Photo

Photo

Tuesday 19 June 2018

NOGOSOSRO SABUK INTEN, Seri 14



Itulah Gagak Bangah. Anggota termuda dari kawanan iblis itu. Rupa-rupanya ia tidak dapat lagi mengendalikan dirinya melihat Watu Gunung dihinakan sedemikian. Meskipun ia merasa bahwa ia sendiri tidak akan mampu melawan Mahesa Jenar, tetapi berdua dengan Watu Gunung adalah lain soalnya.

Gagak Bangah sendiri tidak sekuat Watu Gunung, tetapi ia mempunyai kelebihan dalam hal kecepatan bergerak. Dan kecepatannya itu apabila digabungkan dengan kekuatan tenaga Watu Gunung mungkin akan dapat merobohkan lawan yang bagaimanapun tangguhnya. Melihat seorang kawannya memasuki arena, hati Watu Gunung yang sudah tipis sekali itu menjadi tergugah kembali. Ia sudah tidak peduli lagi kepada peraturan yang ditentukan dalam pertarungan itu.

Melihat seorang lagi masuk dalam arena, Mahesa Jenar terkejut. Ia surut beberapa langkah ke belakang, dan pandangannya mengandung pertanyaan. Tetapi dengan tak banyak cakap, Gagak Bangah sudah memutar pedang pendeknya dan dengan kecepatan yang luar biasa ia menyerang Mahesa Jenar.

“Tunggu… apakah kau ingin menggantikan Watu Gunung?”

Terpaksa Mahesa Jenar ingin mendapat penjelasan sambil meloncat menghindari serangan itu. Tetapi, ia tidak mendapat jawaban, bahkan kini Gagak Bangah dan Watu Gunung menyerang bersama-sama.

“Kalian melanggar peraturan,” sambung Mahesa Jenar sambil meloncat menghindari sambaran pedang pendek dan kemudian cepat sekali ia meloncat dua depa ke belakang sebelum kaki Watu Gunung mengenai tungkaknya.

“Tidak ada suatu peraturanpun yang dapat mengikat kami,” teriak Gagak Bangah dengan garangnya. “Kami berdiri di atas segala peraturan. Kalau kami berhak menentukan peraturan, kami pun berhak mengubah atau menghapus peraturan itu.”

Mahesa Jenar jadi sadar bahwa ia berhadapan dengan orang-orang yang licik dan tidak bersikap jantan. Ia paling benci pada sifat-sifat yang demikian. Ia lebih menghargai seseorang yang mengakui kekalahannya daripada orang yang licik dan curang. Itulah sebabnya kemarahan Mahesa Jenar tergugah.

Tetapi ia sekarang berhadapan dengan dua orang yang mempunyai keistimewaan masing-masing dan tergolong dalam tingkatan yang cukup tinggi. Karena itu ia harus mengerahkan sebagian besar kepandaiannya.

Ki Asem Gede yang menyaksikan kecurangan itu pun menjadi gusar. Untuk melawan dua orang, belum tentu Mahesa Jenar dapat menang. Karena itu ia sudah membulatkan tekad untuk melibatkan diri dalam pertempuran itu. Tetapi baru saja ia akan meloncat, tiba-tiba terdengarlah sebuah bisikan.

“Jangan berbuat sesuatu Ki Asem Gede.”

Ki Asem Gede terkejut bukan kepalang. Dan terasa di kedua belah lambungnya melekat ujung senjata tajam. Ketika ia menoleh, dilihatnya Wisuda dan Palian, yakni anggota ke-3 dan ke-4 dari kawanan iblis itu berdiri di belakangnya dan mengancamnya dengan keris. Maka terpaksa Ki Asem Gede mengurungkan niatnya, meskipun hatinya bergelora hebat, sambil menanti suatu kesempatan.

Sementara itu, pertempuran di arena bertambah hebat. Gagak Bangah dengan gesitnya menyambar-nyambar sambil mempermainkan pedang pendeknya, seperti seekor Sikatan menyambar belalang. Sedangkan Watu Gunung pun dengan mengandalkan kekuatannya menyerang dengan garangnya. Apalagi kini ia telah memegang pula sebuah belati panjang yang dicabutnya dari bawah kainnya, seperti yang dilemparkan tadi.

Mahesa Jenar ternyata tidak mengecewakan. Diam-diam ia merasa bersyukur bahwa dengan tidak sengaja Watu Gunung telah memberinya sebilah pisau belati panjang. Dan dengan senjata itu ia melayani kedua lawannya. Ia pernah mendengar bahwa belati kawanan Lawa Ijo terkenal keampuhannya serta terbuat dari baja pilihan. Apalagi kini senjata itu ada di tangan Mahesa Jenar yang mempunyai kepandaian dalam mempergunakan segala macam senjata. Maka dalam waktu yang singkat ujung belati itu dengan dahsyatnya menyerang lawannya dan seolah-olah berubah menjadi beribu-ribu mata pisau yang mematuk-matuk dengan garangnya.

Keadaan yang seimbang dari pertempuran itu tidak berlangsung lama. Sebab segera Mahesa Jenar berhasil mendesak lawannya ke dalam keadaan yang sulit. Selagi Watu Gunung merangsek dari sisi kirinya, Gagak Bangah maju dengan marahnya dari sisi kanannya, melompatlah Mahesa Jenar setengah lingkaran sambil menendang tengkuk Watu Gunung dengan kecepatan yang luar biasa, maka terdengarlah gemeretak kepala beradu.

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...