Photo

Photo

Wednesday, 15 May 2019

Jaka Indi Dan Dunia Astral, Bagian 4


Kecantikan Yang Tidak Manusiawi

Tiba-tiba kuda Unicorn langsung melesat kedepan dengan sangat cepatnya, karena kagetnya, .... hingga badan Jaka Indi terasa akan terlempar Jatuh kebelakang. Jaka indi secara spontan langsung memegang dan mendekap erat pinggang Prajurit wanita yang sangat cantik itu dengan kedua tangannya.

" Astaga.... !! "
" nona... hati-hati.... saya bisa terjatuh 'nih....!! " seru Jaka Indi dengan terperanjat. Sembari kedua lengannya tetap memegang erat pinggang prajurit wanita cantik itu, seketika Jaka Indi mencium aroma harum alami seorang wanita remaja, dan aroma bunga anyelir saat rambut wanita tersebut tertiup angin hingga menyapu sebahagian wajah Jaka Indi, tangannya juga dapat merasakan tubuh yang langsing dan sintal saat memegang pinggang prajurit wanita cantik itu.

" Astagfirullah..... maaf nona.....maaf......maaf.... !! " ketika menyadari yang depeluknya adalah tubuh seorang wanita, Refleks jaka Indi melepaskan pelukannya, dan mengalihkan pegangan tangannya pada pinggul Kuda unicorn.

Prajurit Wanita cantik itu hanya diam saja dan tetap memacu kudanya melaju cepat, saat tiba didepan gerbang Paviliun, wanita cantik tersebut memberi isyarat dengan tangan dan para Penjaga di pintu gerbang dengan sigap segera memberinya jalan lewat. Kuda unicorn putih terus melaju dengan cepat, dalam waktu singkat sampailah mereka didepan Istana dengan dua patung macan kumala putih pada kedua sisi gerbang masuknya. Jaka indi segera melompat turun dari Kuda unicorn, diikuti prajurit wanita cantik berbusur kristal yang juga bergegas turun. Para Prajurit gerbang istana, terlihat memberi jalan dan memberi sikap hormat pada wanita cantik itu.

“ Raden Ikuti saya..... “ kata Wanita cantik itu, seraya berjalan masuk dengan bergegas menaiki anak tangga dan berjalan menuju bagian belakang istana. Pada bagian belakang istana terdapat beberapa ruang-ruang, terlihat wanita cantik itu melewati ruang pertemuan prajurit, lalu ada ruang dayang-dayang istana, kemudian sampai ke ruang yang pada bagian atas pintu tertulis gudang perlengkapan.

Jaka Indi tetap berjalan mengikuti dibelakang langkah wanita cantik tersebut. Dibalik gudang perlengkapan terdapat beberapa pakaian perang prajurid yang tertata secara rapi,  ada pula persenjataan yang terdiri dari banyak tombak, prisai besi, berbagai jenis busur dan juga beraneka jenis pedang yang berjajar dan berderet dalam rak kayu, lalu masih berjalan masuk lagi kedalam sebuah lorong dan pada ujung lorong.... tembus keruang yang berbentuk seperti gua batu.

Hmmm..... ternyata pada bagian belakang istana ada guanya. Fikir Jaka Indi seraya memandang terpesona atas keunikan gua, dimana dinding-dinding guanya dipenuhi beberapa macam lumut hijau tebal, serta tampak cahaya matahari masuk melalui celah berlubang yang ada diatas gua dimana sinarnya jatuh menyinari bagian sisi kanan gua.

Masuk lebih kedalam gua lagi, terdapat sebuah pintu besi yang besar, didepan pintu berdiri dua orang prajurit penjaga yang masing-masing membawa pedang panjang yang tersoreng dipinggangnya.

Ketika melihat kehadiran prajurit wanita yang cantik itu, kedua prajurit penjaga memberi hormat dan membukakan pintu besi, dibalik pintu besi hanya berupa ruang kosong yang mana pada sudut ruang trdapat lorong seperti gua batu kecil yang dujungnya terdapat sebuah pintu batu yang tebal, pada kedua pintu batu juga terdapat dua orang prajurit wanita penjaga membawa tombak. Setelah pintu batu itu dibuka berhembuslah udara dingin yang menusuk badan, ternyata dibalik pintu batu merupakan sebuah gua Es, wanita cantik itu melangkah masuk diikuti Jaka Indi yang berjalan dibelakangnya.

