Yusuf As dan Zulaikha ( Rail )
menikah untuk melayani Allah, bukan melayani kemauan hatinya. Jauh sebelum itu
Yusuf As adalah minal atqiyā’: setengah dari para ahli takwa.
Setelah tragedi pemerkosaan Yusuf
oleh Zulaikha seperti dikutip dalam Al-Qur'an berujung gagal, Zulaikha tidak
serta merta menyerah, hasratnya untuk bercinta dengan Yusuf masih berkobar.
Ketika berbagai usaha perayuan
dilakukan Zulaikha pada Yusuf gagal, ia pun mencari jalan lain untuk menaklukan
Yusuf. Karenanya, ia memutuskan mencoba pendekatan lain. Esoknya, ia mengajak
Yusuf ke taman miliknya. Di antara pepohonan, di antara dua sungai dan petakan
bunga tempat berbagi burung Kenari dan burung lainnya berkicau, ia
memerintahkan agar disiapkan tempat tidur untuk Yusuf dengan bantal dan selimut
satin. Lalu, ia memilih dua belas dayang-dayangnya yang paling cantik, dan
menyuruh mereka menemui Yusuf.
“ Aku ingin kalian melayani Yusuf
dengan segenap jiwa dan hati kalian, ” kata Zulaikha kepada mereka, “ Jika ia
memberi kalian racun, ambillah. Jika ia mengusir kalian, patuhilah. Tetapi,
jika ada salah satu di antara kalian yang menarik hati dan keinginannya, kalian
memberitahuku. ”
Seandainya Yusuf tertarik pada
salah seorang gadis dayang ini, pikir Zulaikha, ia akan menggantikan tempatnya
di kegelapan malam dan mengelabui Yusuf untuk bercinta dengannya. Namun,
usahanya ternyata sia-sia belaka. Esok paginya, Zulaikha pergi ke taman itu dan
mendapati dayang-dayangnya duduk mengelilingi Yusuf yang dilihatnya tengah
dalam keadaan khusyuk zikir. Ketika datang menghampirinya, Zulikha mendengar
Yusuf berbicara tentang Tuhan dan memberikan bimbingan spiritual kepada
dayang-dayangnya yang telah menempuh jalan Tauhid. ( Mojdeh Bayat dan Muhammad
Ali Jamnia, " Layla & Majnun; Cerita-cerita Menakjubkan dari Negeri
Sufi". Lentera Jakarta 2007 ).
Zulaikha pun sama dengan Anda,
ketika ia mengejar obsesi, mentarget sasaran, berhasrat menggebu, justru yang
dikejar-kejar tidak kena. Konon setelah suaminya, Qithfī Al-'Azīz, meninggal
dunia, harta Zulaikha habis digunakan untuk membiayai hasrat hatinya mengejar
Yusuf. Tetap yang dikejar tidak kena.
Setelah ia terpuruk, jatuh
miskin, sebagaimana Anda yang seketika baca doa panjang-panjang ketika kepepet
dihadang hantu, Zulaikha pun demikian. Ia tak kuasa lagi mengendalikan
hidupnya, ia menjadi janda miskin yang patah hati berarang, akhirnya ia pun
lari kepada Tuhan. Zikir… Zikir... Zikir…, yang dapat Zulaikha lakukan. Tetapi
setelah ia mengalihkan perhatian dan emosinya kepada kesibukan zikirnya, dan
hatinya mulai bisa rileks, justru ia dipertemukan dengan Yusuf dalam
pernikahan.
Akhirnya, ia menikah dengan Yusuf
dalam keadaan hati yang kosong, hati yang sudah merasakan kalau Yusuf tidak ada
lagi maknanya apa-apa, ketika hatinya sudah tidak doyan dengan Yusuf karena
zikir kepepetnya kala keinginannya tidak tercapai. Lama-lama zikir kepepetnya
membentuk karakter dirinya.
Anda mestinya pernah memakan apa
yang tidak Anda inginkan, entah nemu jodoh dengan orang yang tidak Anda cintai,
entah bekerja pada profesi yang tidak Anda betahi, entah bersanding dengan
tetangga yang bikin masalah terus, atau mungkin hal yang Anda ingini menjauh,
yang Anda enggani malah mendekati, segala hal yang tidak sesuai dengan alam
idea Anda.
Nah ketika Anda merasakan memakan
hal yang tidak sesuai dengan idea Anda, tidak pas dengan hasrat Anda, itu
saatnya Anda memberikan ego Anda kepada Tuhan, misal Anda ingin menikah dengan
XXX, ternyata jodoh Anda di LLL, itu artinya Anda hidup dengan kebunuhan ego
Anda, menjalani hidup semata-mata tunduk kepada kehendak Tuhan yakni berjodoh
dengan LLL.
Zulaikha sepanjang perjalanan
cintanya dalam keadaan zuhud, ketika ia berhasrat menggebu pada Yusuf justru ia
patah hati, ketika ia sudah mengerti Yusuf itu tidak berarti, justru ia bertemu
dalam nikah. Akhirnya sepanjang hayat, ia tidak pernah bertemu dengan yang ia
ideakan dalam egonya, ia bercinta bukan untuk menuruti hasrat egonya, tetapi ia
bercinta demi menuruti Tuhannya. Ini baru disebut hamba yang hanīfan musliman.
Anda tahu zuhud…? Zuhud itu ingkar dunia demi mengutamakan akhirat, ingkar ego demi
mengutamakan Tuhan. Ketika yang Anda rasakan tidak nikmat harus Anda makan,
ketika yang tidak Anda cintai harus Anda nikahi, ketika yang Anda enggani harus
Anda sanding, bukankah itu Anda tunduk hanya pada kehendak-Nya…? Ketika di
zona-zona seperti demikian artinya Anda benar-benar hidup dalam pertapaan,
hidup melawan hasrat ego, Anda hidup di dunia tidak menikmat dunia, tetapi
hidup menikmati kuasa Tuhan, itu semua adalah sikap zuhud yang nyata.
Maka terima saja apa yang tidak
enak di hidup kita sebagai karunia, aamiin...
No comments:
Post a Comment