Kecantikan Yang Tidak Manusiawi
Tiba-tiba kuda Unicorn langsung
melesat kedepan dengan sangat cepatnya, karena kagetnya, .... hingga badan Jaka
Indi terasa akan terlempar Jatuh kebelakang. Jaka indi secara spontan langsung
memegang dan mendekap erat pinggang Prajurit wanita yang sangat cantik itu
dengan kedua tangannya.
" Astaga.... !! "
" nona... hati-hati.... saya
bisa terjatuh 'nih....!! " seru Jaka Indi dengan terperanjat. Sembari
kedua lengannya tetap memegang erat pinggang prajurit wanita cantik itu, seketika
Jaka Indi mencium aroma harum alami seorang wanita remaja, dan aroma bunga
anyelir saat rambut wanita tersebut tertiup angin hingga menyapu sebahagian
wajah Jaka Indi, tangannya juga dapat merasakan tubuh yang langsing dan sintal
saat memegang pinggang prajurit wanita cantik itu.
" Astagfirullah..... maaf
nona.....maaf......maaf.... !! " ketika menyadari yang depeluknya adalah
tubuh seorang wanita, Refleks jaka Indi melepaskan pelukannya, dan mengalihkan pegangan
tangannya pada pinggul Kuda unicorn.
Prajurit Wanita cantik itu hanya
diam saja dan tetap memacu kudanya melaju cepat, saat tiba didepan gerbang
Paviliun, wanita cantik tersebut memberi isyarat dengan tangan dan para Penjaga
di pintu gerbang dengan sigap segera memberinya jalan lewat. Kuda unicorn putih
terus melaju dengan cepat, dalam waktu singkat sampailah mereka didepan Istana
dengan dua patung macan kumala putih pada kedua sisi gerbang masuknya. Jaka
indi segera melompat turun dari Kuda unicorn, diikuti prajurit wanita cantik
berbusur kristal yang juga bergegas turun. Para Prajurit gerbang istana,
terlihat memberi jalan dan memberi sikap hormat pada wanita cantik itu.
“ Raden Ikuti saya..... “ kata
Wanita cantik itu, seraya berjalan masuk dengan bergegas menaiki anak tangga
dan berjalan menuju bagian belakang istana. Pada bagian belakang istana
terdapat beberapa ruang-ruang, terlihat wanita cantik itu melewati ruang
pertemuan prajurit, lalu ada ruang dayang-dayang istana, kemudian sampai ke ruang
yang pada bagian atas pintu tertulis gudang perlengkapan.
Jaka Indi tetap berjalan
mengikuti dibelakang langkah wanita cantik tersebut. Dibalik gudang
perlengkapan terdapat beberapa pakaian perang prajurid yang tertata secara
rapi, ada pula persenjataan yang terdiri
dari banyak tombak, prisai besi, berbagai jenis busur dan juga beraneka jenis
pedang yang berjajar dan berderet dalam rak kayu, lalu masih berjalan masuk
lagi kedalam sebuah lorong dan pada ujung lorong.... tembus keruang yang berbentuk
seperti gua batu.
Hmmm..... ternyata pada bagian
belakang istana ada guanya. Fikir Jaka Indi seraya memandang terpesona atas
keunikan gua, dimana dinding-dinding guanya dipenuhi beberapa macam lumut hijau
tebal, serta tampak cahaya matahari masuk melalui celah berlubang yang ada
diatas gua dimana sinarnya jatuh menyinari bagian sisi kanan gua.
Masuk lebih kedalam gua lagi, terdapat
sebuah pintu besi yang besar, didepan pintu berdiri dua orang prajurit penjaga
yang masing-masing membawa pedang panjang yang tersoreng dipinggangnya.
Ketika melihat kehadiran prajurit
wanita yang cantik itu, kedua prajurit penjaga memberi hormat dan membukakan
pintu besi, dibalik pintu besi hanya berupa ruang kosong yang mana pada sudut
ruang trdapat lorong seperti gua batu kecil yang dujungnya terdapat sebuah
pintu batu yang tebal, pada kedua pintu batu juga terdapat dua orang prajurit
wanita penjaga membawa tombak. Setelah pintu batu itu dibuka berhembuslah udara
dingin yang menusuk badan, ternyata dibalik pintu batu merupakan sebuah gua Es,
wanita cantik itu melangkah masuk diikuti Jaka Indi yang berjalan
dibelakangnya.
