“ Akhirnya selesai juga
tarawihnya. ”
“ Juma’tan dulu…! ”
“ Alhamdulillah puasanya lancar…!
”
“ Alhamdulillahh, bisa shalat
Terawih di Masjid…! ”
Pernahkah Anda membaca status
yang mirip bunyinya seperti di atas…? Entah di Facebook, Twitter dan banyak sosial
media lainnya.
Sekilas memang tak ada yang salah
dengan status tersebut. Tapi jika kita mau merenungkan lebih dalam, sebaiknya
berhati-hati jika suatu saat Anda ingin membuat status sejenis. Anda bisa
terkena dosa riya. Tak percaya….?
Sudah bukan perkara baru lagi,
bahwa sosial media digunakan oleh penggunanya untuk menunjukkan eksistensi diri
baik dari status yang dibagi mengenai kehidupan sehari-hari, ataupun lewat foto
yang diunggah untuk menunjukkan aktivitas terakhir dari pemilik akun yang
bersangkutan.
Status yang dibagi ini kadang tak
kenal tempat dan waktu. Tak memisahkan mana yang penting atau tidak untuk
dishare.
Celakanya, hampir semua orang
pengguna sosial media melakukan hal yang sama. Karena memang itulah gunanya
sosial media diciptakan, yaitu untuk mem-posting apapun yang ingin mereka bagi.
Nah, untuk status atau foto yang
memiliki unsur ibadah sebaiknya kita wajib waspada. Apa pasal….? Bisa jadi
status atau foto yang kita bagi, merupakan tipu daya dan bujukan setan yang
hendak menjerumuskan kita pada dosa yang tersembunyi atau tersamarkan yaitu
penyakit hati yang lazim disebut riya.
Mungkin kita memandang baik suatu
perbuatan tanpa menyadari ada unsur-unsur dosa yang menyertainya. Khusus mengenai
status atau foto bermuatan nilai ibadah ini dosa penyerta itu adalah termasuk
syirik kecil yaitu sum’ah atau riya yang menghanguskan pahala dan amal
pelakunya karena beramal shalih bukan karena Allah, semata mata ingin mendapat
pujian di mata manusia, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al Baqarah ayat
264 yang berbunyi ;
“ Hai orang-orang beriman,
janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. ”
No comments:
Post a Comment