Saat berada didalam, terlihat seluruh dinding gua dan seluruh dinding ruang yang dilapisi es tebal. Udara jadi bertambah dingin, sampai-sampai jaka indi merasakan tubuhnya mulai menggigil. Tertampak beberapa wanita dengan khidmat berdiri mengelilingi sosok tubuh yang berbaring diatas sebuah dipan yang terbuat dari susunan balok es.

Jaka Indi melihat, ada Dewi Nawang Sari dan Dewi Salasika, serta wanita bercadar dan berbusana serba hitam yang hanya berdiri diam, terdapat pula dua prajurit wanita yang berdiri dibelakang Dewi Salasika yang tampak berwajah pucat. Diatas dipan ternyata berbaring seorang Pria dengan mantel biru panjang. Yang mengejutkan Jaka Indi ternyata pria tersebut adalah Pangeran Corwin dari kerajaan Bessara, yang dikenalnya dalam perjamuan makan malam bersama bunda ratu. Jaka Indi seketika menghentikan langkahnya dan ikut mengamati Pangeran Corwin yang diam terbaring diatas balok es,

" mungkinkah pangeran Corwin sudah wafat…? "  renung Jaka indi

Sedang Prajurit wanita yang cantik itu terus melangkahkan kakinya menuju Dewi Nawang Sari, lalu membisikan sesuatu ketelinga Dewi Nawang sari, setelah itu langsung pergi keluar ruangan.

Dewi nawang sari lantas menggapai dengan tangan kanannya kearah Jaka Indi, Jaka Indi maju. melangkah mendekati Dewi Nawang Sari,

" Ada apa eyang dewi ….? " tanya Jaka Indi.

“ Sebelumnya kuperkenalkan dahulu Raden dengan yang hadir disini, Wanita bercadar hitam adalah Dewi Lintang, beliau merupakan satu dari sembilan pelindung kerajaan Suralaya, Sedang Dewi Salasika, Raden sudah mengenalnya sebagai panglima perang kerajaan Suralaya, dua prajurit dibelakang dewi salasika adalah pengawal pribadi dewi salasika, Sedangkan wanita yang menjemput raden dan baru saja meninggalkan ruangan adalah Dewi Yuna yang merupakan putri bungsu Bunda Ratu dan juga merupakan tunangan Raden, yang kebetulan sekali tadi pagi saat matahari terbit, sudah pulang kembali dari petualangannya. "

" Apa...! jadi wanita tadi adalah dewi Yuna yang juga merupakan calon istri, mengapa tadi Dewi Yuna tidak memperkenalkan dirinya ......" fikir Jaka Indi dalam hati.

" Sebenarnya aku mau minta bantuan Raden, untuk ikut menyingkap sebab kematian Pangeran Corwin dan mencari tahu siapa pembunuhnya. Karena saat diperjamuan Raden kulihat sempat bercakap-cakap dengan pangeran Corwin, barangkali saja dari percakapan itu ada yang bisa dijadikan petunjuk. “ kata dewi nawang sari lebih lanjut.

" Ouhhh.... aku dengan pangeran Corwin hanya berkenalan biasa, tidak ada percakapan lainnya.

" Bagaimana kejadiaannya, sampai pangeran Corwin bisa meninggal eyang….? " Tanya Kaka Indi dengan rasa penasaran

" begini kejadiannya..... menurut cerita prajurit yang akan menghantar pangeran Corwin, sepulang dari perjamuan makan malam, saat pangeran Corwin dipersilahkan naik keatas kereta, pangeran Corwin hanya meminta seekor kuda unicorn, katanya ia dapat pulang sendiri ke paviliun kaputran ( paviliun pria ) ,  tetapi tadi pagi sekitar jam 04.30 dini hari, dua orang prajurit menemukan tubuh Pangeran Corwin yang sudah menjadi mayat di Alas Purwa ( hutan Purwa ) yang tidak jauh dari Paviliun Kaputren ( Paviliun wanita ) suatu paviliun yang diperuntukan bagi para putri bangsawan dan tamu wanita "

“ mengingat pangeran Corwin adalah putra tunggal Raja Bessara ( kerajaan astral tertua dan terbesar diwilayah utara ) , maka ini bisa menimbulkan persoalan yang besar dan menimbulkan masalah serius, bagi kerajaan Suralaya, bila sebab-sebab kematiannya tidak dapat dijelaskan, atau bila sebab kematiannya dilakukan oleh para peri dari negeri kami.....”

