Photo

Photo

Tuesday 26 December 2023

Belajar Dari Akibat Prahara Corona

Akibat wabah virus corona, kurang lebih dua bulan China mengunci diri dari dunia luar.

Bukan hanya karena mereka  khawatir penyebaran virus meluas di dalam negeri, tetapi khawatir dunia juga terkena.

Saat itu, dunia mentertawakan China.

Sebagian orang Islam mengatakan, bahwa China sedang mendapat kutukan Tuhan, karena mereka makan hewan liar dan berbuat zolim kepada suku Uighur.

" Ternyata  China tidak sehebat yang dibayangkan, dengan makhluk kecil saja bisa kalang kabut..." kata mereka. 

Di luar negeri, terjadi aksi rasis berlebihan terhadap orang China, seakan orang China identik dengan Virus.

AS membayangkan, ekonomi China akan runtuh dan Xijingping akan jatuh.  

Bahkan ada di antara mereka yang China phobia, tidak ada henti menyebarkan hoax.

Betapa menyedihkan, betapa buruknya nasib China.

Namun setelah tanggal 23 februari 2020, China kembali membuka diri.

Kehidupan berangsur angsur normal, penyembuhan sudah diatas 50% mendekati 100%..., dan tingkat korban mendekati nol persen.

Bahkan beberapa RS darurat korban Corona sudah  ditutup, karena tidak ada lagi pasien yang datang.

Produksi barang, sudah kembali menggeliat.

Tapi apa yang terjadi kemudian....?

Dunia menyambut dengan penuh suka cita, bukan karena China sudah recovery, tetapi  “ China  membantu kami mengatasi dampak dari adanya virus Corona...”

Mengapa....?

Ketika pada akhirnya penyebaran Virus Corona melanda beberapa negara, semua negara panik.

Bukan karena kawatir atas virus corona,  tetapi lebih pada dampak kerusakan ekonomi akibat adanya virus corona itu. 

Bursa saham jatuh, pabrik menurunkan produksinya, bahkan ada yang tutup.

PHK, terjadi dimana mana.

Bisnis pusat wisata terancam gulung tikar, karena sepi wisatawan.

Bandara sepi, suasana mencekam terbentuk akibat pemberitaan hoax sebelumnya terhadap China, kini berbalik kepada mereka sendiri.

Ternyata dunia sadar, bahwa China adalah bangsa yang tangguh,  dan mereka bangsa yang rapuh.

Adalah fakta, bahwa mereka ternyata tidak sekuat China.

Arab kehilangan pendapatan dari wisatawan Haji, ibadah haji sebagai simbol agama samawi terancam runtuh.

Mereka juga kehilangan pendapatan dari ekspor migas, karena 2/3 pembeli migas Arab adalah China.

Kepanikan ekonomi juga melahirkan krisis politik di Arab.

Di AS juga terjadi kepanikan, banyak distributor yang gulung tikar karena kurang suplai barang dari China.

Masyarakat AS yang panik memborong kebutuhan sehari-hari, karena khawatir Pemerintah tidak mampu menyediakan barang-barang tersebut.

Akibat prahara corona, di AS sudah banyak orang terinfeksi virus.

Demikian juga Eropa, yang  mencekam sejak Itali mengkarantikan 16 juta orang penduduknya.

Dari perang dagang menuju perang harga minyak, seluruh bursa jatuh.

Kepanikan yang meluas tak bisa dihindari.

Dan China tersenyum, bukan mengejek, tetapi menenangkan mereka semua.

Memang di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, tugas manusia melewati ketidak sempurnaan itu  dengan rendah hati, dan focus kepada pemulihan, bukannya kepada kepanikan.

Bagaimana menjadikan batu sandungan sebagai batu loncatan, agar lebih baik dari sebelumnya, karena kepanikan tidak menghasilkan apa-apa.

Lewat virus corona, Tuhan seakan memerintahkan kita semua, untuk hidup damai dalam semangat kemanusiaan di atas perbedaan agama dan idiologi.

Mengapa....?

Karena ternyata idiologi dan agama bukan menjadi sumber kekuatan.

Politik juga menciptakan rasisme, karena politisasi agama yang primordialistik melahirkan intoleransi, dan semua itu membuat mereka rapuh.

China tangguh, karena agama dan idiologi mempersatukan mereka dalam semangat kebersamaan, atas dasar cinta bagi sesama.

Kita rapuh, karena agama dan idiologi membuat kita kehilangan cinta.

Akankah kepanikan ini bisa menyadarkan kita....?

Akankah kita bisa belajar kepada China, bagaimana seharusnya berpolitik dan beragama...?

Rahayu

#Copas

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...