Photo

Photo

Friday 29 December 2023

Kontroversi Asal Usul Ken Arok


Mengungkap Ayah Kandung Ken Arok

Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singosari. Ejaan nama sebenarnya adalah Ken Angrok, sejak muda dikenal sebagai pimpinan para pencuri, perampok dan penjahat yang kerap membuat keonaran.

Namun siapa sangka sosok penjahat bisa menjadi raja besar dimulai sejak membunuh Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung dan menikahi istrinya, Ken Dedes yang dikenal sangat cantik jelita serta konon membawa wahyu keprabon.

Bahkan, sosok yang dikabarkan sebagai " penjahat " itulah yang dipuja-puja sebagai leluhur bagi para raja Majapahit, negeri besar dan adidaya setelah keruntuhan Singosari. Sosok yang namanya termasyur, Sri Rajasa san Amurwabhumi.

Sejarah mengenai jati diri Ken Angrok memang tertutup sejak lahir. Asal-usul siapa ayahnya tidak jelas. Banyak yang mengira, Ken Angrok berasal dari kalangan masyarakat Sudra yang beruntung bisa menjadi raja.

Nama Ken Arok sendiri tidak terdapat dalam Nagara kretagama ( 1365 ). Naskah tersebut hanya memberitakan bahwa pendiri Kerajaan Tumapel merupakan  putra Bhatara Girinatha yang lahir tanpa ibu pada tahun 1182.

Pada tahun 1222 Sang Girinathaputra mengalahkan Kertajaya raja Kadiri. Ia kemudian menjadi raja pertama di Tumapel bergelar Sri Ranggah Rajasa. Ibu kota kerajaannya disebut Kutaraja ( pada tahun 1254 diganti menjadi Singasari oleh Wisnuwardhana ).

Sri Ranggah Rajasa meninggal dunia pada tahun 1227 ( selisih 20 tahun dibandingkan berita dalam Pararaton ). Untuk memuliakan arwahnya didirikan candi di Kagenengan, di mana ia dipuja sebagai Siwa, dan di Usana, di mana ia dipuja sebagai Buddha.

 

Adapun menurut Pararaton Ken Arok dilahirkan oleh Brahma melalui seorang wanita dusun yang baru menikah. Yaitu Ken Endok dan Gajahpara, dewa Brahma mengenakan perjanjian kepada istri Gajahpara ( Ken Endok ) :

" Jangan kamu bertemu dengan laki mu lagi, kalau kamu bertemu dengan suami mu, ia akan mati, lagi pula akan tercampur anak ku itu, nama anak ku itu : Ken Angrok, dia lah yang kelak akan memerintah tanah Jawa ".

Ken Arok atau sering pula ditulis Ken Angrok ( lahir : 1182 – wafat : 1227 / 1247 ) setelah lahir ibunya ( Ken endok ) meletakkan Ken Arok di atas sebuah kuburan ketika baru saja melahirkan dan tubuh Ken Arok yang memancarkan sinar menarik perhatian Ki Lembong, seorang pencuri yang kebetulan lewat. Ki Lembong mengambilnya sebagai anak dan membesarkannya, serta mengajarkannya seluruh keahliannya.

Kidung Harsawijaya menyebut Ken Angrok sebagai keturunan dewa yang lahir tanpa melalui kandungan atau tidak beribu. Sedangkan Kidung Harsawijaya  menyebut Ken Anrok keturunan orang Pankur, anak Ni Ndok, yang menjadi raja dengan gelar Sri Rajasa.

Ahli efigrafi Boechari  menyebut tindakan yang tidak senonoh oleh Brahma sebagai pemerkosaan. Tetapi, siapa pelakunya, yang dilambangkan sebagai dewa Brahma…? Boechari menafsirkan penulis kitab Pararaton berusaha menutupi kenyataan bahwa pemerkosa Ken Endok ialah orang yang berkuasa atas wilayah dan rakyat di daerah tersebut.

Jika merujuk kitab hukum pada masa itu, pemerkosaan termasuk tindak pidana paradara; si pemerkosa bisa dijatuhi hukuman mati. Bahkan ada pasal yang menyebutkan suami perempuan yang diperkosa berhak membunuh si pelanggar kesusilaan itu.

“ Sebagai penguasa atau san amawa bhumi, dia luput jangkauan hukum, bahkan dia mempunyai kekuasaan untuk menyingkirkan laki-laki yang menjadi suami sah dari wanita yang berkenan di hatinya. "

Ken Arok lahir dari rahim seorang ibu yang bernama Ken Endok. Nama aslinya adalah Astia, kembang dusun Pangkur nan cantik mempesona. Ia kemudian dipersunting oleh seorang Maharesi yang bernama Resi Agung Sri Yogiswara Girinata pemimpin Padepokan Girilaya yang sangat terkenal pada waktu itu.

Tetapi karena selama sepuluh tahun tak pernah “ disentuh ”, akhirnya Ken Endok berpaling hati dengan seorang pemuda yang kebetulan menolongnya pada saat mendapat kecelakaan di hutan. Pemuda itu bernama Gajah Para.

Dikisahkan saat itu, Ken Ndok yang bersama suaminya, Gajah Para sedang berada di sebuah hutan untuk berburu kayu. Keduanya merupakan pengantin baru yang baru saja melaksanakan pawiwahan ( pesta pernikahan ).

Saat di hutan, kecantikan Ni Endhog memikat ksatria Panjalu yang sedang berburu kijang di hutan. Perempuan desa itu akhirnya diminta " melayani " sang ksatria selama dua bulan.

Dengan kata lain, Ken Ndok harus rela dikawini sang kesatria selama mengembara berburu di hutan, yakni sekitar dua bulan. Selama itu pula, suaminya dilarang untuk menyentuh istri sahnya sendiri.

