Photo

Photo

Saturday 30 December 2023

Mengapa Ilmu Harus Ada Mahar


Dalam menimba ilmu sebenarnya ada aturan yang mesti diketahui oleh calon santri atau murid yaitu " pantang menawar " ilmu dari mursyid atau guru, sebab nilai mahar tsb sebenarnya tidak sebanding dengan manfaat yang di dapatkan yaitu keselamatan diri dunia akhirat,

Dulu sayapun seperti itu, saya tidak tau apa-apa dan sangat awam soal mahar ilmu.

Kemudian setelah dijelaskan oleh orang-orang tua maka sayapun paham sebab berkah yang diterima ternyata luar biasa bila dengan ikhlas dan penuh pengorbanan dan perjuangan menyanggupi apapun yang ditetapkan oleh guru, menawar ilmu ibarat menawar harga nyawa kita sendiri. Betapa murahnya mahar sebuah ilmu dibanding nyawa anda sendiri.

Pada jaman dahulu mulai dari jaman penjajahan belanda, jaman pemberontakan, jaman penjajahan Jepang, ilmu-ilmu tarikat, hakikat dan makrifat sangat langka, hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu yaitu para auliya atau waliyullah.

Orang-orang yang yang diberi hidayah dan terpanggil hatinya untuk menimba ilmu tsb kadang harus mencari Guru ( Mursyid ) yaitu para wali tsb dengan menempuh perjalanan panjang dan kadang harus berhadapan dengan begal dari para penjajah atau pemberontak, tak jarang banyak diantara pencari ilmu jatuh korban sehingga tak sampai niatnya bertemu Mursyid.

Yang berhasil bertemu Mursyidpun dengan ikhlas dan sukarela memberi mahar kepada Mursyidnya berupa seekor kerbau atau sapi bahkan sebidang tanah. Hal ini bukanlah karena Mursyid dianggap materialistis, tetapi itulah harga mahar yang mesti di sepakati oleh calon murid.

Dan setelah menimba ilmu insya Allah, berkah dan karomah dari ilmu tsb Tuhan akan menggantikannya berlipat ganda. Bahkan semakin besar nilai mahar yang diberikan oleh calon murid kepada Mursyidnya walaupun sang Mursyid tidak meminta nilai mahar yang lebih besar maka berkah yang didapatkan oleh calon murid yang ikhlas berguru akan semakin besar pula. Ini dibuktikan dari kisah-kisah leluhur yang sukses menimba ilmu yang berkah tsb. Hidupnya selamat dunia akhirat dan rezkinya berlimpah dan bertambah berkahnya.

 

Mahar Ilmu Dijelaskan Secara Tersirat Dalam Al-Quran

Tujuan menuntut ilmu adalah mencari sampai mengenal jati diri sehingga dapat menemukan pencerahan dalam mengenal Tuhan yang wajib di jadikan sembahan agar selamat dunia akhirat. Dalam proses menuntut ilmu untuk mencapai tujuan utama yaitu mengenal jati diri dan mengenal Tuhan maka di wajibkan manusia itu berkurban kepada Allah, hal ini sudah dengan jelas ditegaskan dalam Al-Quran Surah ke 108 Al-Kautsar ayat 1 dan 2

 

إِنَّاأَعْطَيْنَاكَالْكَوْثَرَفَصَلِّلِرَبِّكَوَانْحَرْ

 

Innaa a'thainaakal kautsar(a) Fashalli lirabbika waanhar

" Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu, nikmat yang banyak." – ( QS. 108 : 1 )

" Maka dirikanlah shalat, karena Rabb-mu ; dan berkorbanlah." – ( QS. 108 : 2 )

Ayat 1 di atas mengandung arti tersirat , bahwa Tuhan telah memberikan kenikmatan kepada manusia, misalnya : rezky, kesehatan, keselamatan dan ilmu pengetahuan dan sebagainya.

Sedangkan ayat 2 di atas mengandung arti tersirat, bahwa setelah manusia menemukan kesadaran dalam menikmati semua pemberian Tuhan maka hendaklah manusia berfikir atau merenung siapa Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah tsb yang memberikan segala kenikmatan tsb ?

Maka untuk mengenal siapa Tuhan itu, wajiblah manusia mendirikan shalat serta mengkaji, menggali dan memahami makna rahasia dari shalat tersebut agar dapat menemukan dan mengenal Tuhan. Dan untuk menemukan dan mengenal Tuhan dalam shalat itu, maka diperintahkan manusia untuk berkuban.

