Photo

Photo

Saturday 30 December 2023

Mengapa Ada Keturunan Rasululloh Yang Tak Berakhlak Baik

Ini Penjelasan Habib Luthfi bin yahya

Tidak ada yang mengelak bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia paling baik, bahkan sempurna. Satu bukti, ia digelari Al-Amin ( seorang yang jujur ) oleh kaum Quraisy di zaman pra Islam. 

Namun demikian, seluruh keturunan yang mempunyai nasab langsung ke Nabi tidak menjamin bahwa akhlak orang tersebut baik.

Alasan untuk persoalan tersebut dijelaskan secara lugas oleh Pimpinan Majelis Kanzus Sholawat Pekalongan Habib Luthfi bin Yahya, Selasa ( 24 / 1 ) lalu saat menerima rombongan Anjangsana Islam Nusantara STAINU Jakarta di kediamannya.

Rais Aam Idarah Aliyah Jamiyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) ini menerangkan, meskipun mempunyai nasab langsung ke Rasulullah, belum tentu akhlak orang itu baik karena ini persoalan ma’shum ( dilindungi Allah dari dosa ).

“ Jangan heran jika ( keturunan Nabi ) ada yang berakhlak tidak baik, lah wong mereka tidak di-ma’shum kok, ” tutur Habib Luhtfi dengan gaya bicaranya yang khas.

Dengan demikian, menurutnya, belajar dan memahami sejarah secara tuntas sebagai cerminan berpikir dan bertindak menjadi langkah penting, termasuk sejarah perjalanan Nabi Muhammad yang penuh dengan teladan baik dan akhlak yang mengesankan.

Sebutan  Habib

Beberapa waktu lalu dalam kunjungannya ke ndalem Gus Mus, Prof HM. Quraish Shihab mengatakan bahwa : sebutan Habib mempunyai makna orang yang dicintai sekaligus mencintai.

Jadi menurut penulis Kitab Tafsir al-Misbah ini, seseorang dengan sebutan Habib tidak hanya ingin dincintai,  tetapi juga harus mencintai.

Prof Quraish memberikan penekanan bahwa ada persoalan mendasar terkait sebutan Habib, yaitu akhlak. Terkait dengan akhlak ini, menjadi alasan fundamental bahwa tidak semua keturunan Rasulullah bisa disebut habib.

Dari beberapa literatur, keturunan Nabi dari Sayyidina Husein disebut sayyid, sedangkan dari Sayyidina Hasan disebut assyarif.

Hasan dan Husein merupakan putra Sayyidah Fatimah binti Muhammad dari hasil pernikahannya dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Selama ini, sebutan habib harus melalui komunitas dengan berbagai persyaratan yang sudah disepakati. Hal ini ditekankan oleh organisasi pencatat keturunan Nabi, Rabithah Alawiyah. Di antaranya cukup matang dalam hal umur, memiliki ilmu yang luas, mengamalkan ilmu yang dimiliki, ikhlas terhadap apapun, wara atau berhati-hati, serta bertakwa kepada Allah.

Tak kalah pentingnya, Rabithah Alawiyah yang dipimpin oleh Habib Zen bin Smith ( salah satu Mustasyar PBNU ) menekankan bahwa akhlak yang baik menjadi salah satu alasan utama keturunan Nabi disebut Habib.

Apakah HABIB Itu Pasti Benar Amalannya…?

 Apakah Surga Ada Di Genggaman Tangannya…?

 Enak Banget Jika Jadi Habib…

Walau Engkau Seorang Habib …

Habib sudah ma’ruf di tengah-tengah kita adalah seorang keturunan Nabi. Namun kadang kita lihat tingkah laku mereka aneh.

Para habib kadang membuat-buat amalan sendiri, padahal tidak pernah diwariskan oleh leluhur mereka. Siapa yang jelek amalnya, maka tidak ada manfaat kedudukan atau nasab mulianya.

Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

 

وَمَنْبَطَّأَبِهِعَمَلُهُلَمْيُسْرِعْبِهِنَسَبُهُ

 

“ Barangsiapa yang lamban amalnya, maka nasabnya tidak bisa mengejarnya ” ( HR. Muslim no. 2699, dari Abu Hurairah ).

Hanya Dengan Beramal, Semakin Mulia di Akhirat

Allah Ta’ala berfirman,

وَلِكُلٍّدَرَجَاتٌمِمَّاعَمِلُوا

“ Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan ” ( QS. Al An’am : 132 dan Al Ahqaf : 19 ). Ayat ini menunjukkan bahwa amalanlah yang menaikkan derajat hamba menjadi mulia di akhirat.

Nasabmu Tak Ada Guna, Walau Engkau Keturunan Nabi

Siapa yang lamban amalnya, maka itu tidak bisa mengejar kedudukan mulia di sisi Allah walau ia memiliki nasab ( keturunan ) yang mulia. Nasabnya itu tidak bisa mengejar derajat mulia di sisi Allah. Karena kedudukan mulia di sisi Allah adalah timbal balik dari amalan yang baik, bukan dari nasab. Sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan dalam ayat lainnya,

فَإِذَانُفِخَفِيالصُّورِفَلَاأَنْسَابَبَيْنَهُمْيَوْمَئِذٍوَلَايَتَسَاءَلُونَ

“ Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. ” ( QS. Al Mu’minun : 101 )

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “ Siapa saja yang amalnya itu kurang, maka kedudukan mulianya tidak bisa menolong dirinya. Oleh karenanya, jangan terlalu berharap dari nasab atau silsilah keturunan dan keutamaan nenek moyang, akhirnya sedikit dalam beramal. ”   (Syarh Shahih Muslim, 17: 21 ).

Berlombalah dalam Kebaikan Meraih Ampunan dan Rahmat Allah dengan Amalan

 

Berlomba di sini bukan karena engkau keturunan Nabi atau orang sholih, namun yang dipandang adalah siapa yang paling baik amalnya. Karena demikianlah yang Allah perintahkan dalam berbagai ayat,

 

وَسَارِعُواإِلَىمَغْفِرَةٍمِنْرَبِّكُمْوَجَنَّةٍعَرْضُهَاالسَّمَوَاتُوَالْأَرْضُأُعِدَّتْلِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَيُنْفِقُونَفِيالسَّرَّاءِوَالضَّرَّاءِوَالْكَاظِمِينَالْغَيْظَوَالْعَافِينَعَنِالنَّاسِوَاللَّهُيُحِبُّالْمُحْسِنِينَ (134)

 

“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, ( yaitu ) orang-orang yang menafkahkan ( hartanya ), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan ( kesalahan ) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan ” ( QS. Ali Imran : 133-134 ).

Juga dalam ayat lain disebut,

إِنَّالَّذِينَهُمْمِنْخَشْيَةِرَبِّهِمْمُشْفِقُونَ (57) وَالَّذِينَهُمْبِآَيَاتِرَبِّهِمْيُؤْمِنُونَ (58) وَالَّذِينَهُمْبِرَبِّهِمْلَايُشْرِكُونَ (59) وَالَّذِينَيُؤْتُونَمَاآَتَوْاوَقُلُوبُهُمْوَجِلَةٌأَنَّهُمْإِلَىرَبِّهِمْرَاجِعُونَ (60) أُولَئِكَيُسَارِعُونَفِيالْخَيْرَاتِوَهُمْلَهَاسَابِقُونَ (61)

 

“ Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan ( azab ) Rabb mereka, Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rabb mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rabb mereka ( sesuatu apa pun ), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, ( karena mereka tahu bahwa ) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.”  ( QS. Al Mu’minun : 57-61 ).

Jadi berlomba-lombalah dengan beramal. Beramal pun bukan asal-asalan. Beramal itu harus sesuai tuntunan. Seandainya seorang habib merekayasa suatu amalan yang tidak pernah ada dasarnya dari nenek moyangnya, maka jelas amalan habib seperti ini tertolak. Karena nasab tidak ada arti saat ini, namun siapakah yang paling baik amalnya yang sesuai tuntunan, itulah yang paling mulia.

