Photo

Photo

Tuesday 12 June 2018

KISAH HIKMAH : Raja Dzulqarnain Berguru Pada Aristoteles



وَیَسْأَلُوْنَكَ عَنْ ذِي الْقَرْنَیْنِ قُلْ سَأَتْلُوْ عَلَیْكُمْ مِنْھُ ذِكْرًا

“ Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: ‘Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya’ “. (QS. Al-Kahfi : 83)

Konon, Raja Philips II sangat gelisah ketika memiliki anak laki-laki. Bagaimana dapat mendidiknya sehingga dapat menjadi pewaris kerajaan yang kuat, adil dan bijak. Sebab, sebagai Raja tentunya tidak dapat mendidik anaknya dengan segala pengawasan dan perhatian yang dibutuhkan secara penuh.

Setelah menginjak dewasa (tamyiz), anaknya diserahkan pada seorang ulama yang bernama Aristo atau lebih dikenal dengan nama Aristoteles. Aristo adalah salah seorang santri Syech Aflathon atau lebih dikenal dengan nama Plato. Aristo mau menerima anak raja tersebut dengan syarat dibuatkan semacam asrama (Ponpes) yang dalam bahasa Yunani disebut pondokeon.

Masya Allah, tahukah Anda reputasi Kyainya Aristo (Aristoteles) yaitu Syech Aflathon (Plato)…?

“ Aku bertemu dengan Plato yang dituduh kafir oleh ahl al-dlohir. Aku melihatnya dalam suasana alam gaib yang dipenuhi dengan cahaya yang terang benderang. Aku melihatnya dalam suatu tempat yang tidak dimiliki kecuali oleh para kekasih-kekasih Allah. Aku bertanya kepadanya : “Siapakah anda ?” ...“ begitu kesaksian Imam al-Jilli ( penyarah kitab Futuhat ) kepada Plato, guru Aristoteles.

ولقد اجتمعت بأفلاطون الذى یعدونھ اھل الظاھر كافرا فرأیتھ وقد ملأ العالم الغیبي نورا وبھجة ورأیت لھ مكانة لم ارھا الا لاحاد من الاولیاء ز فقلت لھ : من..."
انت ؟ قطب الزمان و واحد الاوان ...". الإنسان الكامل في معرفة الأواخر والأوائلص: ١٨٨ - عبد الكریم الجیلي دار الكتب العلمیة - بیروت ١٤١٨

Demikianlah, maka anak Raja Philips II yang bernama Iskandar itu dipondokkan di Pesantren yang diasuh oleh Kyai Aristoteles. Setelah dinyatakan lulus maka saatnya Iskandar mengganti tahta ayahnya dan berjuluk Dzu al-Qarnain atau Zulkarnain.

Pada suatu hari, Raja Iskandar Zulkarnain melakukan “blusukan” ke pedalaman. Dia melewati perkampungan yang sama sekali tidak memiliki fasilitas yang menunjang kemakmuran duniawiyahnya. Penduduk kampung tersebut menjadikan rumput dan tumbuh-tumbuhan sebagai makanan pokok. Anehnya, mereka membuat pemakaman pada setiap halaman rumah. Bahkan, yang belum meninggal pun telah dipersiapkan galian liang lahat yang dibiarkan menganga. Setiap hari, mereka membersihkan dan menziarahi kuburan tersebut.

Diatas kuda yang gagah dan dihiasi berbagai asesoris keagungan seorang raja serta pakaian yang indah dan anggun, sang raja kemudian mengutus pengawalnya memanggil salah satu penduduk kampung itu untuk menghadap kepadanya. Tetapi, tidak ada satu pun penduduk yang menghiraukan panggilan rajanya. Raja Iskandar kemudian turun dari kuda dan menemui sendiri penduduk kampung.

“ Bagaimana keberadaan kalian…? Tidak ada sedikit pun emas dan perak di kampungmu. Begitu juga makanan dan kenikmatan-kenikmatan yang lain.” Raja Iskandar bertanya.

“ Kami tidak mengumpulkan harta dunia dan kenikmatannya karena tidak dapat mengenyangkan siapa pun” jawab salah seorang penduduk.

“ Mengapa kalian menggali kuburan di depan rumah-rumah kalian…?” tanya Raja Iskandar lagi.

“ Kami gali kuburan di depan rumah kami supaya selalu dapat terlihat di mata kami, sehingga kami mudah mengingat kematian dan meredam nafsu duniawiyah. Dan sehingga hati kami tidak terlena untuk istiqomah beribadah kepada Allah swt.” jawab mereka.

“ Kenapa kalian menjadikan rumput sebagai makanan pokok kalian…?” tanya Raja Iskandar selanjutnya.

“ Supaya perut kami tidak menjadi kuburan bagi hewan-hewan, dan karena lezatnya makanan itu tidak akan sampai melewati tenggorokan.” jawab mereka.

Kemudian salah seorang penduduk masuk ke dalam rumah dan keluar membawa dua tengkorak kepala manusia. Dan menyodorkan salah satunya di hadapan Raja Iskandar. Penduduk itu berkata ;

“ Wahai Raja Iskandar, tahukah paduka milik siapakah tengkorak yang ini…?. Tengkorak ini adalah milik seorang raja dahulu yang kejam terhadap rakyatnya. Raja itu mengumpulkan harta dunia yang banyak. Kini telah meninggal dan nerakalah saat ini tempatnya ”.

Tengkorak yang lain pun kemudian disodorkan kepada Raja Iskandar dan berkata ; “ Tahukah wahai Raja Iskandar, pemilik tengkorak yang ini…?. Dia adalah raja yang lemah lembut, sayang dan adil terhadap rakyatnya. Kini jelas telah wafat dan surgalah tempatnya. ”

Penduduk itupun mendekatkan kedua tengkorak itu ke kepala Raja Iskandar, dan berkata ; “ Wahai Raja Iskandar, lebih mirip mana tengkorakmu…? Apakah lebih mirip raja yang kejam ini atau Raja yang adil dan kasih sayang terhadap rakyatnya yang ini…? ”.

Raja Iskandar Zulkarnain pun kemudian menangis sejadi-jadinya, dan berkata ; “ Sungguh sebagai raja Aku tidak akan kejam dan menumpuk harta dunia. Sebab semua orang akan jadi musuhku karena harta benda dan kekuasaan. Dan Semua manusia akan menjadi sahabatku dengan qana’ah dan kefakiranku. ( semoga Allah meridhai-ku ).”

Wallahu A’lam

Sumber : Kitab Nashihat al-Muluk Karya Imam al-Ghazali (Diterjemahkan oleh KH. Ubaidillah Shadaqah)

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...