Pertanyaan
yang sama dari banyak orang, "Untuk apa Jokowi menerima GNPF MUI di istana
?" Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa itu adalah kelemahan Jokowi.
GNPF MUI pimpinan Bahtiar Nasir selama ini dikenal sebagai kelompok yang berseberangan
dengan Jokowi. Bahkan Jokowi sempat dikatakan oleh mereka selangkah lagi akan
membuat negara ini kafir.
Saya malah
memandangnya terbalik, bahwa sebenarnya disanalah kekuatan Jokowi.. Jokowi
adalah tipikal orang yang mampu meredam emosinya sampai titik paling rendah. Ia
mampu menyimpan semua strategi berperangnya sehingga tidak semua orang bisa
membacanya.
Saya yakin,
sedikit sekali dari kita yang mampu bersikap dingin dan menerima dengan ramah
orang yang selama ini jelas-jelas bertentangan dengan kita. Bahasa tubuh
ketidak-sukaan kita akan keluar dan secara otomatis kita akan menolak bertemu
mereka. Tetapi Jokowi adalah sedikit dari orang yang mampu seperti itu..
Saya
teringat dengan dinginnya Jokowi mendatangi Bibit Waluyo - yang pada waktu itu
masih menjabat Gubernur Jateng dan terkenal dengan kebenciannya kepada Jokowi
waktu dia menjabat Walikota Solo. Jokowi yang baru saja menjabat Gubernur DKI
datang dan berusaha mencium tangan Bibit yang dengan segera menepisnya..
Bisa anda
begitu seperti Jokowi ? Saya meragukannya. Dan kita lebih senang mengukur diri
kita seperti Ahok yang dengan spontan akan bereaksi keras.. Itulah yang saya
bilang kekuatan sebenarnya Jokowi. Sama seperti ketika ia menerima Prabowo dan SBY
di istana, padahal Jokowi jelas2 tahu bahwa kedua orang ini adalah musuh
politiknya..
Lalu, kenapa
Jokowi menemui GNPF MUI ?
Saya
teringat seorang teman berkata bahwa Jokowi pernah berbisik kepadanya.
"Kesalahan terbesarku adalah menciptakan musuh secara bersamaan dalam satu
waktu. Pada akhirnya saya kerepotan sendiri menghadapi ketika mereka
bersatu.."
Jokowi
sebenarnya sedang memainkan pecah ombak. Ia pemain psikologis yang sulit dicari
bandingnya. Dengan menerima GNPF MUI - yang sudah merengek2 melalui Menag untuk
bertemunya – Jokowi sebenarnya mulai memecah barisan lawannya. Ia merangkul satu
musuh untuk menghantam musuh lainnya..
Dengan
rangkulan itu, maka musuh akan mulai curiga bahwa koalisinya selama ini mulai
berkhianat. Dan pada akhirnya diantara mereka tidak tercipta kepercayaan
absolut. Kita dengan mudah mengutip strategi Sun Tzu, "Dekatlah kepada
kawanmu, tetapi lebih dekatlah kepada musuhmu." Pertanyaannya, mudahkah
menerapkan strategi seperti itu tanpa kemampuan psikologis level dewa ? Jokowi
bisa. Dan itu sudah dilakukannya berkali2 ternasuk terhadap Bibit, Prabowo dan
SBY..
GNPF MUI
tentu senang dan berbalik memuji Jokowi. Mereka "merasa" sudah
berhasil melakukan langkah setahap untuk nego rekonsiliasi. Dan dengan itu
mereka berharap bisa mengamankan posisi mereka yang sedang tidak aman itu..
Tetapi mereka salah besar.. Jokowi tidak akan menghentikan kasus-kasus hukum
yang sedang berjalan. Ia sedang menancapkan pisaunya lebih dalam menembus
tulang lawannya. Dan - hebatnya Jokowi - lawannya bisa mati tanpa berdarah
dan merasa ia sedang dibunuh.
Ibarat
permainan catur, Jokowi itu seperti terlihat membuka pertahanannya lebar-lebar
dan menunjukkan kelemahannya. Padahal disanalah sesungguhnya jebakan yang
mematikan.. Dengan menerima GNPF MUI, Jokowi akan meraih dua keuntungan
sekaligus. Meredam serangan musuh dan menaikkan simpati dari pendukung musuhnya
selama ini kepada dia. Siapapun tahu, bahwa antara Jokowi dan Ahok ada hubungan
khusus yang mendalam. Dan tidak ada yang bisa menghentikan rasa sakit hatinya terhadap
musuh-musuh sahabatnya itu.. Satu persatu lawannya sedang menderita sekarang.
Satu persatu..
Seharusnya
lawan Jokowi mengerti satu hal yang sangat jelas tapi mereka selalu lupa. Bahwa
Jokowi itu orang Solo..
Ah, saya
selalu senang memperhatikan langkah-langkah catur orang ini sambil seruput
secangkir kopi..
Tidak pernah
sedikitpun saya meragukannya.
No comments:
Post a Comment