Photo

Photo

Wednesday 19 July 2017

KUNJUNGAN RUH KE KUBUR DAN KE RUMAH SETELAH KELUAR DARI JASAD

Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila ruh itu telah keluar dari jasad anak Adam selang tiga hari, maka berkatalah ruh tersebut, “Wahai Tuhanku, ijinkanlah aku untuk berjalan dan melihat yang telah aku tempati.” Allah Swt. mengijinkannya, dan datanglah dia ke kubur dengan melihatnya dari jarak yang dekat. Ternyata telah mengalir darah dari kedua lubang hidung dan mulut jasad tersebut, maka menangislah ruh tersebut berkepanjangan seraya berkata, “Aku sungguh kasihan jasadku, kekasihku. Tidaklah kamu ingat waktu hidupmu bahwa ini adalah tempat yang keras, tempat bencana, tempat kesusahan, tempat kesedihan dan tempat penyesalan. Lalu kembalilah ruh tersebut. Setelah selang lima hari ruh tersebut memohon kepada Allah Swt., “Wahai Tuhanku, ijinkanlah aku untuk menjenguk jasadku.” Maka Allah Swt. mengijinkannya. Datanglah dia ke kubur dan melihat jasadnya dari jaarak yang dekat. Ternyata telah mengalir darah dari kedua lubang hidungnya, mulut dan kedua telinga jasad itu. Darah itu bercampur nanah yang sangat kental. Lalu menangislah ruh tersebut, seraya berkata, “Aduh sangat kasihan wahai jasadku. Tidakkah kau ingat dikala hidupmu,, bahwa ini adalah tempat kesedihan, kesusahan dan cobaan serta ulat-ulat dan kalajengking. Daging-dagingmu termakan olehnya, kulit kulitmu terobek-robek karenanya, begitu pula tubuhmu.”

Lalu kembalilah ruh tersebut. Setelah selang tujuh hari ruh tersebut memohon kepada Allah Swt., “Wahai Tuhanku, ijinkanlah aku untuk mengunjungi jasadku.” Lalu Allah Sw. mengijinkannya dan datanglah dia ke kubur melihat dari jarak yang dekat. Ternyata jasad tersebut telah dipenuhi oleh ulat yang sangat banyak. Menagislah ruh tersebut, seraya berkata, “Wahai jasadku, tidakkah kau ingat dimasa-masa hidupmu…? Dimana anak-anakmu, dimana sanak kerabatmu, dimana teman-temanmu, dimana istrimu, dimana sahabat-sahabat karibmu dan dimana tetangga-tetanggamu yang sama-sama rela atas tetanggamu yang lain pada hari ini mereka sama menangis aku dan engkau.”

Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra., apabila telah mati seorang mukmin. Maka ruhnya mengitari sekitar rumah sebulan. Dia melihat apa yang telah ia tinggalkan, bagaimana cara membaginya, dan bagaimana cara melunasi hutang-hutangnya. Apabila telah genap sebulan kembalilah dia ketempatnya. Setelah tiu berputar kembali hingga genap waktu setahun, maka dia lihat siapa mendoakannya, dan siapa yang merasa susah karenanya.

Apabila telah genap setahun maka diangkatlah ruh tersebut ke tempat berkumpulnya para ruh hingga tiba hari kiamat, yaitu pada hari ditiup suatu sangsakala.
.تَنَزَّلُ الْمَلَا ئِكَةُ وَالرُّوْحُ
Para Malaikat sama-sama turun, demikian juga ruh.” (QS. Al-Qadar : 4)
Para Malaikat tersebut turun membawa ruh dan Roihan dikatakan pula bahwa ruh itu merupakan Malaikat yang agung turun untuk melayani orang-orang mukmin.
Firman Allah Swt. :
.یَوْمَ یَقُوْمُ الرُّوْحُ وَالْمَلَائِكَةُ صَفًّالَا یَتَكَلَّمُوْنَ اِلَّا مَنْ اَذِنَ لَھُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا
Pada suatu hari ruh dan Malaikat-Malaikat berdiri berbaris dan tidak berkata sepatahpun kecuali atas jin Allah.
Jika Allah mengijinkan maka berkatalah mereka dengan benar.” (QS. An-Naba’ : 30)

Makna ruh dari ayat tadi yaitu ruhnya anak cucu Adam as., Adapula yang menafsirkan ruhnya Jibril as. Adapula yang menafsirkan ruhnya Nabi Muhammad Saw. di bawah arsy yang memohon ijin kepada Allah Swt. untuk turun di malam Lailatul Qadr untuk memberi salam pada kaum mukminin dan mukminat dan berlalulah ruh itu atas mereka.