" Dewi Salasika .... apa saja informasi yang sudah didapat sehubungan kematian Pangeran Corwin," tanya Dewi Nawang Sari kepada dewi Salasika.

" Pangeran corwin diperkirakan telah meninggal pada sekitar jam 01.00 dinihari, ada beberapa rumput dan tanah serta embun air yang melekat pada pakaiannya, mungkin ini disebabkan Pangeran jatuh dan terguling direrumputan, anehnya tidak ada bekas luka apapun pada tubuhnya, baik luka karena senjata tajam atau memar karena pukulan. dan pangeran Corwin meninggal dalam keadaan tersenyum, ini bukan hal yang biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya. " Terang dewi salasika.

" Adakah tanda keracunan pada tubuh pangeran Corwin " Tanya Jaka indi dengan tiba-tiba.

" Tidak ada, .... aku juga sudah memeriksa akan kemungkinan hal itu. " Jawab Dewi salasika.

" bolehkah aku memeriksanya ", ujar jaka indi

Silahkan Raden, jawab Dewi salasika. Jaka indi lantas maju mendekati tepi pembaringan dari jasat Pangeran Corwin, lalu memeriksanya dengan seksama, terlihat wajah pangeran Corwin masih terlihat segar dan nampak tersenyum puas pada raut wajahnya. kemudian Jaka indi berkata, bisakah kalian semua membalikan badan sebentar, karena aku akan memeriksa seluruh tubuh Pangeran Corwin, kemudian semua peri membalikan badannya, hanya Dewi Salasika yang tetap menatap kearah jasad Pangeran Corwin, Saat jaka Indi menatap dewi salasika.....

Dewi salasika berkata “ aku harus mengetahui semuanya dengan jelas..... jadi silahkan Raden melanjutkan pemeriksaan jasad pangeran corwin.

Jaka Indi mulai membuka seluruh pakaian pangeran Corwin, hingga keadaan pangeran corwin dalam keaadaan polos tanpa penutup apapun, terlihat tubuhnya yang kekar, dadanya yang bidang dan kulitnya yang berwarna putih kepucatan, tidak ada bekas luka, baik itu luka karena bekas sayatan, tusukan senjata tajam ataupun luka bekas pukulan..... juga tidak terlihat tanda-tanda keracunan. Sungguh aneh....” fikir jaka Indi.

Saat memeriksa lebih teliti tubuh pengeran corwin, akhirnya Jaka Indi menemukan sehelai rambut panjang pada tubuh pangeran Corwin dan ada sisa sperma dipangkal paha tubuh Pangeran Corwin. Kemudian dipanggilnya dewi Salasika untuk melihat dari dekat keberadaan rambut dan sisa sperma yang ada dijasad itu.

Dewi Saladika mengambil sehelai rambut panjang yang didapat dan menyimpannya dalam tabung kaca kecil. Setelah itu Jaka indi menutup jasad pangeran Pangeran Corwin dengan kain putih panjang.

" Silahkan kalian ,membalikan badan kembali, " Kata Jaka Indi kepada mereka yang berada ditempat tersebut.

Jaka indi merenung dan berfikir sejenak, ia coba mengingat-ngingat apa yang tertera dalam catatan kitab kecilnya perihal kematian yang diakibatkan karena melakukan hubungan badan.

" Begini ... menurutku penyebab kematian Pangeran Corwin besar kemungkinan adalah karena seorang wanita, atau lebih tepatnya karena melakukan " hubungan badan " dengan seorang wanita…."

" Apakah karena berhubungan badan dengan peri dari bangsa kami…? ", tanya Dewi Nawang Sari

" Bukan.... ! tapi karena melakukan hubungan badan dengan wanita dari jenis manusia.

" Maksutnya bagaimana raden,...? apa wanita dari jenis manusia juga seperti wanita peri dari bangsa kami, apa bisa dijelaskan lebih rinci, “ tanya Dewi Salasika menyela pembicaraan, dengan rasa penasaran ingin tahu.