Jadi jelas bahwa untuk menuntut ilmu itu apalagi ilmu yang berhubungan dengan pengenalan diri atau pengenalan kepada Tuhan wajiblah manusia berkurban, maka inilah yang di jadikan mahar agar Mursyid ( Guru ) bisa menurunkan ilmu tsb dengan mengharap ridho Allah sehingga ilmu bisa berkah dan karomah.

Di jaman sekarang beberapa orang yang sinis dan merasa pintar justru dengan mudahnya berkata tanpa berpikir, tanpa tafakkur, tanpa merenung, tanpa memahami arti dan makna mahar ilmu tsb.

Mereka dengan kepintarannya seenaknya berkata, mengapa Ilmu harus dijual…? sedangkan Allah saja memberikan ilmu kepada kita dengan Gratis atau Cuma-Cuma.

Inilah gambaran seorang yang pintar tapi sebenarnya Bodoh. Mereka membandingkan Allah dengan manusia. Orang yang pintar dan pandai tentu akan menjawab, bahwa Allah itu adalah Tuhan yang tak butuh mahar, tak butuh harta, tak butuh apapun materi dari hambaNya. Allah itulah yang memberikan manusia rezki berupa materi, harta, ilmu dan sebagainya. Dan manusia yang menerima ilmu langsung dari Allah juga tidak gratis atau cuma-cuma, hanya dengan duduk santai menghayal dan sebagainya, tetapi itu adalah melalui perjuangan yang berat dan tak bisa dilakukan oleh orang awam.

Mereka ( para waliyullah, para Mursyid ) memperoleh ilmu tsb melalui perjuangan yang cukup berat penuh dengan ujian, cobaan dan tantangan. Mereka harus mengembara seorang diri, menempuh perjalanan, keluar masuk hutan belantara, naik ke gunung dan mengasingkan diri, dan memperbanyak ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, meninggalkan keluarga dan segala urusan dunia agar terbuka tabir rahasia antara dia dan Rabbnya ( Tuhan ) yang dapat mengantar manusia kepada Allah selamat dunia akhirat dengan sempurna dan mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah, tak jarang mereka harus berpuasa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sampai mereka mendapat petunjuk dari Allah.

Itulah ibarat bayarannya kepada Allah tak semudah membalikkan telapak tangan. Jadi bukan bayaran kepada Allah berupa materi tetapi berupa ujian, cobaan, tantangan dsb. Jadi sebenarnya tak ada ilmu yang gratis atau cuma-cuma walaupun itu langsung dari Allah. Bisa dibayangkan kondisi sang Mursyid tersebut tentu sangat kurus dan pakaiannya sudah usang dan lusuh. Namun cahaya ilahi menerangi dirinya jiwa dan raga.

Setelah mereka pulang dari pengembaraannya, mereka mulai berdakwah menyebarkan ilmu Makrifat yang mereka terima dari Allah, disinilah nilai mahar ilmu itu ditetapkan, sebagai aturan yang mempermudah calon murid untuk menerima ilmu tanpa harus mengembara, mengasingkan diri dan beribadah berbulan-bulan atau bertahun-tahun lamanya.

Mursyid akan langsung mengijazahkan ilmu tsb membuka rahasianya dan langsung bisa di amalkan oleh murid. Dan berkah serta karomah yang diterima oleh murid tsb sama nilainya dengan berkah dan karomah dari mursyidnya karena dalam proses pengijazahan ilmu, mursyid akan menyelaraskan dirinya dan diri muridnya kepada Diri Yang Maha Kuasa dengan proses ritual wirid, zikir, wasilah, tawassul dsb. Inilah yang disebut dengan proses inisiasi atau penyelarasan energi dalam isitilah ilmu metafisika.

 

Beda Ilmu Dan Pengetahuan

Mendengarkan dakwah atau ceramah tentang ilmu, itu bukanlah menerima ilmu tetapi itu adalah pengetahuan. Ilmu hanya bisa diturunkan lewat proses inisiasi bukan lewat ceramah atau dakwah.

Banyak orang punya pengetahuan tapi sebenarnya tidak berilmu, hanya sebatas tahu saja dan hanya sebatas perkataan

Semoga apa yang saya sampaikan ini bisa dijadikan bahan renungan

 

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...