Photo

Photo

Sunday 3 June 2018

Dosa Dari Status Di Media Sosial


“ Akhirnya selesai juga tarawihnya. ”

“ Juma’tan dulu…! ”

“ Alhamdulillah puasanya lancar…! ”

“ Alhamdulillahh, bisa shalat Terawih di Masjid…! ”

Pernahkah Anda membaca status yang mirip bunyinya seperti di atas…? Entah di Facebook, Twitter dan banyak sosial media lainnya.

Sekilas memang tak ada yang salah dengan status tersebut. Tapi jika kita mau merenungkan lebih dalam, sebaiknya berhati-hati jika suatu saat Anda ingin membuat status sejenis. Anda bisa terkena dosa riya. Tak percaya….?

Sudah bukan perkara baru lagi, bahwa sosial media digunakan oleh penggunanya untuk menunjukkan eksistensi diri baik dari status yang dibagi mengenai kehidupan sehari-hari, ataupun lewat foto yang diunggah untuk menunjukkan aktivitas terakhir dari pemilik akun yang bersangkutan.

Status yang dibagi ini kadang tak kenal tempat dan waktu. Tak memisahkan mana yang penting atau tidak untuk dishare.

Celakanya, hampir semua orang pengguna sosial media melakukan hal yang sama. Karena memang itulah gunanya sosial media diciptakan, yaitu untuk mem-posting apapun yang ingin mereka bagi.

Nah, untuk status atau foto yang memiliki unsur ibadah sebaiknya kita wajib waspada. Apa pasal….? Bisa jadi status atau foto yang kita bagi, merupakan tipu daya dan bujukan setan yang hendak menjerumuskan kita pada dosa yang tersembunyi atau tersamarkan yaitu penyakit hati yang lazim disebut riya.

Mungkin kita memandang baik suatu perbuatan tanpa menyadari ada unsur-unsur dosa yang menyertainya. Khusus mengenai status atau foto bermuatan nilai ibadah ini dosa penyerta itu adalah termasuk syirik kecil yaitu sum’ah atau riya yang menghanguskan pahala dan amal pelakunya karena beramal shalih bukan karena Allah, semata mata ingin mendapat pujian di mata manusia, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 264 yang berbunyi ;

“ Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. ”

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...