Saat berada didalam, terlihat
seluruh dinding gua dan seluruh dinding ruang yang dilapisi es tebal. Udara
jadi bertambah dingin, sampai-sampai jaka indi merasakan tubuhnya mulai
menggigil. Tertampak beberapa wanita dengan khidmat berdiri mengelilingi sosok
tubuh yang berbaring diatas sebuah dipan yang terbuat dari susunan balok es.
Jaka Indi melihat, ada Dewi
Nawang Sari dan Dewi Salasika, serta wanita bercadar dan berbusana serba hitam
yang hanya berdiri diam, terdapat pula dua prajurit wanita yang berdiri
dibelakang Dewi Salasika yang tampak berwajah pucat. Diatas dipan ternyata
berbaring seorang Pria dengan mantel biru panjang. Yang mengejutkan Jaka Indi
ternyata pria tersebut adalah Pangeran Corwin dari kerajaan Bessara, yang
dikenalnya dalam perjamuan makan malam bersama bunda ratu. Jaka Indi seketika
menghentikan langkahnya dan ikut mengamati Pangeran Corwin yang diam terbaring
diatas balok es,
" mungkinkah pangeran Corwin
sudah wafat…? " renung Jaka indi
Sedang Prajurit wanita yang
cantik itu terus melangkahkan kakinya menuju Dewi Nawang Sari, lalu membisikan
sesuatu ketelinga Dewi Nawang sari, setelah itu langsung pergi keluar ruangan.
Dewi nawang sari lantas menggapai
dengan tangan kanannya kearah Jaka Indi, Jaka Indi maju. melangkah mendekati
Dewi Nawang Sari,
" Ada apa eyang dewi ….? "
tanya Jaka Indi.
“ Sebelumnya kuperkenalkan dahulu
Raden dengan yang hadir disini, Wanita bercadar hitam adalah Dewi Lintang,
beliau merupakan satu dari sembilan pelindung kerajaan Suralaya, Sedang Dewi
Salasika, Raden sudah mengenalnya sebagai panglima perang kerajaan Suralaya,
dua prajurit dibelakang dewi salasika adalah pengawal pribadi dewi salasika, Sedangkan
wanita yang menjemput raden dan baru saja meninggalkan ruangan adalah Dewi Yuna
yang merupakan putri bungsu Bunda Ratu dan juga merupakan tunangan Raden, yang
kebetulan sekali tadi pagi saat matahari terbit, sudah pulang kembali dari
petualangannya. "
" Apa...! jadi wanita tadi
adalah dewi Yuna yang juga merupakan calon istri, mengapa tadi Dewi Yuna tidak
memperkenalkan dirinya ......" fikir Jaka Indi dalam hati.
" Sebenarnya aku mau minta
bantuan Raden, untuk ikut menyingkap sebab kematian Pangeran Corwin dan mencari
tahu siapa pembunuhnya. Karena saat diperjamuan Raden kulihat sempat
bercakap-cakap dengan pangeran Corwin, barangkali saja dari percakapan itu ada
yang bisa dijadikan petunjuk. “ kata dewi nawang sari lebih lanjut.
" Ouhhh.... aku dengan
pangeran Corwin hanya berkenalan biasa, tidak ada percakapan lainnya.
" Bagaimana kejadiaannya,
sampai pangeran Corwin bisa meninggal eyang….? " Tanya Kaka Indi dengan
rasa penasaran
" begini kejadiannya..... menurut
cerita prajurit yang akan menghantar pangeran Corwin, sepulang dari perjamuan
makan malam, saat pangeran Corwin dipersilahkan naik keatas kereta, pangeran
Corwin hanya meminta seekor kuda unicorn, katanya ia dapat pulang sendiri ke
paviliun kaputran ( paviliun pria ) , tetapi tadi pagi sekitar jam 04.30 dini hari,
dua orang prajurit menemukan tubuh Pangeran Corwin yang sudah menjadi mayat di
Alas Purwa ( hutan Purwa ) yang tidak jauh dari Paviliun Kaputren ( Paviliun
wanita ) suatu paviliun yang diperuntukan bagi para putri bangsawan dan tamu
wanita "
“ mengingat pangeran Corwin
adalah putra tunggal Raja Bessara ( kerajaan astral tertua dan terbesar
diwilayah utara ) , maka ini bisa menimbulkan persoalan yang besar dan
menimbulkan masalah serius, bagi kerajaan Suralaya, bila sebab-sebab kematiannya
tidak dapat dijelaskan, atau bila sebab kematiannya dilakukan oleh para peri
dari negeri kami.....”