Ditafsirkan pula bahwa ruh itu adalah ruh-ruh ahli kubur yang mohon ijin kepada Allah Swt., “Wahai Tuhan kami ijinkanlah kami untuk berkunjung ke rumah kami menjenguk anak-anak dan keluarga kami.” Maka turunlah mereka di malam Lailatul Qadar.
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِىَ للهَُّ تَعَالَى عَنْھُمَااِذَاكَانَ یَوْمُ الْعِیْدِوَیَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَیَوْمُ الْجُكُعَةِ الْاُوْلَى مِنْ رَجَبٍ وَلَیْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَلَیْلَةِ الْقَدْرِوَلَیْلَةِ الْجُمُعَةِ تَخْرُجُ
اَرْوَاحُ الْاَمْوَاتِ مِنْ قُبُوْرِھِمْ وَیَِیْفُوْنَ عَلَى اَبْوَابِ بُیُوْتِھِمْ وَیَقُوْلُوْنَ تَرْحَمُوْاعَلَیْنَافِى ھَذِهِ اللَّیْلَةِ الْمُبَارَكَةِ بِصَدَقَةٍ اَوْلُقْمَةٍ فَإِنَّا مُحْتَاجُوْنَ اِلَیْھَافَإِنْ بَخِلْتُمْ بِھَاوَلَمْ
تُعْطُوْھَافَاذْكُرُوْنَابِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فِى ھَذِهِ اللَّیْلَةِ الْمُبَارَكَةِ ھَلْ مِنْ اَحَدٍ یَتَرَحَّمُوْعَلَیْنَاھَلْ مِنْ اَحَدٍ یَذْكُرُغُرْبَتَنَایَامَنْ سَكَنَ دَارَنَاوَیَامَنْ نَكَحَ نِسَاءَنَاوَیَامَنْ اَقَامَ فِى وَاسِعِ
قُصُوْرِنَاوَنَحْنُ الْآنَ فِى ضَیْقِ قُبُوْرِنَاوَیَامَنْ قَسَمَ اَمْوَالَنَاوَیَامَنِ اسْتَذَلَّ اَیْتَامَنَا ھَلْ مِنْكُمْ اَحَدٌ یَذْكُرُغُرْبَتَنَاَوَصُحُفُنَامَطْوِیَّةٌ وَكِتَابُكُمْ مَنْشُوْرٌ وَلَیْسَ لِلْمَیِّتِ فِى اللَّحْدِثَوْبٌ فَلَا
تَنْسَوْنَ بِكَثْرَةِ مِنْ خُبْزِكُمْ وَدُعَائِكُمْ فَإِنَّامُحْتَاجُوْنَ اِلَیْكُمْ اَبَدًا. فَإِنْ وَجَدَ الْمَیِّتُ مِنَ الصَّدَقَةِ وَالدُّعَاءِ مِنْھُمْ رَجَعَ فَرَحًامَسْرُوْرًاوَاِزْلَمْ یَجِدْرَجَعَ
.مَحْزُوْنًاوَمَحْرُوْمًاوَآیِسًامِنْھُمْ

Telah berkata Ibnu Abbas ra. apabila datang hari ‘Iid, hari Jumat pertama dari bulan Rajab, Malam Nisfu Sya’ban, lailatul Qadar dan malam Jumat keluarlah ruh-ruh orang mati dari kubur mereka dan berhenti di pintu pintu mereka dan berkata, “Kasihanilah kami pada malam yang penuh berkah ini dengan bersedekah atau memberi makan (orang yang memerlukan), karena kami ini sangat membutuhkan (pahala itu). Apabila kalian kikir untuk itu dan tak mampu memberikannya, maka ingatlah kami dengan membaca Al-Fatihah pada malam yang penuh berkah ini. Adakah orang yang mengingat pengembaraanku? Wahai penghuni rumahku, wahai orang yang menikahi istriku, wahai orang yang menempati gedung-gedungku. Kami sekarang dalam kesempitan kubur. Wahai orang yang membagi harta bendaku, yang orang menghina anak yatimku, adakah di antara kalian seseorang yang mengingat pengembaraan kami ini. Kitab-kitab amalku telah tertutup, sedangkan kitab amal-amal kalian masih berbuka. Tidak ada bagi mayat dalam kubur secarik kainpun, maka janganlah kalian lupakan kami dengan bersedekah sesuap makanan dan doa-doa kalian, karena kami membutuhkan selamanya.” Apabila mayat tersebut menemui shadaqah dan doa, maka kembalilah mereka dengan riang gembira. Dan apabila tidak, maka kembalilah dia dengan penuh kesedihan, penyesalah dan keputusasaan  lantaran mereka.”

