Bajingan adalah sebuah istilah kata yang muncul di tanah Jawa
untuk menunjuk seorang pengendara ( sopir ) gerobak sapi. Lantas kenapa istilah
bajingan kemudian bergeser menjadi sebuah kata makian…? Padahal kata itu adalah
merujuk sebuah profesi seseorang
Dahulu kala, pada tahun 1940 an, di daerah Banyumas sarana
transportasi sangat sulit untuk ditemui. Masyarakat yang ingin berkegiatan di
kota seperti berdagang, atau hanya mejeng biasanya menggunakan jasa gerobak
sapi ( cikar ).
Pada saat itu gerobak sapi merupakan satu satunya alat
transportasi yang bisa diandalkan oleh masyarakat pinggiran untuk membawa
mereka ke kota, selain berjalan kaki.
Namun kedatangan cikar yang disopiri oleh Bajingan ini tidak
menentu, bisa siang hari, pagi hari,
bahkan tengah malam. Karena ketidakpastian waktu tersebut, masyarakat yang
ingin numpang gerobak sapi terpaksa jalan kaki.
Nah, karena itulah keluar kalimat sedikit sindiran atau
umpatan seperti ini : Bajingan suwe tenan to tekane…! ( bahasa Jawa ) yang
artinya : Bajingan lama sekali sih datengnya. Dari situ Bajingan mengalami
pergeseran makna menjadi kata umpatan.
Dahulu, umpatan bajingan hanya digunakan sebagai analogi atas
keterlambatan sesuatu atau seseorang, misalnya “ Seka ngendi bae kowe, suwe
temen to kaya bajingan “ yang artinya : Darimana saja kamu, lama sekali seperti
bajingan.
Namun pada masa sekarang, bajingan menjadi kata umpatan yang
lebih umum dan tidak merujuk pada kekesalan mengenai keterlambatan atas
sesuatu.
No comments:
Post a Comment