Photo

Photo

Friday 29 June 2018

SULITNYA HIDUP DI JAMAN JOKOWI



" Gila. Jaman Jokowi ini susah banget nyari kerja.. "

Seorang kerabat mengeluhkan situasinya saat berkumpul ketika mudik lebaran. Ia yang lulusan S1 dari sebuah perguruan tinggi swasta mengeluhkan betapa sempitnya lowongan pekerjaan, karena melamar kemana-mana tidak diterima.

Dalam keputus-asaan itu, ia membaca berita bahwa tenaga kerja asing - terutama dari China - membanjiri negeri ini. Sempurnalah alasannya untuk mengeluh karena ada kambing hitam yang harus ia jadikan tameng ketidak-mampuan.

Saya senyum-senyum saja di pojokan. Sambil seruput kopi hitam dan menjulurkan kaki sambil bermalas-malasan. Ah, ini liburan. Jadi manjakan badan sebelum nanti kembali sibuk di kegiatan.

Mungkin banyak orang seperti saudara saya itu diluar sana. Mereka yang kalah berkompetisi lalu menyalahkan keadaan, bahkan sampai menyalahkan pimpinan. Ia tidak mampu menyalahkan dirinya sendiri yang tidak cerdik melihat peluang, tidak mau mulai dari situasi ketidak-punyaan, dan tidak berpandangan luas ke depan.

Banyak sekali orang yang memandang bahwa bekerja itu harus kantoran. Padahal dampak dari pekerjaan adalah mencari pendapatan dan pendapatan bisa didapat dari mana saja asal mata kita terbuka lebar karena wawasan.

Dia sebenarnya bukan sedang mencari kerja, tapi mencari kebanggaan. Bangga jika ada di sebuah institusi terkenal, meski disana dia hanya jadi kacangan. Bangga dengan seragam atau kemeja rapih dengan halusnya lipatan, meski gaji tidak cukup untuk dimakan sebulan.

Sedikit sekali orang yang memandang bahwa bekerja itu sejatinya adalah bagian dari ekspresi diri. Dan bagaimana ekspresi diri itu bisa mendatangkan pendapatan yang memadai. Dia tidak mampu mengenali dirinya sendiri, " Apa yang bisa saya lakukan…? ". Tapi lebih sibuk menghakimi, " Ini semua salah situasi…"

Seandainya saja dia mau menggunakan gadgetnya untuk mulai mencari peluang, tentu dia sudah keluar dari situasinya sekarang.

Tapi tidak. Dia malah sibuk bicara politik dan membagikan berita-berita yang sesuai dengan apa yang dia pikirkan. Dia berkawan dengan para pengeluh yang sama-sama suka menyalahkan. Jadinya seperti anjing bergonggong bersahut-sahutan, tapi tidak bergerak dari tempatnya meski ada sesuatu di depan..

" Sejatinya semua orang berpeluang sukses..." Kata seorang teman dulu. " Yang membedakan adalah cara mengambil sudut  pandang. Orang sukses melihat masalah menjadi sebuah peluang, sedangkan orang gagal melihat peluang sebagai masalah besar..."

Di tangan kita selalu diberikan dua pilihan, positif atau negatif. Jalan hidup kita ditentukan pilihan yang kita bangun sendiri. Dan sejak dulu - meski dalam keadaan sesulit apapun - saya menolak melihat sesuatu dari sudut pandang negatif, karena itu menghancurkan…

Tapi apa yang harus saya katakan padanya….?

Dia sedang jatuh cinta dengan situasi yang membuat dia nyaman. Situasi terus menyalahkan dan mencari kambing hitam, dimana dia bisa bersembunyi dari semua kelemahan. Tidak ada nasihat yang bisa bermanfaat baginya, karena apapun yang tampak di matanya adalah negatif adanya..

Saya seruput secangkir kopi yang terhidang. Secangkir kopi yang bisa ada dimana saja, di warung, di kafe bahkan di restoran besar, tapi semua orang mencarinya karena dia memberikan kenikmatan kepada semua orang, bukan tergantung pada nikmat yang diberikan orang..

Seruput dulu, ah.. Liburan yang menyenangkan..

SULITNYA MENCARI KERJA...

Gara-gara kerabat yang ngeluh tentang kerja dan menyalahkan Jokowi, saya jadi ingat seorang teman..

Kerjaan dia adalah membuat kerajinan tangan.

Dari buah produksinya itu, dia masukkan ke bukalapak, tokopedia, dan sekarang dia mulai dikenal. Dia juga pamerkan di Facebook, di Instagram dan banyak orang pesan. Ia akhirnya harus menambah orang untuk membantu dia dalam produksi. Sekarang karyawannya sudah 15 orang dan dia happy..

Seorang teman lagi kerjaannya menulis. Dia membukukan beberapa karyanya dan sekarang menjadi ghost writer atau penulis bayangan bagi beberapa perusahaan. Dia sering membagikan tulisannya di Facebook dan Wattpad

Mau tahu dia kerja di mana saja…?

Di pantai sambil liburan, di mall, bahkan di wc sambil ngeden dan pegang gadget. " Ide datang kapan saja, jadi sayang kalau lewat tanpa jadi karya, " Katanya senang.

Seorang teman lagi, seorang emak-emak rumah tangga, menjual rendang di online. Pada saat lebaran, pesanan datang gila-gilaan. Dia harus mengerahkan tetangganya untuk membantunya dan mereka datang dengan senang karena mendapat pekerjaan. Rencananya, dia mau beli mesin untuk pengemasan.

Terakhir seorang teman, yang selalu nongkrong di Alibaba.com melihat barang murah dari China  yang bisa dipesan borongan. Barang-barang yang dia pesan unik, menarik dan murah. Dia jual lagi di toko online dengan harga lumayan. " Kalau internet mati, gua gak makan.." Senyumnya lebar.

Begitu banyak peluang terbuka ketika era internet ini ada. Tidak perlu takut dunia global menguasai, karena untuk konsumsi lokal kitalah yang mengerti. Sektor informal adalah dunia yang terbentang lebar. Tidak ada dalam pikiran teman-temanku itu untuk selamanya menjadi karyawan.

" Kapan kayanya….? " Begitu jawaban mereka standar.

Meski begitu, mereka dulunya karyawan. Bukan karena cita-cita, tapi, " Supaya nambah pengalaman…" Dari karyawan mereka belajar bagaimana menjalankan perusahaan. Ketika sudah paham, mereka bergerak untuk menggapai apa yang mereka impikan.

" Apa mimpimu…? " Tanyaku menguji. " Bekerja karena hobby…" Kata mereka pasti. " Uang itu dampak, bukan tujuan. Punya apa-apa sendiri, itulah hidup sejati…"

Dan melihat kerabatku yang mengeluh karena, " Semua sulit, ini pasti salah Jokowi..." saya tersenyum lebar. Dia berarti mengingkari kemampuan dirinya yang Tuhan beri. Dia bukan bodoh, hanya malas menggali diri sendiri. Karena sibuk mencari kambing hitam dan menyalahkan situasi. Bukannya sibuk mencari, " Apa yang bisa kuberi…? "

Kuseruput secangkir kopi malam ini. Dan teringat sebuah quote terkenal yang selalu jadi pencambuk diri. " Nikmat mana lagi yang kau dustakan, wahai manusia yang merugi ? "

Seruputtt...kopi 

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...