 

Fatimah ( Puteri Muhammad ) Saja Tidak Bisa Ditolong Ayahnya

Dalam shahihain disebutkan hadits dari Abu Hurairah, di mana ia berkata,

 

قَامَرَسُولُاللَّهِصلىاللهعليهوسلمحِينَأَنْزَلَاللَّهُعَزَّوَجَلَّ ( وَأَنْذِرْعَشِيرَتَكَالأَقْرَبِينَ ) قَالَ « يَامَعْشَرَقُرَيْشٍأَوْكَلِمَةًنَحْوَهَااشْتَرُواأَنْفُسَكُمْ،لاَأُغْنِىعَنْكُمْمِنَاللَّهِشَيْئًا،يَابَنِىعَبْدِمَنَافٍلاَأُغْنِىعَنْكُمْمِنَاللَّهِشَيْئًا،يَاعَبَّاسُبْنَعَبْدِالْمُطَّلِبِلاَأُغْنِىعَنْكَمِنَاللَّهِشَيْئًا،وَيَاصَفِيَّةُعَمَّةَرَسُولِاللَّهِلاَأُغْنِىعَنْكِمِنَاللَّهِشَيْئًا،وَيَافَاطِمَةُبِنْتَمُحَمَّدٍسَلِينِىمَاشِئْتِمِنْمَالِىلاَأُغْنِىعَنْكِمِنَاللَّهِشَيْئًا »

 

“ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri ketika turun ayat, ” Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. ” ( QS. Asy Syu’ara : 214 ).

 

Lalu beliau berkata, “ Wahai orang Quraisy -atau kalimat semacam itu-, selamatkanlah diri kalian sesungguhnya aku tidak dapat menolong kalian sedikit pun dari Allah. Wahai Bani ‘Abdi Manaf, sesungguhnya aku tidak dapat menolong kalian sedikit pun dari Allah. Wahai ‘Abbas bin ‘Abdul Muthollib, sesungguhnya aku tidak dapat menolongmu sedikit pun dari Allah. Wahai Shofiyah bibi Rasulullah, sesungguhnya aku tidak dapat menolongmu sedikit pun dari Allah. Wahai Fatimah puteri Muhammad, mintalah padaku apa yang engkau mau dari hartaku, sesungguhnya aku tidak dapat menolongmu sedikit pun dari Allah. ”  ( HR. Bukhari no. 2753 dan Muslim no. 206 ).

Jika Fatimah saja puteri Nabi tidak bisa ditolong oleh ayahnya sendiri, bagaimanakah dengan keturunan di bawahnya, apalagi jika cuma pengakuan saja sebagai keturunannya.

Padahal ada banyak orang sekedar ngaku2 keturunan beliau, namun kenyataannya dari keturunan Persia ( bukan Quraisy ) karena cuma sekedar bermodal hidung mancung dan tampang Arab.

 

Jika demikian, ritual tanpa dalil atau tanpa dasar yang biasa disuarakan para habib dan merekalah yang jadi front terdepan dalam membelanya tidak boleh diikuti. Karena perlu dipahami bahwa habib bukanlah nabi, sehingga mereka tidak bisa membuat syari’at sebagaimana leluhur mereka.

Apalagi jika mereka berbuat maksiat seperti merokok, judi, main perempuan ( alias : zina ), dan biasa mencukur habis jenggot, tentu mereka tidak pantas jadi panutan.

“ Kemudian ditiup lagi sangkakala, maka tidak ada lagi pertalian nasab di antara mereka hari itu. " surah al-Kahfi ayat ke-99.

Adapun tentang syafaat Rasululloh bisa di lihat dalam surah al Anbiya ayat ke-28.

" Mereka tiada memberi syafaat, melainkan kepada orang yang diridhai Allah "

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...