" Dewi Salasika .... apa
saja informasi yang sudah didapat sehubungan kematian Pangeran Corwin,"
tanya Dewi Nawang Sari kepada dewi Salasika.
" Pangeran corwin
diperkirakan telah meninggal pada sekitar jam 01.00 dinihari, ada beberapa
rumput dan tanah serta embun air yang melekat pada pakaiannya, mungkin ini
disebabkan Pangeran jatuh dan terguling direrumputan, anehnya tidak ada bekas
luka apapun pada tubuhnya, baik luka karena senjata tajam atau memar karena
pukulan. dan pangeran Corwin meninggal dalam keadaan tersenyum, ini bukan hal
yang biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya. " Terang dewi salasika.
" Adakah tanda keracunan
pada tubuh pangeran Corwin " Tanya Jaka indi dengan tiba-tiba.
" Tidak ada, .... aku juga
sudah memeriksa akan kemungkinan hal itu. " Jawab Dewi salasika.
" bolehkah aku memeriksanya ",
ujar jaka indi
Silahkan Raden, jawab Dewi
salasika. Jaka indi lantas maju mendekati tepi pembaringan dari jasat Pangeran
Corwin, lalu memeriksanya dengan seksama, terlihat wajah pangeran Corwin masih
terlihat segar dan nampak tersenyum puas pada raut wajahnya. kemudian Jaka indi
berkata, bisakah kalian semua membalikan badan sebentar, karena aku akan
memeriksa seluruh tubuh Pangeran Corwin, kemudian semua peri membalikan
badannya, hanya Dewi Salasika yang tetap menatap kearah jasad Pangeran Corwin, Saat
jaka Indi menatap dewi salasika.....
Dewi salasika berkata “ aku harus
mengetahui semuanya dengan jelas..... jadi silahkan Raden melanjutkan
pemeriksaan jasad pangeran corwin.
Jaka Indi mulai membuka seluruh
pakaian pangeran Corwin, hingga keadaan pangeran corwin dalam keaadaan polos
tanpa penutup apapun, terlihat tubuhnya yang kekar, dadanya yang bidang dan
kulitnya yang berwarna putih kepucatan, tidak ada bekas luka, baik itu luka
karena bekas sayatan, tusukan senjata tajam ataupun luka bekas pukulan.....
juga tidak terlihat tanda-tanda keracunan. Sungguh aneh....” fikir jaka Indi.
Saat memeriksa lebih teliti tubuh
pengeran corwin, akhirnya Jaka Indi menemukan sehelai rambut panjang pada tubuh
pangeran Corwin dan ada sisa sperma dipangkal paha tubuh Pangeran Corwin. Kemudian
dipanggilnya dewi Salasika untuk melihat dari dekat keberadaan rambut dan sisa
sperma yang ada dijasad itu.
Dewi Saladika mengambil sehelai
rambut panjang yang didapat dan menyimpannya dalam tabung kaca kecil. Setelah
itu Jaka indi menutup jasad pangeran Pangeran Corwin dengan kain putih panjang.
" Silahkan kalian
,membalikan badan kembali, " Kata Jaka Indi kepada mereka yang berada
ditempat tersebut.
Jaka indi merenung dan berfikir
sejenak, ia coba mengingat-ngingat apa yang tertera dalam catatan kitab
kecilnya perihal kematian yang diakibatkan karena melakukan hubungan badan.
" Begini ... menurutku
penyebab kematian Pangeran Corwin besar kemungkinan adalah karena seorang
wanita, atau lebih tepatnya karena melakukan " hubungan badan "
dengan seorang wanita…."
" Apakah karena berhubungan
badan dengan peri dari bangsa kami…? ", tanya Dewi Nawang Sari
" Bukan.... ! tapi karena
melakukan hubungan badan dengan wanita dari jenis manusia.
" Maksutnya bagaimana
raden,...? apa wanita dari jenis manusia juga seperti wanita peri dari bangsa
kami, apa bisa dijelaskan lebih rinci, “ tanya Dewi Salasika menyela
pembicaraan, dengan rasa penasaran ingin tahu.