" Kalau kematiannya disebabkan oleh karena berhubungan badan dengan bangsa peri, atau mahluk astral, tentu kalian sudah lebih dahulu mengetahuinya, kaum Pria yang mati karena " berhubungan badan " dengan bangsa peri, akan mengalami, penyusutan tubuh karena terhisap hawa murninya dan berkurang sebagian darahnya, juga akan kehilangan seluruh energinya, Jadi akan tampak seperti tumbuhan segar yang tiba-tiba menjadi layu .... lalu mati kekeringan. “

" Tapi berbeda pada Tubuh Pangeran Corwin, tidak terdapat tanda-tanda tersebut, Pangeran Corwin wafat masih dalah keadaan segar bugar, sama sekali tidak terlihat tanda kekurangan darah atau dalam keadaan lunglai, bahkan Pangeran Corwin wafat dalam keadaan tersenyum. dan ditambah bukti adanya ceceran sisa air mani pada tubuh Pangeran Corwin, ini mengisyarakan bahwa pangeran corwin mati setelah berhubungan badan dengan wanita dari kalangan manusia. "

" Sebenarnya wanita yang bisa mengakibatkan kematian pasangannya karena " hubungan badan " sangatlah langka dikalangan manusia, hanya ada dalam hitungan jari.....”

" wanita yang mengakibatkan kematian pada pasangan prianya karena hubungan badan dikenal dengan sebutan ' Bahu Laweyan ', hanya saja wanita ' bahu laweyan ' setelah berhubungan badan dengan pria, umumnya tidak akan mengakibatkan kematian seketika pada pasangannya, terkecuali untuk jenis wanita bahu laweyan tertentu....."  Terang jaka Indi panjang lebar.

" bisa dijelaskan lebih lanjut raden .....? “ ujar dewi salasika

" Wanita bahu laweyan yang dapat mengakibatkan kematian seketika pada pasangannya disaat " berhubungan badan ", adalah wanita bahu laweyan yang diantara bawah pusar dan diatas kemaluannya terdapat simbol ular, gambar ular tersebut hanya tampak samar bagi mereka yang awam, .... tapi akan tampak jelas bila dilihat dengan ketajaman mata batin....."

Wanita bahu laweyan jenis ini akan memberikan kepuasan pasangannya saat berhubungan badan, tetapi setelah itu pasangannya akan mengalami kematian., menurutku ciri ini persis seperti yang dialami oleh Pangeran Corwin.

Untuk menyelidiki permasalahan ini lebih lanjut, maka hendaknya Dewi Salasika kumpulkanlah para tamu wanita dari jenis manusia yang ada dinegeri ini. kemudian lakukanlah pemeriksaan dengan teliti.

Selanjutnya Dewi Salasika dan wanita bercadar serta dewi Nawang Sari tampak berunding sejenak, kemudian wanita bercadar ikut maju memeriksa jasad pangeran Corwin, telapak tangannya diletakkan diubun-ubun pangeran, juga di perut dan ditelapak kaki pangeran Corwin. Berikutnya diapun berkata, bahwa pangeran Corwin meninggal dengan tidak kehilangan darah dan hawa murninya. yang artinya kematian pangeran Corwin dipastikan bukan karena berhubungan badan dengan wanita dari kalangan peri.

Setelah itu, Dewi Salasika memberikan instruksi pada pengawal pribadinya untuk mengumpulkan para tamu wanita dari jenis manusia yang ada dinegeri Suralaya, agar dikumpulkan di ruang utama paviliun kaputren, yang ditindaklanjuti dengan kedua pengawal tersebut segera keluar ruangan untuk melaksanakan perintah.

Suasana masih dalam keadaan hening.

" Sudah kita tinggalkan ruangan ini, untuk segera makan siang bersama di Istana, " kata Dewi Nawang Sari memecah keheningan.

Dewi Salasika, dan wanita bercadar hitam, menghapiri Dewi Nawang Sari dan mohon ijin untuk tidak mengikuti jamuan makan siang, karena ingin menyelidiki kasus kematian Pangeran Corwin. Kemudian mereka sama-sama berjalan keluar, dan Dewi Salasika beserta Dewi Lintang memisahkan diri dari Dewi nawang sari sesampainya di depan gua es.

Sedang Jaka Indi mencoba mendekati dewi nawang sari dan mengiringi berjalan disisinya. kemudian berkata perlahan pada dewi nawang sari,

" Eyang Dewi, adakah disini makanan selain dari jenis buah-buahan ....? " tanya jaka Indi

" Disini kami para peri makan hanya dari jenis buah-buahan, bunga tertentu, madu, dan sayuran tertentu, tapi kalau Raden mau, kami ada makanan sejenis bubur sarang burung walet, makanan tersebut adalah makanan kesukaan Dewi Yuna, dan Bunda Ratu...."

Boleh Eyang Dewi,  kalau bisa selanjutnya saya juga dikirimi bubur sarang burung walet keperistirahatan saya di Paviliun kaputran.


