Ini memang panjang. Tapi sangat bagus menurut saya. Baca dulu
hingga tuntas..! Baru diangan-angan dengan jernih. Insya Allah pencerahan yang
luar biasa.
Tulisan ini merupakan nasehat almarhum KH. A. Hasyim Muzadi,
Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al Hikam Malang dan mantan ketua PBNU.
Sengaja saya tampilkan judul seperti itu. Biar penasaran.
Hehehe…. Udah, baca saja sampai selesai. Insya Allah bermanfaat.
Bismillahirrahmanirrahim.
KH. A. Hasyim Muzadi berkata :
Saya ingin menyampaikan sesuatu yang menarik tentang RRC
(Tiongkok) kepada kamu semua. Dengan perjalanan ini, saya menjadi lebih mengerti kenapa
Rasulullah SAW menganjurkan kita supaya mencari ilmu, sekalipun ke Negeri Cina.
Saya perhatikan ada beberapa kekhususan dari China, yaitu:
1. Segi Historis (Sejarah)
China adalah bangsa yang tua karena beribu-ribu tahun sebelum
masehi, China sudah menjadi bangsa yang besar bersama dengan Romawi, Yunani,
Persia, India, dll. Ini adalah bangsa-bangsa tua yang ribuan tahun sebelum
masehi sudah dikenal dalam sejarah.
2. Segi Geografis
China persis berada pada posisi tengah-tengah dari Benua Asia.
Adapun selisih waktu antara Beijing dengan Jakarta hanya 1 jam sebagaimana
selisih WIB dan WITA. Luas Negara China ini luar biasa, bahkan melampui luasnya
Amerika Serikat dan hampir sama dengan luas Uni Sovyet sebelum pecah.
3. Segi Populasi
Negara China mempunyai jumlah populasi terbesar di dunia,
yaitu mencapai 1,3 milyar jiwa. Ini jumlah penduduk yang ada di China daratan,
belum lagi bangsa China berada di luar China (Overseas China). Di Negara
mana-mana pasti ada orang China, termasuk Kalpataru, Cengger Ayam, bahkan
daerah yang nyelempit-nyelempit itu. Jadi, tidak ada satu kota pun di dunia ini
yang tidak ada orang Chinanya.
Jumlah populasi orang China yang berada di luar RRC itu kalau
ditotal sekitar 600 juta jiwa. Sehingga kalau ditotal secara keseluruhan, maka
jumlah populasi warga China mencapai hampir 2 milyar jiwa.
4. Segi Ekonomi
China ini adalah bangsa yang mempunyai etos kerja tinggi dan
pekerja keras. Dalam satu hari, orang China mampu bekerja selama 11 jam,
padahal kita saja yang berkerja 8 jam sehari sudah merasa berat.
Perhatikan orang China yang buka toko. Pada pukul 06.00 dia
sudah membuka toko dan tutup menjelang Maghrib, kemudian malam harinya, dia
totalan. Jadi, waktu yang tersisa itu hanya digunakan untuk tidur atau untuk
keperluan yang berkaitan dengan usaha dagangnya.
Di samping sebagai pekerja keras, orang China adalah pekerja
cerdas. Sekarang ini, tidak ada satu barang pun di dunia ini yang tidak ditiru
oleh Negara China.
Suatu saat saya pergi ke pasar malem. Di sana saya ditunjukkan
jam tangan merk Rolex, mulai dari yang asli seharga 70 juta Rupiah, sampai
Rolex yang seharga Rp. 70.000, dan kita sulit untuk membedakan antara yang asli
dengan yang palsu. Oleh karena itu, RRC mempunyai potensi luar biasa untuk
menghancurkan Barat.
Apalagi produksi-produksi di sana dibuat secara besar-besaran,
yaitu kalau satu orang membuat 10 baju, maka dari RRC akan mengekspor sekirat
12-13 milyar baju.
5. Rasa Persaudaraan (Kecinaan)
Bangsa China mempunyai rasa “kecinaan” dunia. Jadi, kalau
orang China ketemu sama orang China lainnya, perasaannya lain dibandingkan
ketemu dengan kita.
