Photo

Photo

Friday 10 May 2019

Ketika Kita Yang Hidup Kalah Dengan Yang Sudah Wafat. Tidakkah Kita Malu


“ Bib, keistimewaannya ziarah walisongo apa…? ”, 

Kulo njih semaur : “ Isin ( malu.) ! ”

 “ Lho, bukannya istimewanya ada pada berkah ( mencari berkah..) ”.

Kulo semaur maleh “ Bukan. Terlalu tinggi itu buat saya.” Tandas saya.

Njenengan tingali, Kanjeng Sunan Ampel misale, sampun pirang ratus tiyang ingkang berdzikir di makam beliau saban dintene…?

Makam Kanjeng Sunan Kalijaga, pirang ratus tiyang ingkang menyebut Asmane Gusti Allah teng mriko saban wengine….?

Kanjeng Sunan Muria, pirang ewu tiyang ingkang nderes Quran dan maos shalawat teng mriko ( Muria )…?

Kulo piyambak mawon taseh kangelan mengajak anak-anak bakda maghrib untuk berkumpul dan memperkenalkan ajdad ( leluhur ), berdoa, berdzikir, dan membaca Quran.

Pripun carane supoyo saget seramai di makam para auliya` Allah Walisongo…? Padahal mereka sudah wafat ratusan tahun yang lalu, dan kulo taseh urip.

Berziarah, selain melahirkan budaya malu seperti tadi, seharusnya berfungsi memperkenalkan siapa yang ada di makam tersebut kepada anak-anak kita.

Seharusnya bukan Walisongo saja, tapi perkenalkan juga siapa Kiai Sentot Prawirodirjo, siapa Kiai Diponegoro, siapa Jenderal Sudirman, karena kita semakin lupa dengan para pahlawan negeri ini.

Lihatlah bendera kita, merah putih, ia berdiri tegak bukan secara gratis…! Ada darah dan nyawa para pahlawan yang harus dibayar untuk “ membeli ” bendera itu. Coba kita kenalkan para pahwalan itu setiap habis maghrib.

Ibarat kita sudah merdeka ini, seperti ada hidangan di meja di depan kita dan kita tinggal melahapnya saja. Tapi bukannya melahap, eh malah sibuk ribut sendiri, saling sikut, mau diadu domba.

Makam Sunan Ampel saja, yang sudah wafat ratusan lalu, masih sanggup mempersatukan masyarakat sekarang yang masih hidup. Pintu makam selalu dibuka, semua orang dapat menziarahi, apapun warna kulitnya, apapun partainya, dan di kanan-kiri banyak orang berjualan, pendapatan mereka bertambah, ada pekerjaan yang dapat menyambung hidup mereka. Muka kita mau ditaruh dimana, wong orang yang sudah mati saja masih bisa begini, tapi kita yang masih hidup tidak bisa apa-apa…?

-      Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim Bin Yahya, Pekalongan -

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...