" Kalau kematiannya
disebabkan oleh karena berhubungan badan dengan bangsa peri, atau mahluk
astral, tentu kalian sudah lebih dahulu mengetahuinya, kaum Pria yang mati
karena " berhubungan badan " dengan bangsa peri, akan mengalami,
penyusutan tubuh karena terhisap hawa murninya dan berkurang sebagian darahnya,
juga akan kehilangan seluruh energinya, Jadi akan tampak seperti tumbuhan segar
yang tiba-tiba menjadi layu .... lalu mati kekeringan. “
" Tapi berbeda pada Tubuh
Pangeran Corwin, tidak terdapat tanda-tanda tersebut, Pangeran Corwin wafat
masih dalah keadaan segar bugar, sama sekali tidak terlihat tanda kekurangan
darah atau dalam keadaan lunglai, bahkan Pangeran Corwin wafat dalam keadaan
tersenyum. dan ditambah bukti adanya ceceran sisa air mani pada tubuh Pangeran
Corwin, ini mengisyarakan bahwa pangeran corwin mati setelah berhubungan badan
dengan wanita dari kalangan manusia. "
" Sebenarnya wanita yang
bisa mengakibatkan kematian pasangannya karena " hubungan badan "
sangatlah langka dikalangan manusia, hanya ada dalam hitungan jari.....”
" wanita yang mengakibatkan
kematian pada pasangan prianya karena hubungan badan dikenal dengan sebutan ' Bahu
Laweyan ', hanya saja wanita ' bahu laweyan ' setelah berhubungan badan dengan
pria, umumnya tidak akan mengakibatkan kematian seketika pada pasangannya, terkecuali
untuk jenis wanita bahu laweyan tertentu....." Terang jaka Indi panjang lebar.
" bisa dijelaskan lebih
lanjut raden .....? “ ujar dewi salasika
" Wanita bahu laweyan yang
dapat mengakibatkan kematian seketika pada pasangannya disaat " berhubungan
badan ", adalah wanita bahu laweyan yang diantara bawah pusar dan diatas
kemaluannya terdapat simbol ular, gambar ular tersebut hanya tampak samar bagi
mereka yang awam, .... tapi akan tampak jelas bila dilihat dengan ketajaman
mata batin....."
Wanita bahu laweyan jenis ini
akan memberikan kepuasan pasangannya saat berhubungan badan, tetapi setelah itu
pasangannya akan mengalami kematian., menurutku ciri ini persis seperti yang
dialami oleh Pangeran Corwin.
Untuk menyelidiki permasalahan
ini lebih lanjut, maka hendaknya Dewi Salasika kumpulkanlah para tamu wanita
dari jenis manusia yang ada dinegeri ini. kemudian lakukanlah pemeriksaan dengan
teliti.
Selanjutnya Dewi Salasika dan
wanita bercadar serta dewi Nawang Sari tampak berunding sejenak, kemudian
wanita bercadar ikut maju memeriksa jasad pangeran Corwin, telapak tangannya
diletakkan diubun-ubun pangeran, juga di perut dan ditelapak kaki pangeran
Corwin. Berikutnya diapun berkata, bahwa pangeran Corwin meninggal dengan tidak
kehilangan darah dan hawa murninya. yang artinya kematian pangeran Corwin
dipastikan bukan karena berhubungan badan dengan wanita dari kalangan peri.
Setelah itu, Dewi Salasika
memberikan instruksi pada pengawal pribadinya untuk mengumpulkan para tamu
wanita dari jenis manusia yang ada dinegeri Suralaya, agar dikumpulkan di ruang
utama paviliun kaputren, yang ditindaklanjuti dengan kedua pengawal tersebut
segera keluar ruangan untuk melaksanakan perintah.
Suasana masih dalam keadaan
hening.
" Sudah kita tinggalkan
ruangan ini, untuk segera makan siang bersama di Istana, " kata Dewi
Nawang Sari memecah keheningan.
Dewi Salasika, dan wanita
bercadar hitam, menghapiri Dewi Nawang Sari dan mohon ijin untuk tidak
mengikuti jamuan makan siang, karena ingin menyelidiki kasus kematian Pangeran
Corwin. Kemudian mereka sama-sama berjalan keluar, dan Dewi Salasika beserta
Dewi Lintang memisahkan diri dari Dewi nawang sari sesampainya di depan gua es.
Sedang Jaka Indi mencoba
mendekati dewi nawang sari dan mengiringi berjalan disisinya. kemudian berkata
perlahan pada dewi nawang sari,
" Eyang Dewi, adakah disini
makanan selain dari jenis buah-buahan ....? " tanya jaka Indi
" Disini kami para peri
makan hanya dari jenis buah-buahan, bunga tertentu, madu, dan sayuran tertentu,
tapi kalau Raden mau, kami ada makanan sejenis bubur sarang burung walet,
makanan tersebut adalah makanan kesukaan Dewi Yuna, dan Bunda Ratu...."