6. Segi Politik
Dahulu Negara China diperintah oleh Kaisar. Tunduk kepada
Kaisar adalah harga mati, sehingga pada zaman Kekaisaran, Kaisar menyuruh
rakyat untuk membangon tembok besar China meski harus mengorbankan ratusan ribu
jiwa.
Tembok besar China ini dibangun di puncak-puncak bukit dan
panjangnya sekita sepanjang 6000 KM. Kalau ada pekerja yang mati, maka langsung
dikuburkan di dekat situ. Jadi, tembok besar China itu sebenarnya angker karena
ada alam arwahnya.
Setelah itu Negara China dipimpin oleh Komunis. Pemerintahan
Komunis ditambah dengan etos kerja bangsa China yang luar biasa, menjadikan
Negara China memperoleh untung besar. Kenapa?, karena nilai yang dimakan oleh
masing-masing orang China, lebih sedikit dari pada nilai hasil kerja mereka.
Ibaratnya: kalau nilai kerjanya Rp. 20.000 perhari, maka dia
hanya memakainya sebanyak Rp, 10.000 sehari, sedangkan yang Rp. 10.000 lainnya
menjadi hak Negara, sehingga yang semakin kuat adalah Negaranya. Ini terjadi
pada waktu pemerintahan Komunis dipimpin oleh tokoh bernama Mao Zedong. Setelah
Mao Zedong meninggal dunia, sistem ekonomi China diubah, namun politiknya tetap
berhaluan Komunis. Artinya: orang China masih diperintahkan untuk kolektivitas,
tapi ekonomi China mulai dibuka pelanpelan.
Dari situ, mulai ada ekspor dan impor, investasi, dsb. Bahkan
lebih dari 4 juta anak-anak muda China, dikirim ke seluruh dunia untuk belajar
membuat barang-barang yang dibuat di negara-negara yang mereka tempati. Semua
itu dibiayai oleh Negara.
Akhirnya ekonomi China meledak dan berkembang sangat pesat.
Kenapa?, karena bangsa China itu tidak suka hidup mewah, di samping karena
budaya, juga karena faktor politik Komunisme yang dianut. Jadi, Negara China itu
dari Komunis, bergeser ke arah Sosialis yang agak longgar, bahkan sekarang
menjadi Kapitalis, namun bukan “dikapitalisi” oleh orang lain.
Dalam tempo kurang dari 20 tahun, kota-kota besar di China
disulap menjadi lebih hebat dari Washington dan New York. Jadi, di sana saya
seperti memasuki daerah yang aneh, karena saya dulu pernah ke China, tapi tidak
seperti yang sekarang ini.
Sekarang ini Negara China luar biasa hebatnya dan mulai
menggeser posisi ekonomi Barat. Kenapa itu bisa terjadi…? karena RRC tidak mau
terikat dengan semua ikatan ekonomi internasional, baik itu IMF, ILO, WTO, dsb.
Sehingga RRC ini berjalan tidak berdasarkan konsensus
internasional, melainkan menggelinding sendirian dengan kekuatan raksasa yang
mereka miliki. Hidup bangsa China tetep sederhana, karena mereka mempunyai budaya
yang mengacu kepada filsafat Konghucu.
Sekalipun bangsa China adalah komunis yang menganut ajaran
tidak bertuhan (atheisme), tapi sebenarnya mereka masih mendewakan Kongfuche
sampai hari ini. Orang China yang beragama Kristen menganut Konghuchu, orang
China yang beragama Islam juga menganut Konghuchu, dsb. Konghuchu sudah menjadi
agama negara dan agama bangsa.
Umat Islam di China tidak besar, jumlah mereka kurang lebih
sekitar 50 juta saja. Apa artinya 50 juta muslim di tengah-tengah 1.3 milyar
penduduk RRC. Orang Islam di sana rata-rata sudah berusia tua yang kelasnya “Husnul
khatimah”.
