Photo

Photo

Tuesday 26 December 2023

Apakah Ilmu Kebal Itu Ada…?


Ilmu kebal itu sesungguhnya tidak ada. Kalau ilmu kebal itu ada kenapa Rasulullah SAW giginya sampai patah pada saat perang Uhud….? ” tanyanya.

Selaras dengan kata-kata tersebut, saya pun teringat dengan perkataan seorang Non muslim yang apriori terhadap kelebihan dan keistimewaan Baginda Rasulullah SAW. Begini katanya :

“ Kalau Nabi Muhammad itu benar seorang Nabi, kenapa tidurnya di atas sehelai tikar tua yang terbuat dari pelepah kurma…? Kenapa dia tidak meminta kaya saja…? Bukankah dia kekasih Allah….? Kalau benar dia kekasih Allah, maka jangankan kekayaan, meminta apa pun pasti akan diberikan oleh Allah..”

Perkataan si Non muslim itu memang benar adanya. Tapi masalahnya Rasulullah tidak menginginkan semua itu. Bisa saja beliau meminta kekayaan sebesar dan sebanyak apa pun, dan Allah SWT pasti akan memberikannya.

Dengan demikian, secara logika sederhana, beliau juga bisa meminta tubuhnya kebal senjata, sehingga tak perlu giginya patah saat perang Uhud. Bahkan, sebagai kekasih Allah SWT, beliau bisa minta lebih dari itu. Misalnya, beliau tak perlu berperang mengangkat pedang saat menghadapi kaum kafir Quraisy. Cukup meniupnya dan semua musuh Islam itu mati bertumbangan di atas padang gurun yang gersang dan tandus.

Tapi sekali lagi, Rasulullah tidak menginginkan semua itu.  Bahkan dalam sebuah hadits diriwayatkan, bahwa ketika Rasulullah masih hidup bersama putrinya, Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra, terjadilah suatu peristiwa yang sangat menyentuh keimanan.

Saat itu, Fatimah Az-Zahra mengadu dan meminta kepada Rasulullah untuk diberikan sejumlah perhiasan emas untuk dirinya sendiri. Fatimah ingin seperti perempuan kaya Quraisy pada umumnya yang memakai perhiasan emas dan permata yang mentereng.

Mendengar rengekan putri terkasihnya, Rasulullah pun mengajaknya ke sebuah sumur tua. Ketika tiba di sumur itu, kemudian Rasulullah mengangkat sesuatu dari dalam sumur tersebut dan ternyata yang diangkat adalah perhiasan emas bertabur intan permata yang sangat banyak jumlahnya.

Seketika itu, Rasulullah bersabda, “ Ambillah, wahai Fatimah...! ”

Fatimah pun mengambil perhiasan tersebut dengan perasaan malu-malu. Namun, dirinya hanya mengambil satu perhiasan saja.

Rasulullah kemudian bertanya, “ Cukupkah, wahai Fatimah…? ”

“ Cukup ya Rasulullah, ” jawab Fatimah.

Lebih lanjut, Rasulullah membacakan sebuah ayat kepada putrinya, Fatimah Az-Zahra. Ayat tersebut artinya :

“ Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat. ” ( QS. Asy-Syuraa 20 )

Kemudian Rasulullah bersabda : “ Ketahuilah wahai Fatimah, dengan kamu mengambil satu itu, sudah mengurangkan kebahagiaan kamu nanti di akhirat. ”

Mendengar sabda Ayahandanya, Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra pun segera mengembalikan perhiasan tersebut kepada Ayahnya. Dia tidak bisa dan tak sanggup menukarkan akhirat yang kekal dengan dunia yang sedikit dan fana.

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Hakim, Ibnu Hibban dan Ahmad, dikisahkan pula. bahwa suatu hari Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu menemui Rasulullah , lalu Umar mendapati beliau tengah berbaring di atas sebuah tikar usang yang pinggirnya telah lapuk. Jejak tikar itu membekas di belikat beliau, sebuah bantal yang keras membekas di bawah kepala beliau, dan jalur kulit samakan membekas di kepala beliau.

Umar juga melihat, di salah satu sudut kamar itu terdapat gandum sekitar satu gantang. Di bawah dinding terdapat qarzh ( semacam tumbuhan untuk menyamak kulit ).

Melihat pemandangan itu semua, air mata Umar tak terasa meleleh. Ia tidak kuasa menahan tangis karena iba dengan kondisi pimpinan tertinggi umat Islam itu.

