. ”

Ibnu Athaillah berpesan, “ Orang yang menghormatimu, sebenarnya ia hanya menghormati keindahan tutup yang diberikan Allah untuk ( menutupi aib ) mu. Maka, yang wajib dipuji adalah Dzat yang menutupi ( aib ) mu. ”

Manusia itu tempat salah dan aib. Apabila ada orang memuji kita, itu bukanlah karena kehormatan yang ada pada diri kita, akan tetapi karena Allah menutupi aib kita dengan menampakkan kebaikan kita. Itu semua berkat penutup yang sangat indah dari Allah Jalla Jalâluh. Karunia Allah dan penutup indah ini hendaklah disyukuri, bukan untuk disombongkan.

Untuk menjaga agar tetap rendah hati, mari kita renungkan bersama terjemah firman-firman Allah berikut ini : Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur ( menggunakannya sesuai petunjuk Ilahi untuk memperoleh pengetahuan ) ( QS an-Nahl : 78 )

وَمَاۤ أُوْتِيْتـُمْ مِنَ ٱلْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيْلاً Kamu tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit ( QS al-Isrâ’ : 85 )

Katakanlah, “ Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk ( menulis ) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ( ditulis ) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu ( pula ).” ( QS al-Kahfi  : 109 )

Al-Qur’an menggarisbawahi bahwa rahasia ilmu Allah hanya tercurah kepada mereka yang tidak menyombongkan diri.

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. ( QS al-A‘râf : 146 )

Rasulullah Muhammad saw. juga mengingatkan kita :

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللهُ النَّارَ

Siapa menuntut ilmu untuk mendebat ulama ( karena riya’ dan harga diri ), atau untuk mempecundangi orang-orang bodoh, atau untuk memalingkan muka orang-orang ke arah dirinya ( sehingga namanya terkenal sebagai orang alim ), maka niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka. ( HR Tirmidzi dan Ibnu Majah )

Imam Syafi‘i pernah menggubah kata-kata bersayap, “ Aku mengeluh pada guruku tentang kelemahan hapalanku, maka dituntunnya aku agar meninggalkan kemaksiatan “

Diajarkannya kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya, sedang cahaya Allah tidak dianugerahkan kepada si durhaka.

Ja‘far ash-Shadiq menuturkan, “ Pengetahuan bukanlah apa yang diperoleh melalui proses belajar-mengajar, tetapi cahaya yang ditampakkan Tuhan ke dalam hati orang-orang yang dikehendaki-Nya. ”

Hikam Ibnu atthoilah

Salam Penuh Cinta

Assalamu'alaika ya Rasulullah....

Assalamu'alaika ya Habiballah....

Allohumma sholi wa salim wabarik ala sayyidina Muhammad wa ala aali wa shohbihi ajmaiin

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...