Nah, yang menarik bagi saya dan mungkin cocok dengan kandungan
Hadits di atas adalah bahwa bangsa China itu selalu hidup di bawah jumlah
penghasilannya. Saya kira, sikap ini perlu kamu tiru. Tidak ada orang China
yang menghabiskan uang Rp. 10.000 sehari, kalau penghasilannya tidak mencapai
Rp. 15.000. Ketika orang China masih berpenghasilan Rp. 5.000, maka dia hanya
makan sebanyak Rp. 4.000 saja. Jadi, bangsa China itu pantang memakan habis
hasil keringatnya dan harus ada sisa dari hasil keringatnya tadi.
Bangsa China sudah terbiasa hidup sederhana. Mereka bisa bikin
mobil, motor, dsb. Mereka juga bisa meniru sepeda motor model Harley Davidson.
Meskipun demikian, mereka jarang naik sepeda motor.
Saya lihat di kota Peking, kalau orang mau bepergian yang
jaraknya kurang dari 1 KM, maka mereka memilih jalan kaki; kalau lebih dari 1
KM, mereka memilih naik sepeda; dan kalau lebih dari 5 KM, maka mereka memilih
naik bus. Kalau sudah kaya betul, baru mereka mempunyai mobil; itupun jarang
dipakai, karena mereka lebih suka naik bus sekalipun sudah mempunyai mobil
sendiri. Alasan mereka sederhana dan rasional, yaitu jalan kaki itu lebih hemat,
lebih sehat, lebih selamat, dan anti-polusi.
Di sana juga banyak sepeda pancal, namun sepeda yang dipakai
itu jelek-jelek, karena yang baik-baik itu untuk dijual. Jadi, bangsa China ini
mempunyai sifat-sifat yang agak aneh dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lain.
Orang China itu kalau yang terbaik untuk dijual, sedangkan yang jelek untuk
dipakai sendiri.
Di RRC jarang ada rumah mewah, yang banyak adalah rumah susun,
maklum jumlah penduduknya milyaran orang. Sedangan bangunan yang megah-megah
adalah semacam universitas, pertokoan, mall, kantor, dsb. Orang-orang China
jarang yang gemuk, padahal makannya banyak. Mereka bisa langsing karena sering
jalan kaki dan berolah raga. Bahkan hampir seluruh tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat
sebagai obat-obatan, tumbuh subur di Negara China.
Ibaratnya, Negara China adalah miniatur dari tanaman-tanaman
yang berkhasiat obat. Lha, ini yang menginspirasi Mr. Li Xiang untuk
memproduksi obat-obatan, tapi sudah dimodernisir. Pabrik yang dimiliki oleh Mr.
Xiang ini sekarang sudah menguasai 1/3 pasaran obat di dunia. Dia menggunakan
sistem MLM (Multi Level Marketing) dan sistem bonus, yaitu setiap orang yang
berhasil menggaet pelanggan lain, akan diberi bonus.
Jadi, kalau saya membuat 100 anak Al-Hikam membeli produk
obatnya, maka saya akan mendapatkan keuntungan dari 100 orang tadi. Dengan
sistem promosi yang berjenjang seperti ini, maka orang berlomba-lomba kaya
melalui pabrik milik Mr. Xiang ini. Bonusnya juga ndak tanggung-tanggung, ada
bonus berupa pesawat, kapal pesiar, mobil, sepeda motor, dsb.
Saya kan sudah ke Eropa, Amerika, Timur Tengah, Afrika, dsb.,
saya melihat bangsa China ini memang aneh. Mereka lebih mendulukan bekerja dari
pada makan. Jumlah yang dimakan harus di bawah hasil kerja. Sebenarnya makannya
orang China itu banyak sama dengan makanya orang Arab; akan tetapi karena
mereka berolah-raga terus, sehingga jarang yang gemuk.
Lain hanya dengan orang Amerika, di sana ada wong gowo wetenge
tok wis kabotan, mergo kakean badokan (orang bawa perutnya sendiri sudah
keberatan, sebab kebanyakan makan. red).