Dewi Nawang sari menganggukkan kepalanya, sambil tetap berjalan menuju ruang makan istana

" Eyang dewi.... maaf ada hal yang ingin saya tanyakan....

" Silahkan raden "... kata Dewi nawang sari

" bagaimana Dewi Yuna bisa tahu bahwa saya adalah Jaka Indi saat menjemput saya di paviliun Kaputran, bukankah sebelum ini, Dewi Yuna belum pernah melihat saya....? "

" itu mungkin dikarenakan, pertama tidak banyak kalangan manusia dinegeri ini, jadi lebih mudah untuk mengenali raden, kedua dikarenakan cincin giok yang raden kenakan, yaitu sepasang cincin pertunangan mempunyai daya tarik menarik yang unik, saat sepasang cicin tersebut berdekatan maka cincin tersebut akan menjadi berwarna hijau terang, dan pemakainya akan merasakan adanya getaran energi yang kuat, yang berusaha mendekatkan sepasang cincin tersebut, dan tentunya Dewi Yuna juga bisa mengenali Raden, dari cincin yang raden kenakan. "

“ Ehmmmm...  apakah karena cincin ini pula yang membuatku seperti orang linglung saat melihat Dewi Yuna,” fikir jaka indi.

Tak lama sampailah mereka diruang perjamauan. Dewi nawang sari mempersilahkan Jaka Indi untuk mencuci tangan terlebih dahulu, diruang pancuran yang tak jauh dari ruang makan. Jaka Indi bukan hanya membersihkan tangan, tapi juga sekalian berwudhu mensucikan diri sebagaimana yang biasa ia lakukan bila pulang dari takziah kematian ataupun ziarah kubur.

Saat Jaka Indi berjalan ke meja jamuan, terlihat Bunda ratu dan beberapa putri bunda ratu serta kerabat istana ada dalam perjamuan makan siang tersebut. Dewi Nawang sari mempersilahkan Jaka Indi duduk disebelahnya, tak lama pelayan menghantarkan semangkuk bubur sarang burung walet kehadapan Jaka Indi

“ Silahkan raden .... makan apa yang raden sukai....disini hanya ada orang sendiri, " ujar Bunda Ratu.

Jaka indi memperhatikan mereka yang hadir pada Jamuan makan siang, terlihat tidak jauh dari Bunda ratu terdapat dewi yuna yang telah berganti pakaian dengan semacam gaun panjang warna hijau pupus yang dihiasi renda emas pada sebahagian leher dan pergelangan tangannya, rambutnya yang hitam lurus dibiarkan tergerai dibahunya, kulitnya putih berkilau, tampak sangat cantik sekali....

“ Hmmm... pantes Pangeran Corwin sampai selalu terbayang akan kecantikan Dewi Yuna. Sungguh kecantikan yang tidak manusiawi ( sudah bukan kecantikan manusia, tapi kecantikan Dewi Khayangan ) “

Kemudian Jaka indi melihat kesebelah dewi Yuna, juga hadir Dewi Sekar arum, Dewi ambarwati, dan Dewi Kirana, tidak tampak dewi kemala dan dewi Rheena, sedang Dewi Salasika tadi undur diri untuk menyelidiki kasus kematian Pangeran Corwin.

Pada bangku lainnya terdapat wanita anggun berhijab dan berbusana serba putih, sukma bocah wanita yang tubuhnya seperti diliputi nyala api juga tampak berdiri didekat Jendela ruang makan dengan pandangan menatap jauh keluar jendela, beberapa prajurit wanita dan dayang-dayang terlihat mengambil posisi jauh disudut sudut ruangan.

Mereka semua makan minum dengan hening, Jaka Indi menghabiskan seluruh bubur sarang burung walet tersebut yang kemudian ditutup dengan minum air kelapa muda.

Tiba-tiba Bunda Ratu memecah keheningan dengan berkata....
" Raden.... Dewi Yuna sudah kembali dari perjalannya,....  aku merencanakan untuk menyegerakan waktu pernikahan Raden Jaka Indi, dengan Dewi Yuna, apakah Raden sudah siap untuk itu….? "

" iya Ratu bagaimana baiknya menurut bunda ratu saja, " jawab Jaka Indi kalem, sambil matanya melirik kearah Dewi yuna,

Terlihat dewi yuna bersikap tak acuh tanpa menunjukan suatu reaksi apapun.

