Dalam menimba ilmu sebenarnya ada aturan yang mesti diketahui
oleh calon santri atau murid yaitu " pantang menawar " ilmu dari
mursyid atau guru, sebab nilai mahar tsb sebenarnya tidak sebanding dengan
manfaat yang di dapatkan yaitu keselamatan diri dunia akhirat,
Dulu sayapun seperti itu, saya tidak tau apa-apa dan sangat
awam soal mahar ilmu.
Kemudian setelah dijelaskan oleh orang-orang tua maka sayapun
paham sebab berkah yang diterima ternyata luar biasa bila dengan ikhlas dan
penuh pengorbanan dan perjuangan menyanggupi apapun yang ditetapkan oleh guru,
menawar ilmu ibarat menawar harga nyawa kita sendiri. Betapa murahnya mahar
sebuah ilmu dibanding nyawa anda sendiri.
Pada jaman dahulu mulai dari jaman penjajahan belanda, jaman
pemberontakan, jaman penjajahan Jepang, ilmu-ilmu tarikat, hakikat dan makrifat
sangat langka, hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu yaitu para auliya atau
waliyullah.
Orang-orang yang yang diberi hidayah dan terpanggil hatinya
untuk menimba ilmu tsb kadang harus mencari Guru ( Mursyid ) yaitu para wali
tsb dengan menempuh perjalanan panjang dan kadang harus berhadapan dengan begal
dari para penjajah atau pemberontak, tak jarang banyak diantara pencari ilmu
jatuh korban sehingga tak sampai niatnya bertemu Mursyid.
Yang berhasil bertemu Mursyidpun dengan ikhlas dan sukarela
memberi mahar kepada Mursyidnya berupa seekor kerbau atau sapi bahkan sebidang
tanah. Hal ini bukanlah karena Mursyid dianggap materialistis, tetapi itulah
harga mahar yang mesti di sepakati oleh calon murid.
Dan setelah menimba ilmu insya Allah, berkah dan karomah dari
ilmu tsb Tuhan akan menggantikannya berlipat ganda. Bahkan semakin besar nilai
mahar yang diberikan oleh calon murid kepada Mursyidnya walaupun sang Mursyid
tidak meminta nilai mahar yang lebih besar maka berkah yang didapatkan oleh
calon murid yang ikhlas berguru akan semakin besar pula. Ini dibuktikan dari
kisah-kisah leluhur yang sukses menimba ilmu yang berkah tsb. Hidupnya selamat
dunia akhirat dan rezkinya berlimpah dan bertambah berkahnya.
Mahar Ilmu Dijelaskan Secara Tersirat Dalam Al-Quran
Tujuan menuntut ilmu adalah mencari sampai mengenal jati diri
sehingga dapat menemukan pencerahan dalam mengenal Tuhan yang wajib di jadikan
sembahan agar selamat dunia akhirat. Dalam proses menuntut ilmu untuk mencapai
tujuan utama yaitu mengenal jati diri dan mengenal Tuhan maka di wajibkan
manusia itu berkurban kepada Allah, hal ini sudah dengan jelas ditegaskan dalam
Al-Quran Surah ke 108 Al-Kautsar ayat 1 dan 2
إِنَّاأَعْطَيْنَاكَالْكَوْثَرَفَصَلِّلِرَبِّكَوَانْحَرْ
Innaa a'thainaakal kautsar(a) Fashalli lirabbika waanhar
" Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu, nikmat
yang banyak." – ( QS. 108 : 1 )
" Maka dirikanlah shalat, karena Rabb-mu ; dan
berkorbanlah." – ( QS. 108 : 2 )
Ayat 1 di atas mengandung arti tersirat , bahwa Tuhan telah
memberikan kenikmatan kepada manusia, misalnya : rezky, kesehatan, keselamatan
dan ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Sedangkan ayat 2 di atas mengandung arti tersirat, bahwa
setelah manusia menemukan kesadaran dalam menikmati semua pemberian Tuhan maka
hendaklah manusia berfikir atau merenung siapa Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Maha Pemurah tsb yang memberikan segala kenikmatan tsb ?
Maka untuk mengenal siapa Tuhan itu, wajiblah manusia
mendirikan shalat serta mengkaji, menggali dan memahami makna rahasia dari
shalat tersebut agar dapat menemukan dan mengenal Tuhan. Dan untuk menemukan
dan mengenal Tuhan dalam shalat itu, maka diperintahkan manusia untuk berkuban.