Dikatakan pula bahwa sesungguhnya ruh pada kumpulan Rowan pada semua badan, akan tetapi pada anggota anggota tertentu yang tidak pasti. Dengan dalil bahwa apabila suatu tubuh dilukai dengan luka yang banyak dan kadang-kadang tidak mati. Akan tetapi ada yang terluka di satu tempat saja tubuh tersebut jadi mati karena luka tersebut tepat mengenai tempat ruh.
Firman Allah Swt. :
.قُلْ یُحْیِیْھَاالَّذِى اَنْشَاَھَااَوَّلَ مَرَّةٍ
Katakanlah : “Ia akan dihidupkan oleh Dzat yang telah mewujudkan pertama kali.” (QS. Yasin : 79)

Dan apabila ditanya, apakah beda antara ruh dengan Rowan, maka kita menjawab bahwa keduanya adalah sama, tidak ada beda antara keduanya. Sebagaimana badan dengan tangan adalah satu. Akan tetapi tangan bebas bergerak kesana kemari, dan badan tidak bergerak. Demikian pula Rowan bisa bergerak kesana kemari, akan tetapi ruh tidak bergerak sedikitpun. Tempat ruh dalam jasad tidaklah menentu, akan tetapi tempat Rowan yaitu di antara kedua alis. Apabila ruh yang hilang, maka tidaklah diragukan matilah hamba tersebut dan apabila Rowan yang hilang, maka tertidurlah hamba seperti air yang dituangkan dalam suatu wadah lalu diletakkan dalam rumah dan terkena panas cahaya daru suatu lubang, maka cahaya tersebut tetap di atas atap tanpa bergerak wadah tersebut dari tempatnya. Demikian halnya ruh tetap di dalam badan, sedangkan cahayanya berada di arsy yaitu Rowan. Maka terlihatlah suatu impian dalam tidur seorang hamba sedangkan Rowan berada di kerajaan langit.

Adapun tempat ruh sesudah dicabut adalah dalam suatu sangsakala yang memiliki lubang sejumlah binatang binatang yang telah tercipta hingga hari kiamat, baik ruh yang menerima kenikmatan maupun yang menerima azab.

Adapun yang mengatakan bahwa ruhnya orang-orang mukmin berada dalam tembolok burung-burung hijau di Illiyyin, dan ruhnya orang-orang kafir berada dalam tembolok-tembolok burung hitam di dalam neraka.

Dikatakan pula bahwa apabila telah dicabut ruhnya orang-orang mukmin, maka diangkatlah oleh Malaikat rahmat ke langit ke tujuh dengan dimuliakan. Maka berserulah Dzat yang berseru dari sisi Allah yang sifat Rahmat, “Wahai Malaikat, catatlah ruh itu dalam Iliyyin lalu kembalikan dia ke bumi.” Maka dikebalikan ruh tersebut ke jasadnya dan dibukakan bagi mukmin itu pintu ke surga, terlihatlah olehnya tempat di surga hingga tiba kiamat.

Adapun ruh orang-orang kafir apabila telah dicabut, maka diangkatlah oleh Malaikat Azab ke langit dunia. Lantaran ruh tersebut, maka ditutuplah pintu-pintu langit dan diperintahkan kepada Malaikat Tersebut untuk mengembalikan ke jasadnya. Maka sempitlah kuburnya dan dibukukan bagi kafir tersebut pintu ke neraka. Maka terlihatlah tempatnya dalam neraka hingga tiba hari kiamat.

Hal ini dalam sabda Rasulullah Saw. yang berbunyi :
.حَتَّى اَنَّھُمْ لَیَسْمَعُوْنَ صَوْتَ نِعَالِكُمْ وَاِنَّمَامُنِعُوْمِنَ الْكَلَامِ
Hingga sesungguhnya mereka itu benar-benar mendengar suara terompah kalian. Akan tetapi mereka dicegah untuk berbicara.”

Telah ditanyakan pada seorang ulama tentang tempat-tempat ruh sesudah mati ia menjawab bahwa ruh-ruh pada Nabi as. dalam surga Adn. Adakalanya berada dalam liang lahat dengan menggembirakan jasadnya, sedangkan jasad tiu sendiri dalam keadaan sujud pada Tuhannya. Adapun ruhnya para syuhada, yaitu dalam surga Firdaus di tengah-tengah surga dan berada di tembolok burung-burung hijau yang terbang dengan leluasa dalam surga, lalu datang pada beberapa lampu yang tergantung di Arsy. Ruhnya anak-anak muslim berada pada tembolok burung-burung sejoli di surga. ruhnya anak-anak musyrik berputar dalam surga dan tidak mempuyai tempat hingga waktu kiamat. Kemudian anak tersebut melayani orang-orang mukmin. Ruhnya orang-orang mukmin yang mempunyai hutang dan penganiayaan terkatung-katung di udara tidak sampai ke surga dan kelangit hingga dibayar hutang-hutang dan penganiayaan tersebut. Ruhnya muslim yang berdosa disiksa dalam kubur beserta jasad-jasadnya. Ruhnya orang-orang kafir dan musyrik berada di Sijjin neraka Jahannam dan ditunjukkan neraka itu padanya di waktu pagi dan sore. Dan dikatakan bahwa ruh itu adalah jism yang lembut. Untuk itu tidak dapat dikatakan bahwa Allah Ta’ala mempunyai ruh, karena sesungguhnya DIA mustahil mempunya tempat sebagaimana jasad-jasad ini. Dikatakan pula bahwa ruh itu adalah sesuatu yang baru dan dikatakan terhidup dari udara. Dua perkataan inilah perkataan orang-orang yang ingkar terhadap siksa kubur.