Lalu saya teringat pada Hadits Rasulullah SAW , Hadits itu
ditujukan untuk urusan kehidupan duniawi. Bangsa China ini pekerja keras dan
pekerja cerdas. Kalau orang Bugis, Madura dan Batak adalah pekerja keras, tapi
tidak cerdas, sehingga kalau ayahnya jualan rokok di rombong, maka anaknya juga
demikian. Beda dengan orang China; kalau ayahnya jualan kacang buntelan, maka
pada saat anaknya nanti, usahanya sudah menjadi pabrik kacang.
Jadi, untuk faktor enterpreneurship, mungkin China itu nomer
satu di dunia. Orang Barat itu hebat dalam hal penelitian dan penemuan. Mereka
meneliti sampai bisa menemukan listrik, kereta api, silinder, dsb.
Adapun masalah berdagang dan mencari rezeki, jagonya adalah China. Sedangkan
kalau makan tapi tidak kerja, jagonya adalah orang Indonesia.
Jadi, orang Indonesia itu maunya, kalau kerja tidak
berkeringat, tapi kalau makan, harus berkeringat. Berarti di sini kita mengalami hambatan
budaya untuk maju. Ini semua membuat saya mikir-mikir: seandainya ibadah,
tauhid, dan akhlaq kita digandengkan dengan etos kerjanya orang China, maka
saya kira, itulah yang dimaksud oleh Hadits Rasulullah SAW:
" Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan engkau hidup
selamanya; dan bekerjalah untuk akhiratmu seakanakan engkau akan mati esok
hari".
Kesalahan orang Islam adalah menghindari kerja keras,
seakan-akan tidak berkerja keras adalah bagian dari tasawuf, padahal pandangan
seperti itu adalah bagian dari kebodohan.
Tasawuf itu ngresii ati (membersihkan hati, alfaqir) bukan
nganggur. Banyak orang Islam yang merasa mulia ketika ngganggur, tapi kok urip,
padahal orang seperti ini pasti menjadi benalu atau seperti bunga teratai yang hidup
terombang-ambing di atas air, sekalipun berbunga, ia tidak bisa lepas dari air.
Oleh karena itu, saya ingin kamu semua mempunyai etos kerja
dan enterpreneurship. Saya melihat orang China di sana jarang omong. Mereka
ngomong seperlunya, karena pekerjaan lebih mereka dahulukan.
Sedangkan di sini, omong-omongan tok iso sampek 4 jam sambil
ngentekno kopi 4 gelas ( berbincang-bincang saja bisa sampai 4 jam sambil
menghabiskan kopi 4 gelas. Red ), serta bercerita yang sama sekali tidak ada gunanya.
Ini disebut dengan wasting time (menyia-nyiakan waktu),
padahal di dalam Hadits disebutkan bahwa orang yang menyia-nyiakan waktu atau
hidupnya, berarti dia sedang disia-siakan oleh Allah SWT.
Sebenarnya Islam mengajarkan etos kerja ini ketika Rasulullah
SAW ditanya: “Rezeki apa yang paling baik?”, beliau menjawab; “Rezeki terbaik
adalah rezeki hasil tangannya sendiri”. Kadang-kadang, karena orang tua masih
cukup, maka seseorang nebeng kepada orang tua, sementara dia sendiri tidak ada
mempunyai kreativitas; sehingga begitu ditinggal mati oleh orang tuanya, dia
akan kelabakan.
Saya melihat bahwa perusahaan-perusahaan besar milik orang
China di Indonesia, rata-rata Grand Managernya berusia di bawah 40 tahun. Misalnya:
Gudang Garam, Djarum, dsb. Perusahaan-perusahaan itu sudah tidak dipegang oleh
ayahnya, karena ayahnya sudah menjadi konsultan, sedangkan yang menjadi
eksekutif commite-nya adalah anak-anaknya.
Saya sebenarnya ingin kamu berlatih dua hal, yaitu: jangan
memubadzirkan waktumu, demi menegakkan etos kerja dan berusahalah berprestasi
lebih tinggi dari pada apa yang kamu butuhkan.
