" Guru... mari kita sholat
di masjid, sudah terdengar panggilan adzan Ashar.." kataku mengingatkan..
Tiba” sang guru terhenti, padahal
tadinya ia hendak bersiap untuk pergi sholat ke masjid.
" Aku tidak jadi pergi
sholat kemasjid.. " katanya
" Mengapa guru…? "
Kataku.. " Bukankah sholat fardu di masjid lebih utama…? "
" Ya… tadinya aku akan pergi
sholat ke masjid.. tapi tiba” syaitan hinggap pada dirimu dan mengajakku sholat
karena panggilan adzan.." kata guruku
" Apakah itu salah guru...?
" Dengarlah nak.. aku sholat
bukan karena panggilan adzan.. tetapi karena aku menyaksikan panggilan Allah kepada bashirah didalam
dadaku..
Bila aku sholat karena panggilan
adzan, maka jika aku berada disuatu tempat yang tidak ada adzan, maka aku tidak
akan pernah terpanggil untuk sholat..
Tetapi jika aku sholat karena
panggilan Allah yang menghunjam ke dadaku.. maka kapan saja DIA menyeru, aku
akan segera beranjak sholat, sekalipun tidak ada suara adzan terdengar..
Nak… Sekiranya aku pergi ke
masjid karena suara speaker adzan, maka aku takut tidak dapat mendengar lagi
panggilan-Nya yang lathif ( lembut ) kedalam dadaku, tetapi aku jadi terbiasa
mendengar kerasnya suara manusia..
Ketahuilah nak… aku tidak takut
terlambat sholat, tatapi aku takut menduakan-Nya dengan segala sesuatu.. kalau
aku terlambat sholat dan memohon ampun, maka DIA akan mengampuniku.. tetapi
kalau aku menduakan-Nya, maka sesungguhnya dosa syirik ( mempersekutukan Allah )
itu TIDAK AKAN PERNAH DIAMPUNI…!
Maka... janganlah kamu beribadah
dengan memusyrikkan DIA, karena yang akan kamu dapatkan dari ibadah
hanyalah azab, bukan maghfirrah.. itulah
mengapa engkau lihat diluar sana betapa banyak orang yang sholat di masjid
tetapi akhlaknya masih belum mulia.." Kata guruku..
Aku hanya tertunduk merenungkan
penjelasan sang guru.. Lalu aku teringat :
“ Sesungguhnya shalatku,
pengorbananku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb alam semesta,
tiada sekutu bagi-Nya. Demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku
adalah orang yang pertama berserah diri ( kepada-Nya).’.” Al-An’âm: 162-163
No comments:
Post a Comment