Waktu itu, seorang kawula yang memiliki kasta sudra tidak akan berani menentang perintah dari golongan ksatria. Karenanya, wajar jika seorang gadis kampung berkasta sudra pun hanya menurut bila diminta menjadi istri ksatria.

Singkat cerita sebagaimana tercantum dalam buku Katuturanira Ken Angrok Sang Brahmaputra ( 2017 ), jati diri kesatria yang berburu hewan tersebut adalah Raja Panjalu ( Kadiri ) bernama Mapanji Kamesywara. Nama kecilnya adalah Rahadyan Kuda Rawisrengga dan dikenal masyarakat luas dengan nama Panji Asmarabangun.

Sri Maharaja Kamesywara meminta Ken Ndok untuk merahasiakan hubungannya. Maharaja juga meminta, seandainya Ni Endhog hamil, jangan sampai dinodai dengan benih Gajah Para, suaminya sendiri. Pesan itu dipegang teguh oleh Ni Endhog.

Gajah Para sebetulnya memendam amarah dengan istrinya. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Ketika Gajah Para berniat berhubungan dengan istrinya dan ditolak karena sudah mengandung benih jabang bayi dari Raja Panjalu, Gajah Para berbuat semakin menjadi-jadi.

Dia menyebarkan warta kepada penduduk desa bahwa istrinya itu dihamili olehnya. Ternyata, kehidupan Ni Endhog diawasi oleh telik sandi ( intelejen ) dari Kerajaan Panjalu ( sekarang dikenal dengan Kadiri ).

Akibat perbuatannya itu, Gajah Para mendadak tewas mengenaskan tanpa diketahui siapa pelakunya. Gajah Para tidak mengetahui jika ksatria yang " meminjam " istrinya dulu adalah Maharaja Panjalu.

Sang jabang bayi akhirnya lahir. Karena suatu hal, si jabang bayi sempat dibuang di pasetran pabajangan ( pemakaman bayi ) dan ditemukan oleh seorang maling bernama Ki Lembong. Dari sinilah, pengembaraan bayi bernama Ken Angrok dimulai.

Ia dibesarkan dalam keluarga maling. Selanjutnya saat menginjak usia dewasa, ia mengembara hingga terlibat konflik dengan seorang Akuwu dari Tumapel bernama Tunggul Ametung.

Sang Akuwu punya istri cantik bernama Ken Dedes. Sebelum mengenal Ken Dedes, Ken Angrok sebetulnya sudah menikah dengan gadis bernama Umang.

Saat Ken Angrok membawa Umang kepada ibunya, Ken Ndok itulah, jati diri Ken Angrok terungkap. Sebelumnya, Ken Angrok sudah diberi tahu oleh seorang brahmana bernama Janggan Wilutama yang mengurusi Pashraman Sagenggeng.

Pashraman seperti pesantren dalam Islam, tetapi tempat pengajaran agama Syiwaphaksa ( ajaran Syiwa, sekarang dikenal Hindu ). Janggan Wilutama mengatakan jika Ken Angrok bukanlah orang biasa, pasti memiliki darah ksatria.

Karena itu, Ken Angrok diminta jujur. Tapi Ken Angrok masih tidak tahu siapa ayahnya yang sebenarnya, sehingga menanyakan kepada ibunya saat pulang ke kampung halaman.

Namun, ibunya meminta agar Ken Angrok tetap merahasiakan jati dirinya. Itulah pesan yang disampaikan ramanya dulu.

Sang ibunda, Ken Ndok lantas bercerita mengenai sejarah dan riwayat Ken Arok. Ayah sesungguhnya Ken Angrok adalah Maharaja Sri Kamesywara, penguasa Panjalu.

Leluhur Mapanji Kamesywara adalah Prabu Jayabaya, Raja Panjalu ( Kadiri ) yang berhasil menyatukan Janggala ke dalam kekuasaannya. Nama kecilnya Raden Kudarawisrengga atau Panji Hino Kerthapati.

Karena kisah cinta segitiganya dengan Dyah Ayu Sasi Kirana ( Candra Kirana ) dan Rara Anggraeni, ia dikenal masyarakat luas dengan Panji Asmarabangun. Cerita cinta ayahnya Ken Angrok begitu melegenda sehingga digemari masyarakat dalam pentas-pentas kesenian rakyat.

Namun, kisah cinta sang ayah dengan ibunya yang hanya perempuan desa dari golongan sudra, tertutup rapat dan dirahasiakan. Tapi siapa sangka jika anaknya kelak menjadi raja besar Tanah Jawa.

Sang ayah sendiri tewas di tangan seorang Akuwu ( kepala daerah ) bernama Tunggul Ametung dalam perang saudara. Sri Kamesywara seharusnya berkedudukan di Daha, ibu kota Panjalu.

Tapi ia lebih suka tinggal di Janggala, negara bawahan Panjalu. Lantaran konflik internal yang berkepanjangan, Sang Maharaja Panjalu yang tinggal di Kedaton Jenggala justru diserang oleh pasukan Panjalu yang dipimpin saudaranya sendiri.

Saat Tunggul Ametung bermasalah dengan brahmana, Ken Angrok tampil berada di pihak brahmana. Sebuah kebetulan, Tunggul Ametung ternyata orang yang membunuh ayah kandung Ken Angrok sehingga semangat perlawanannya semakin berkobar.

Akhir cerita, Ken Angrok berhasil membunuh Tunggul Ametung, menikahi Ken Dedes dan mengangkat dirinya sebagai Akuwu Tumapel. Wilayah Tumapel atas dukungan dari para brahmana, mendeklarasikan diri sebagai wilayah yang merdeka diberi nama Singosari.

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...