Rasulullah melihat air mata Umar yang berjatuhan, lalu bertanya, “ Apa yang membuatmu menangis, Ibnu Khaththab ? ”

Umar menjawab dengan kata-kata yang bercampur aduk dengan air mata dan perasaannya yang terbakar, “ Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis, sedangkan tikar ini membekas di belikat Anda, dan aku tidak melihat apa-apa di lemari Anda. Kisra dan Kaisar duduk di atas tilam dari emas dan kasur dari beludru dan sutera, dan dikelilingi buah-buahan dan sungai-sungai, sementara Anda adalah Nabi dan manusia pilihan Allah…! ”

Lalu Rasulullah menjawab dengan senyum tersungging di bibirnya, “ Wahai Ibnu Khaththab, kebaikan mereka dipercepat datangnya, dan kebaikan itu pasti terputus. Sementara kita adalah kaum yang kebaikannya ditunda hingga hari akhir. Tidakkah engkau rela jika akhirat untuk kita dan dunia untuk mereka…? ”

Umar menjawab, “ Aku rela... ”

Dalam riwayat lain disebutkan, Umar berkata : “ Wahai Rasulullah, sebaiknya Anda memakai tikar yang lebih lembut dari tikar ini. ”

Lalu, Rasulullah menjawab, “ Apa urusanku dengan dunia ? Perumpamaan diriku dengan dunia itu tidak lain seperti orang yang berkendara di suatu hari di musim panas, lalu ia berteduh di bawah sebuah pohon, kemudian ia pergi dan meninggalkannya..” ( HR. Tirmidzi )

Dari kedua riwayat hadits sahih di atas, kiranya tergambar seperti apa sikap Rasulullah terhadap dunia ini. Jangankan cuma meminta kebal senjata atau harta kekayaan seisi dunia, bahkan menembus langit ketujuh beliau mampu. Tapi masalahnya beliau tidak menghendaki semua itu.

Di sinilah letak perjuangan Rasulullah yang benar-benar ingin memperlihatkan sisi kemanusiaannya, karena beliau sangat khawatir akan dituhankan sebagaimana telah terjadi pada Rasul pendahulunya, yaitu Nabi Isa 'alaihissalam yang karena begitu banyak sisi-sisi di luar nalar manusia normal, maka Isa kemudian dituhankan oleh pemeluk Nasrani.

Rasulullah benar-benar menjalani hidupnya dengan natural seperti pada umumnya manusia. Adapun pemberian mukjizat, itu semua beliau serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Tapi beliau tidak menggunakannya untuk kepentingan pribadinya. Seperti misalnya minta kekayaan atau meminta tubuhnya kebal senjata.

Sekarang mari kita renungkan bersama pertanyaan-pertanyaan berikut ini :

“ Jika Nabi Muhammad tidur di atas tikar tua yang terbuat dari pelepah kurma, apakah kita umatnya tidak boleh tidur di atas spring bed atau kasur latek yang empuk…? ”

“ Jika Rasulullah pernah mengganjal perutnya dengan batu karena menahan lapar, apakah kita umatnya tidak boleh berharap kekayaan…? ”

Pasti ajaran Islam tidak melarang kedua hal tersebut, bukan…? Kamu boleh tidur di atas kasur yang paling mahal sekalipun asalkan kamu tidak berpaling dan selalu bersyukur terhadap nikmat Allah SWT.

Kamu juga boleh hidup sekaya apa pun asalkan diperoleh dengan halal dan hartamu digunakan di jalan Allah SWT.

Demikian halnya dengan ilmu kebal. Apakah karena sebab Rasulullah giginya patah sewaktu perang Uhud, maka ilmu kebal tidak diperbolehkan…?

Saya sangat meyakini, bahwa ilmu apa pun boleh dipelajari selama itu tidak menduakan Allah SWT. Artinya, selama ilmu itu bersumber dari kitab suci, ya no problem. Bahkan, menurut saya, jika ada yang mengatakan ilmu kebal itu tidak ada sama saja dengan meremehkan kemukjizatan Al Qur'an.

Ilmu kebal sendiri sebenarnya tergolong menjadi lima bagian atau tahapan. Yang pertama, kebal terhadap bacokan senjata tajam ( sajam ). Tingkat kedua, kebal dari tusukan. Tingkat ketiga adalah kebal dari sayatan. Tingkat keempat, kebal dari senjata api. Dan terakhir yang kelima adalah tingkatan kebal bahkan rambut pun tidak bisa putus.

Tak lupa saya ingatkan juga, bahwa saya selalu menekankan, ketika menirakati Ilmu Hikmah, niatnya jangan ingin sakti atau kebal. Tapi niatkan semata-mata hanya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian Insya Allah ilmu kamu akan membawa keberkahan bagi hidupmu.

Sebelum mengakhiri tulisan ini, sebagai umat Islam yang baik, marilah kita tetap menjadi pribadi yang mencintai akhirat daripada dunia. Dunia ini fana dan akan musnah pada waktunya. Karena itu, jangan pernah menjauh dari Allah SWT.

Semua yang ada di dunia ini tak ada yang abadi dan pastinya akan rusak. Namun berbeda dengan kehidupan di akhirat. Di sana manusia akan kekal selama-lamanya dan kesenangannya pun tak terbatas.

Jadi, sebagai umat Islam yang baik ini, tetaplah menjadi pribadi yang mencintai akhirat daripada dunia. Dunia ini fana dan sudah pasti akan musnah pada waktunya.

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...