Telah diriwayatkan bahwa ada seorang Yahudi yang datang kepada Nabi Saw. lalu bertanya tentang ruh, Ashaburraqiim (papan yang tertulis), dan Dil Qormain. Maka turunlah surat Al-Kahfi.
Dan dalam kebenaran ruh itu turun pula firman Allah Swt. :
.وَیَسْئَلُوْنَ نَكَ عَنِ الرُّوْحِ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِرَبِّى
Mereka hendak bertanya padamu (Wahai Muhammad) tentang ruh. Katakanlah bahwa ruh itu adalah urusan Tuhan.” (QS. Bani Israi : 85)

Makna dari Amri Robbi di sini adalah pengetahuan Allah Swt. Dan tiada pengetahuan bagiku tentang ruh.

Diucapkan bahwa ruh itu bukanlah makhluk. Karena dia adalah Amru Robbi dan Amru Robbi itu sendiri berupa kalam. Dan juga mempunyai makna bahwa ruh tersebut dari Allah Swt. dengan suatu kalimat Kun (Jadilah).

Dan sesungguhnya Amr (perintah) tersebut ada dua segi : pertama yaitu Amr yang telah ditentukan seperti Amr Allah dalam masalah beribadah, misalnya : shalat, zakat, puasa, haji. Adapun Amr Takwiin yaitu Amr Kun (Jadilah).

Firman Allah Ta’ala :
.كُلْ كُوْنُ احِجَارَةً اَوْحَدِیْدًااَوْخَلْقًا
Katakanlah, “Jadilah kalian semua bata atau besi atau makhluk.” (QS. Bani israil : 50)
.اِنَّمَآاَمْرُهُ اِذَااَرَادَشَیْئًااَنْ یَقُوْلُ لَھُ كُنْ فَیَكُوْنُ
Sesungguhnya perintah Allah itu jika berkehendak terhadap sesuatu hanya mengucap padanya “Kun” (Jadilah), maka jadilah dia.”(QS. Yasin : 82)
.نَزَلَ بِھِ رُوْحُ الْاَمِیْنُ
Telah turun pada Muhammad ruh yang bisa dipercaya.”
.یَوْمَ یَقُوْمُ الرُّوْحُ وَالْمَلَائِكَةُ صَفًّا
Pada hari ruh dan para Malaikat berbaris.” (QS. An-Naba : 38)
Makna dari kata ruh di sini adalah ruhnya anak Adam atau para Malaikat yang agung yang sama berdiri dan berbaris.
Adapun firman Allah Ta’ala tentang Adam as. :
.فَاِذَاسَوَّیْتُھُ وَنَفَخْتُ فِیْھِ مِنْ رُوْحِىْ
Dan tatkala AKU ciptakan Adam dan AKU tiup padanya ruh Kami … “ (Al Ayah)
Makna ruh di sini tidak menunjukkan bahwa Allah Swt. memiliki ruh. Ini hanyalah sandaran pada Dzat yang menjadikan atau sandaran kemuliaan seperti kata-kata dalam Al-Quran : NAQOTULLOOHI, BAITULLOHI.

Sedangkan firman Allah Swt. Ta’ala yang artinya, “Maka telah Kami tiup ruh Kami ke dalamnya.” Adalah suatu sandaran memuliakan (Idlofatuttakrim) tentang sesuatu yang telah Allah Swt. jelaskan. Adapula yang menafsirkan bahwa makna dari ruh pada ayat tadi yaitu Malaikat Jibril as. ditafsirkan pula ruhnya Isa as. Karena Isa tercipta lantaran tiupan Jibril as. ditafsirkan pula bahwa makna ruh dalah rahmat.

Firman Allah Swt. :
.وَاَیَّدَھُمْ بِرُوْحٍ مِّنْھُ
Dan Allah kuatkan mereka dengan rahmat dari-Nya.” (Al Ayah)

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...