Jadi jelas bahwa untuk menuntut ilmu itu apalagi ilmu yang
berhubungan dengan pengenalan diri atau pengenalan kepada Tuhan wajiblah
manusia berkurban, maka inilah yang di jadikan mahar agar Mursyid ( Guru ) bisa
menurunkan ilmu tsb dengan mengharap ridho Allah sehingga ilmu bisa berkah dan
karomah.
Di jaman sekarang beberapa orang yang sinis dan merasa pintar
justru dengan mudahnya berkata tanpa berpikir, tanpa tafakkur, tanpa merenung,
tanpa memahami arti dan makna mahar ilmu tsb.
Mereka dengan kepintarannya seenaknya berkata, mengapa Ilmu
harus dijual…? sedangkan Allah saja memberikan ilmu kepada kita dengan Gratis
atau Cuma-Cuma.
Inilah gambaran seorang yang pintar tapi sebenarnya Bodoh.
Mereka membandingkan Allah dengan manusia. Orang yang pintar dan pandai tentu
akan menjawab, bahwa Allah itu adalah Tuhan yang tak butuh mahar, tak butuh
harta, tak butuh apapun materi dari hambaNya. Allah itulah yang memberikan
manusia rezki berupa materi, harta, ilmu dan sebagainya. Dan manusia yang
menerima ilmu langsung dari Allah juga tidak gratis atau cuma-cuma, hanya
dengan duduk santai menghayal dan sebagainya, tetapi itu adalah melalui
perjuangan yang berat dan tak bisa dilakukan oleh orang awam.
Mereka ( para waliyullah, para Mursyid ) memperoleh ilmu tsb melalui
perjuangan yang cukup berat penuh dengan ujian, cobaan dan tantangan. Mereka
harus mengembara seorang diri, menempuh perjalanan, keluar masuk hutan
belantara, naik ke gunung dan mengasingkan diri, dan memperbanyak ibadah untuk
mendekatkan diri kepada Allah, meninggalkan keluarga dan segala urusan dunia
agar terbuka tabir rahasia antara dia dan Rabbnya ( Tuhan ) yang dapat
mengantar manusia kepada Allah selamat dunia akhirat dengan sempurna dan
mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah, tak jarang mereka harus berpuasa
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sampai mereka mendapat petunjuk dari
Allah.
Itulah ibarat bayarannya kepada Allah tak semudah membalikkan
telapak tangan. Jadi bukan bayaran kepada Allah berupa materi tetapi berupa
ujian, cobaan, tantangan dsb. Jadi sebenarnya tak ada ilmu yang gratis atau
cuma-cuma walaupun itu langsung dari Allah. Bisa dibayangkan kondisi sang
Mursyid tersebut tentu sangat kurus dan pakaiannya sudah usang dan lusuh. Namun
cahaya ilahi menerangi dirinya jiwa dan raga.
Setelah mereka pulang dari pengembaraannya, mereka mulai
berdakwah menyebarkan ilmu Makrifat yang mereka terima dari Allah, disinilah
nilai mahar ilmu itu ditetapkan, sebagai aturan yang mempermudah calon murid
untuk menerima ilmu tanpa harus mengembara, mengasingkan diri dan beribadah
berbulan-bulan atau bertahun-tahun lamanya.
Mursyid akan langsung mengijazahkan ilmu tsb membuka
rahasianya dan langsung bisa di amalkan oleh murid. Dan berkah serta karomah
yang diterima oleh murid tsb sama nilainya dengan berkah dan karomah dari
mursyidnya karena dalam proses pengijazahan ilmu, mursyid akan menyelaraskan
dirinya dan diri muridnya kepada Diri Yang Maha Kuasa dengan proses ritual
wirid, zikir, wasilah, tawassul dsb. Inilah yang disebut dengan proses inisiasi
atau penyelarasan energi dalam isitilah ilmu metafisika.
Beda Ilmu Dan Pengetahuan
Mendengarkan dakwah atau ceramah tentang ilmu, itu bukanlah
menerima ilmu tetapi itu adalah pengetahuan. Ilmu hanya bisa diturunkan lewat
proses inisiasi bukan lewat ceramah atau dakwah.
Banyak orang punya pengetahuan tapi sebenarnya tidak berilmu,
hanya sebatas tahu saja dan hanya sebatas perkataan
Semoga apa yang saya sampaikan ini bisa dijadikan bahan
renungan
No comments:
Post a Comment