" Selepas selesai makan siang ini saya akan menyelenggarakan pernikahan Raden Jaka indi dengan dewi yuna, secara internal kekeluargaan, sedang pesta resepsi pernikahannya akan diatur menyusul pada lain kesempatan, apakah kalian semua setuju.

Jaka Indi sampai hampir tersedak oleh minuman air kelapa muda yang sedang diminumnya.

" Sekarang ini bunda ratu…? " tanya Jaka indi untuk memastikan.

“ Iya... semakin cepat tentu akan semakin baik “ jawab bunda ratu dengan tandas.

Lalu bunda ratu berdiri dan berjalan kearah ruang yang menyerupai mimbar yang tak jauh dari ruang jamuan makan siang, kemudian menggapai tangannya Jaka Indi dan Dewi yuna agar mendekatinya, berikutnya dengan tangan kanan memegang tangan Jaka Indi dan tangan kiri memegang tangan Dewi Yuna, lalu Ratu membungkukkan badannya layaknya orang yang ruku, sambil berkata, Maha Suci Tuhan Yang Maha Tinggi, Tuhan Penguasa sekalian alam, dengan ini saya nikahkan Ananda Raden Jaka Indi dengan ananda Dewi Yuna, hal itu dilakukannya sebanyak empat kali bersama Jaka indi dan Dewi Yuna, dengan menghadap ke empat penjuru yang berbeda. Penghulu, wali nikah, saksi sepertinya dirangkap semua oleh Bunda Ratu selaku orang tua mempelai wanita. Bahkan juga tidak ada mas kawin.

" Ehmmm..... ternyata cukup seperti ini, menikah di negeri astral Suralaya. " Renung Jaka Indi dalam hati

Kemudian bersamaan selesainya upacara nikah, wanita berbusana putih-putih bangkit berjalan kedekat ratu dan melanjutkannya dengan memimpin doa dalam campuran bahasa jawa dan bahasa sansekerta yang tidak dimengerti oleh jaka Indi, hanya Jaka indi teringat ada kata.... Dhuh Gusti ingkang maha suci lan maha wikan.... dan seterusnya.

Sesudahnya seluruh keluarga dan kerabat bunda ratu memberi selamat pada Jaka indi dan Dewi Yuna. Dewi Kirana bahkan sudah mulai tersenyum kepada Jaka indi,

" Raden Jaka indi, mulai saat ini tinggallah diistana ini, di kamar Dewi Yuna, mengenai perlengkapanmu di paviliun Kaputran, biar nanti diambil dayang istana agar dipindahkan kekamar Dewi Yuna. " Ujar Bunda ratu.

Kembali Jaka Indi melirik kearah Dewi yuna, terlihat dewi yuna masih berikap dingin dan datar tanpa ekspresi apapun.

" Dewi Yuna ajaklah suamimu Jaka Indi berkeliling negeri ini agar ia mengerti dan mengenal keadaan lingkungan kerajaan Suralaya. " jelas Ratu pada Dewi Yuna.

Baik Ibu, kata Dewi Yuna dengan santun dan hormat.

Sepeninggal Bunda Ratu dan semua yang hadir, Dewi Yuna berucap lirih, “ Raden aku baru tiba dari perjalanan jauh, aku ingin istirahat dahulu, kembalilah ketempat peristirahatan raden, besok pagi aku akan menjemput raden untuk memperkenalkan keadaan negeri ini,

" baiklah Dewi yuna...."

" Bisakah aku minta tolong di hantar oleh salah satu prajurit ketempat peristirahatanku di Paviliun kaputran, " ujar Jaka Indi

Dewi Yuna kemudian memanggil prajurit wanita, beberapa saat kemudian tampak kereta kencana, yang ditarik dua kuda unicorn telah siap di halaman istana. Dewi Yuna lantas membalikkan badan dan berjalan menuju bagian dalam istana, masih dengan sikapnya yang tak acuh, dingin dan ekspresi yang datar. Jaka Indi hanya dapat menghela nafas dan bergumam dalam hatinya ....

“ Aiiih... tidak ada seorang pria pun yang mengerti hati seorang wanita, Jika seorang pria menyangka ia mengerti,  ia justru akan mendapatkan kesalahpahaman yang lebih mendalam, ”

Bersambung.....

No comments:

Post a Comment

Bill Gates Jelaskan Mengapa Anaknya Tidak Bisa Menikah Dengan Orang Miskin

Sambil nunggu update terbaru yang masih tertutup formasi ilusi  --------- "Beberapa tahun yang lalu saya menghadiri konferensi di Ameri...