Hal-hal seperti di atas, kalau digandengkan dengan akhlak dan
tauhid, maka itulah bentuk nyata dari fiddunya hasanah wa fil-akhirati hasanah.
Negara-negara Islam, mulai dari Saudai Arabia sampai Maroko,
adalah Negara-negara yang kaya, namun bukan Negara yang maju. Negara-negara di
Timur Tengah menjadi Negara kaya, karena mempunyai minyaknya melimpah. Namun
karena yang menyedot minyak adalah Amerika, maka Negara-negara Timur Tengah
hanya dikasih 15 % dari hasil sedotan.
Itu sudah membuat mereka menjadi Negara kaya, akan tetapi
tidak bisa menjadikan mereka sebagai Negara maju, karena nyedot minyak saja
tidak bisa. Sementara Negara-negara di Timur Tengah yang tidak punya minyak, semuanya
menjadi Negara miskin, contoh: Mesir, Tunisia, Al-Jazair, Moroko, apalagi
Sudan. Sudan itu ibukotanya bernama Kartoum, namun bandara Kartoum saja tidak
ada WC-nya, sehingga kalau mau kencing harus melayu adoh ke tempat sing gerumbul-gerumbul
(yang rimbun. red), sehabis kencing, diobati (maksudnya; diobat-abit).
Sebenarnya, perintah melihat bangsa China adalah bagian dari
Hadits yang menyatakan bahwa hikmah itu adalah milik orang mukmin. Kalau hikmah
itu kececer pada orang lain, maka hikmah itu adalah milikmu. Jangan karena
tidak Islam, lalu kamu memusuhi mereka. Karena mutiara itu kececer dan dipegang
oleh orang lain, maka ambil kembali hikmah itu.
Contoh: Penelitian itu kan perintah Islam, lalu kenapa kita
tidak memakai hasil penelitian orang Eropa…??
Dulu, sebelum orang Eropa maju, yang bisa meneliti dalam
bidang kedokteran, matematika, gizi, dsb. Diteliti oleh ulama’-ulama’ Islam. Oleh
karena itu, ambillah hikmah dari mana saja, asal hikmah itu benar menurut
syariat Islam.
Jadi, tidak bagus kalau ada orang yang membeda-bedakan antara
daerah Islam dengan daerah yang tidak Islam. Karena di daerah Islam itu ada
tauhid, namun ada kelemahan; sedangkan di daerah yang tidak Islam, ada kekufuran,
namun ada kelebihannya.
Hanya saja, sampai hari ini, orang-orang Timur Tengah, masih
juga membagi peta antara Negara Islam dengan Negara tidak Islam, padahal
mutiara-mutiara Islam sebagai agama, telah tercecer di sana-sana, karena tidak dipegang
oleh orang muslim di negara Islam itu sendiri.
Ketika saya masuk Somalia, penduduknya begitu miskin. Kalau di
sana ada orang bisa makan cukup setiap hari, itu sudah Alhamdulillah. Padahal
Negara ini mempunyai tambang-tambang yang banyak. Ini semua mengingatkan kita,
kenapa Negeri Islam, penduduknya miskin-miskin, sedangkan penduduk di daerah
non-muslim kok tidak demikian.
Ilmu memang ada di sini, namun yang melakukan adalah orang di
luar Islam. Jadi, ilmu etos kerja, ilmu penelitian dan kerja keras adalah
Islami. Mereka (lah) yang melakukan ilmu itu, meskipun ndak pakai syahadat;
sedangkan di Negara-negara Islam pakai syahadat, tapi ilmunya tidak diamalkan.
Jadi, kalau syahadat itu ibarat lokomitif, sedangkan
gerbongnya adalah ilmu. Baik lokomotif maupun gerbong, itu sama-sama
diperlukan. Kalau ada lokomotif ndak pakai gerbong, itu kan lucu.
Akhirnya di Negara-negara Islam, penduduknya bertentangan
karena selisih paham, saling bunuh-membunuh karena selisih aliran, dsb.
