Jaman sekarang, mulai ada orang-orang yang hanya pandai
mengolah kata-kata dengan menukil kalimat indah dari sana sini langsung bisa
jadi Ustadz dan Ustadzah.
Sementara para santri harus sinau makhorijul huruf dan tajwid,
setoran sambil ngantuk-ngantuk kejungkel.
Belajar menggunakan nadzoman biar lebih mudah menghafal,
kadang lidah belibet dan tertukar-tukar tempatnya.
Nyapu ngepel ndalem Kyai, kadang sak halamannya yang luas,
malah ada yang ikut macul sawah, ngopeni tambak.
Yang santri putri ditugasi mijeti Bu Nyai, nyuci baju,
seterika, bersih-bersih ndalem
Ada juga yang kebagian momong Ning / Gus kecil, yang sebagian
diantaranya penurut, sebagian lagi bandel dengan permintaan yang aneh-aneh.
Belum lagi kalau kena takzir yang bikin malu di depan umum.
Ada yang dicukur gundul, ada yang dimandikan air comberan, ada yang dipukul
kayu, cambuk atau rotan, ada yang dikurung di tempat tertentu.
Pisah bertahun-tahun sama ortu. Kalau pas waktunya disambangi
ternyata ortu masih harus kerja, duh rasanya kayak sudah gak punya orang tua,
melas pisan.
Tirakat kalau kiriman terlambat. Kadang utang dulu sama teman.
Kadang diutangi teman yang juga kirimannya terlambat. Belum bisa kembalikan
uang karena belum dapat kiriman, padahal uang kita habis.
Eh, yang cuma copas sana sini bisa jadi Ustadz-Ustadzah... dan
dijadikan idola serta rujukan… gimana mau bener agama nya….
No comments:
Post a Comment