Dikisahkan dari guru ngaji saya saat kecil dulu, di pelosok
kampung kabupaten Cirebon. Kisahnya seperti ini,
Dulu saat tahun 1990 di salah satu pondok pesantren di Jombang
Jawa Timur, ada dua santri yang tidurnya selalu satu kamar, namanya Ahmad dan
Parid.
Parid santri yang sangat pintar, pandai menghafal, sehingga
siapapun akan kagum dengan otaknya, namun nasib Parid sekarang adalah seorang “
tukang panggul “ di salah satu pasar Tanah Abang Jakarta. Kenapa bisa…?
Selain tukang panggul, kedua orangtuanya meninggal dunia saat
perjalanan parid pulang mondok, saat itu rumahnya kebakaran. Parid pun putus
asa, hingga akhirnya parid hidup seperti sekarang. Serba susah dan
memperhatinkan.
Sedangkan Ahmad, santri dari kelurga yang pas-pasan, selalu
telat datangnya kiriman, bahkan sering tak dapat kiriman. Tak hanya itu, ia
adalah santri yang bodoh, otaknya bebel, sulit menerima pelajaran. Selama 8
tahun mondok ia belum bisa mengkhatamkan iqra 1. Namun, sekarang beliau adalah
seorang Kiai dengan santri Ribuan dari berbagai daerah. Pondok pesantrennya
sekarang berada di Jawa Tengah. Setelah ia pulang dari pondok, Allah memberikan
kasih sayangnya, pelajaran yang dipelajarinya dipondok kini sudah dikuasainya.
Beliau juga setelah lulus dari pondok di Jodohkan sama Abah
Yai-nya dengan santri putri yang amat cantik sekali.
Yang pintar hidup sengsara, yang bodoh hidup bahagia. Kenapa…?
Ternyata itu kaitannya dengan keberkahan hidup, begini kisahnya,
Si Parid, meskipun pintar, tapi ia kurang sopan santun
terhadap guru-gurunya, sering merendahkannya, jika berjalan dihadapan kiai, ia
biasa saja. Seringkali ia membanggakan dirinya.
Sedangkan Ahmad, beliau meskipun bodoh, sama Kiai sangat
hormat, murah senyum, selalu membahagiakan teman-teman disekitarnya.
Kesimpulannya jadilah orang pintar yang mempunyai adab.
No comments:
Post a Comment