Jadi, Islam yang kaffah itu bukan Negara harus distempel
Islam, namun unsur-unsur ke-Islam-an yang harus diterapkan di Negara itu.
Nah, sekarang itu, golongan seperti Hizbut Tahrir, FPI, dsb.
mengatakan bahwa Islam Kaffah adalah kalau Indonesia yang dihuni oleh banyak
orang Islam ini, distempel Islam; ndak peduli apakah masyarakat di dalamnya itu
menjadi maling atau tidak. Padahal yang akan dihisab nanti adalah
orang-perorang, bukan institusi. Jadi yang harus bertanggung jawab adalah
individu, bukan nation state-nya.
Baru pemahamannya saja, mereka sudah menceng dan tidak
karu-karuan. Mereka itu sebenarnya tidak kaffah, tapi merasa paling kaffah. Kemarin
saya didatangi oleh Redaktur Majalah Sabili; saya dikritik karena saya kok
masih mempertahankan Pancasila, kenapa kok tidak setuju dengan Khilafah,
berarti tidak kaffah.
Lalu saya jawab: "Lho, yang dimaksud kaffah bukan
simbolistik-simbolistik, melainkan hikmah-hikmah Islam yang berserakan,
kemudian dijadikan satu, itulah Islam kaffah."
Untuk mengerti bahwa shadaqah itu penting, kita cukup membaca
Hadits. Akan tetapi untuk menciptaan masyarakat yang mampu bersedekah, maka
tidak cukup hanya dengan menghafalkan Hadits-hadits, karena itu adalah proses
perjuangan ekonomi kerakyatan.
Sementara sekolah-sekolah Islam yang di Timur Tengah, isinya
menghafal saja, sehingga berhenti sampai hafalan, tidak pada aktualisasinya.
Dino-dino omongane dalil (sehari-hari bicara dalil. red), tapi dalil
iku gak tahu dilakoni (tapi dalil tersebut tidak pernah dilakukan. Al faqir ).
Semua ini menjadikan saya termenung: Sudah berapa Negara yang
saya kelilingi…? Saya kira sudah lebih dari 40 Negara.
Namun, untuk kunjungan ke China, rasanya lain bagi saya.
Bagaimana tidak…? Mereka punya sesuatu, tapi tidak mau pakai; mempunyai etos
kerja tinggi, tetapi hidup sederhana; barang yang terbaik untuk dijual,
sedangkan yang asal jadi, dipakai sendiri.
Mereka juga jarang yang mau pakai sepeda motor, karena mengakibatkan
polusi dan tidak sehat. Maka dari itu, umure wong Chino iku dowo-dowo, gak
mati-mati sampek tuek tuyuk-tuyuk (umur orang china itu panjang-panjang, tidak
mati-mati sampai tua. red) , bahkan mencapai usia lebih dari 100 tahun.
Jadi, budaya kita ternyata tidak produktif. Bagaimana kita
bisa mempunyai budaya yang produktif, tapi etis dan tauhidi dan Islami, ini
baru menjadi bangunan dari fiddunya hasanah wa fil akhriati hasanah.
Saya masih akan ke Moskow. Rusia itu dedengkot komunis dunia.
Mereka telah mendirikan komunisme yang bertahan selama 70 tahun, lalu ambruk. Kenapa
Rusia setelah direformasi, kok ambruk, sedangkan China setelah reformasi kok
malah melejit, padahal keduanya sama-sama komunis…? Itu karena komunis di China
menggunakan budaya China, yaitu makan kurang dari penghasilan; sementara orang
Rusia, biaya makan melebihi kapasitas hasil kerjanya.
Sekarang ini orang China pergi ke Moskow secara besar-besaran
untuk menggarap pertanian-pertanian.
Sehingga sekarang ini Rusia tampaknya berada di bawah kendali
RRC.
Ketika saya di China, saya bertemu dengan pedagang Amerika
yang berasal dari Wall Street di New york. Dia minta dengan hormat, supaya China
itu tidak mengekspor barang-barang seperti sekarang ini, karena kalau ini diteruskan,
maka perekonomian akan ambruk dalam 5 tahun.
