Apa yg di maksud dengan sholat daim ( sholat yg tidak mengenal
ruang dan waktu ) ?
Sebelum kita memahami Shalat Daim, ada baiknya kita memahami
apa sebenarnya arti dari kata Shalat itu. Arti daripada shalat adalah
mengingat-ingat GUSTI ALLAH ( Dzikrullah ) di waktu duduk, berdiri dan
melakukan aktivitas dalam kehidupan ini.
Sedangkan kata Daim itu memiliki arti terus-menerus ataupun
tak pernah putus. Jadi, jika kedua kata itu digabungkan maka Shalat Daim itu
berarti mengingat-ingat GUSTI ALLAH tanpa pernah putus. Atau Dzikrullah secara
terus menerus.
Salah satu contoh dari Shalat Daim dapat kita tauladani dari
sejarah saat Sunan Bonang menggembleng Raden Mas Syahid sebelum bergelar Sunan
Kalijaga. Saat itu Sunan Bonang sudah mengajarkan apa yang dinamakan Shalat
Daim pada Raden Mas Syahid. Bagaimana Shalat Daim itu….?
Pertama kali Sunan Bonang menyuruh Raden Mas Syahid untuk
duduk, diam dan berusaha untuk mengalahkan hawa nafsunya sendiri. Menurut
ajaran dari Sunan Bonang, Shalat Daim itu hanya duduk, diam, hening, pasrah
pada kehendak GUSTI ALLAH. Raden Mas Syahid tidak disuruh untuk dzikir ataupun
melakukan ritual apapun. Apa rahasia dibalik duduk diam tersebut…?
Mari simak.
Cobalah Anda duduk dan berdiam diri. Maka hawa nafsu Anda akan
berbicara sendiri. Ia akan melaporkan hal-hal yang bersifat duniawi pada diri
Anda. Hal itu semata-mata terjadi karena hawa nafsu kita mengajak kita untuk
terus terikat dengan segala hal yang berbau dunia.
Awalnya, orang diam pikirannya kemana-mana. Namun setelah
sekian waktu diam di tempat, akal dan keinginannya akhirnya melemas dan
benar-benar tidak memiliki daya untuk berpikir, energi keinginan duniawinya
lepas dan lenyap. Dalam kondisi demikian, manusia akan berada dalam kondisi nol
atau suwung total. Karena ego dan hawa nafsu sudah terkalahkan.
Demikian juga dengan kondisi Raden Mas Syahid ketika bertapa
di pinggir kali. Ia hanya pasrah dan tidak melakukan ritual apapun. Hanya diam
dan hening. Hingga akhirnya Sunan Kalijaga bertemu dengan GURU SEJATINYA.
“ Badanku badan rokhani, kang sifat langgeng wasesa, kang
suksma purba wasesa, kumebul tanpa geni, wangi tanpa ganda, aku sajatine roh
sakalir, teka nembah, lungo nembah, wong saketi pada mati, wong saleksa pada
wuta, wong sewu pada turu, among aku ora turu, pinangeran yitna kabeh. ”
Lewat Suluk Wujil, Sunan Bonang sudah menjelaskan perihal
Shalat Daim yaitu utamaning sarira puniki, angrawuhana jatining salat, sembah
lawan pujine, jatining salat iku, dudu ngisa tuwin magerib, sembah araneka, wenange
puniku, lamun aranana salat, pan minangka kekembanging salat daim, ingaran tata
krama.
Keutamaan diri ini adalah mengetahui HAKIKAT SHOLAT, sembah
dan pujian. Salat yang sesungguhnya bukanlah mengerjakan salat Isya atau
maghrib ( shalat 5 waktu ). Itu namanya sembahyang. Apabila disebut salat, maka
itu hanya hiasan dari SALAT DAIM, hanya tata krama.
Sholat sejati tidak hanya mengerjakan sembah raga atau tataran
syariat mengerjakan sholat lima waktu. Shalat sejati adalah SHALAT DAIM, yaitu
bersatunya semua indera dan tubuh kita untuk selalu memuji- Nya dengan kalimat
penyaksian bahwa yang suci di dunia ini hanya Tuhan: HU-ALLAH, DIA ALLAH. Hu
saat menarik nafas dan Allah saat mengeluarkan nafas.
Lebih lanjut Sunan Bonang juga menjelaskan tentang cara melakukan
Shalat Daim lewat Suluk Wujil, yaitu “ pangabektine ingkang utami, nora lan
waktu sasolahira, punika mangka sembahe meneng muni puniku, sasolahe
raganireki, tan simpang dadi sembah, tekeng wulunipun, tinja turas dadi sembah,
iku ingkang niyat kang sejati, puji tan papegetan. “ ( Berbakti yang utama
tidak mengenal waktu. Semua tingkah lakunya itulah menyembah. Diam, bicara, dan
semua gerakan tubuh merupakan kegiatan menyembah. Wudhu, berak dan kencing pun
juga kegiatan menyembah. Itulah niat sejati. Pujian yang tidak pernah berakhir ).
No comments:
Post a Comment