Jawabnya orang China: “Saya tidak ingin mengekspor barang
saya, kalau rakyat Anda tidak ingin membeli barang saya”.
Itungan China kan begini: Penduduk China itu berjumlah 1.3
Milyar jiwa, kalau setiap orang memperoleh bathi ( keuntungan. Al faqir ) 1$
saja, berarti keuntunganya sudah mencapai 1.3 Milyar dollar. Jadi, gimana
mereka mau disaingi, itu kan ndak mungkin.
Selesai. Semoga bermanfaat. Salam silaturahmi dan hormat
takdzim.
Alfaqir: Muhammad Itsna Hambali ( Gus Itsna )
PP. Darul 'Ulum Selotumpuk
NB :
Pernah dengar bahwa yang mengatakan Rasulullah pernah menyaran
menuntut ilmu sampai ke RRC sebagai hadis palsu....tetapi yang ada ialah hadis
yang menyaran supaya tuntut ilmu sampai ke liang lahad...
Dua”nya ada haditsnya benar, Sampai liang lahat ada. Sampai
negeri cina juga ada
Yang menyatakan palsu ada. Yaitu al Albani. Ini ulama generasi
modern yang menjadi kiblat pemikiran saudara” kita yang wahabi.
Nah, saya pilih pendapat yang lain. Sebab pendukungnya ulama”
besar di zamannya. Banyak sekali. Bukan hanya satu. Tidak mungkin saya
memenangkan pendapat 1 ulama (Al Albani) saja. Dan mengalahkan ulama” besar dan
masyhur yang dulu” yang jumlahnya lebih banyak. Dan saya yakin keilmuan beliau”
di atas Al Albani.
حدیث: "اطلبوا العلم ولو بالصین، فإن طلب العلم فریضة على كل مسلم":
2) وابن عَلِیَّك النیسابوري في الفوائد / 4) وأبونعیم في أخبار أصبھان ( 156 / رواه الخلال في العلل ( 63 منتخبھ) وابن عدي ( 118
( 151 ذكرھما الألباني في الضعیفة 416 ) والحسن بن المظفر بن السبط في فوائده ( 20 /
241/2 ) وأبوالقاسم القشیري في الأربعین ( 1 )
1) وفي / 3) والبیھقي في المدخل ( 241 -
9) وفي الرحلة ( 1 / 8)
والخطیب في التاریخ ( 363
-1/ وابن عبد البر في جامع بیان العلم ( 7
1) ومحمد بن عبد الباقي الأنصاري في مشیختھ ( 3/رقم 557 و 665 / 2 رقم 1663 العلمیة) والشجري في الأمالي ( 57 / الشعب ( 253
(1/ 26 /ب) والسھروردي في المعارف (رقم 17 ) وابن الجوزي في الموضوعات ( 215 / و 683 ) والسلفي في المشیخة البغدادیة ( 259
3) والضیاء في المنتقى من مسموعاتھ بمرو ( 38 /أ)، ودانیال في مشیختھ / 1) وابن الدبیثي في الذیل ( 105 / والرافعي في التدوین ( 492
40 /ب).
Itu beberapa saja yang mendukung hadits di atas. Ada 20 kitab
lebih
Kita ambil yang baik saja. Yang jelek buang jauh” mawon
Haditsnya kan begini: "Tuntutlah ilmu meskipun ke negeri
cina".
Jadi, ada kata "meskipun". Ini menujukkan ghoyah atau pol / nggaduk / ujung terakhir.
Artinya, tuntunlah ilmu meskipun sangat jauh. Misalnya sampai ke negeri cina.
Bisa juga berarti, tuntutlah ilmu yang bermanfaat dari mana saja meskipun dari negeri cina.
Ini juga menunjukkan ilmu itu ada di mana saja. Terserah Allah meletakkannya di mana.
Tugas kita mencarinya jika memang itu bermanfaat.
No comments:
Post a Comment