Boleh Eyang Dewi, kalau bisa selanjutnya saya juga dikirimi
bubur sarang burung walet keperistirahatan saya di Paviliun kaputran.
Dewi Nawang sari menganggukkan
kepalanya, sambil tetap berjalan menuju ruang makan istana
" Eyang dewi.... maaf ada
hal yang ingin saya tanyakan....
" Silahkan raden "...
kata Dewi nawang sari
" bagaimana Dewi Yuna bisa
tahu bahwa saya adalah Jaka Indi saat menjemput saya di paviliun Kaputran,
bukankah sebelum ini, Dewi Yuna belum pernah melihat saya....? "
" itu mungkin dikarenakan,
pertama tidak banyak kalangan manusia dinegeri ini, jadi lebih mudah untuk
mengenali raden, kedua dikarenakan cincin giok yang raden kenakan, yaitu
sepasang cincin pertunangan mempunyai daya tarik menarik yang unik, saat
sepasang cicin tersebut berdekatan maka cincin tersebut akan menjadi berwarna
hijau terang, dan pemakainya akan merasakan adanya getaran energi yang kuat,
yang berusaha mendekatkan sepasang cincin tersebut, dan tentunya Dewi Yuna juga
bisa mengenali Raden, dari cincin yang raden kenakan. "
“ Ehmmmm... apakah karena cincin ini pula yang membuatku
seperti orang linglung saat melihat Dewi Yuna,” fikir jaka indi.
Tak lama sampailah mereka diruang
perjamauan. Dewi nawang sari mempersilahkan Jaka Indi untuk mencuci tangan
terlebih dahulu, diruang pancuran yang tak jauh dari ruang makan. Jaka Indi
bukan hanya membersihkan tangan, tapi juga sekalian berwudhu mensucikan diri sebagaimana
yang biasa ia lakukan bila pulang dari takziah kematian ataupun ziarah kubur.
Saat Jaka Indi berjalan ke meja
jamuan, terlihat Bunda ratu dan beberapa putri bunda ratu serta kerabat istana
ada dalam perjamuan makan siang tersebut. Dewi Nawang sari mempersilahkan Jaka
Indi duduk disebelahnya, tak lama pelayan menghantarkan semangkuk bubur sarang
burung walet kehadapan Jaka Indi
“ Silahkan raden .... makan apa
yang raden sukai....disini hanya ada orang sendiri, " ujar Bunda Ratu.
Jaka indi memperhatikan mereka
yang hadir pada Jamuan makan siang, terlihat tidak jauh dari Bunda ratu
terdapat dewi yuna yang telah berganti pakaian dengan semacam gaun panjang
warna hijau pupus yang dihiasi renda emas pada sebahagian leher dan pergelangan
tangannya, rambutnya yang hitam lurus dibiarkan tergerai dibahunya, kulitnya
putih berkilau, tampak sangat cantik sekali....
“ Hmmm... pantes Pangeran Corwin
sampai selalu terbayang akan kecantikan Dewi Yuna. Sungguh kecantikan yang
tidak manusiawi ( sudah bukan kecantikan manusia, tapi kecantikan Dewi
Khayangan ) “
Kemudian Jaka indi melihat
kesebelah dewi Yuna, juga hadir Dewi Sekar arum, Dewi ambarwati, dan Dewi
Kirana, tidak tampak dewi kemala dan dewi Rheena, sedang Dewi Salasika tadi
undur diri untuk menyelidiki kasus kematian Pangeran Corwin.
Pada bangku lainnya terdapat
wanita anggun berhijab dan berbusana serba putih, sukma bocah wanita yang
tubuhnya seperti diliputi nyala api juga tampak berdiri didekat Jendela ruang
makan dengan pandangan menatap jauh keluar jendela, beberapa prajurit wanita
dan dayang-dayang terlihat mengambil posisi jauh disudut sudut ruangan.
Mereka semua makan minum dengan
hening, Jaka Indi menghabiskan seluruh bubur sarang burung walet tersebut yang
kemudian ditutup dengan minum air kelapa muda.
Tiba-tiba Bunda Ratu memecah
keheningan dengan berkata....
" Raden.... Dewi Yuna sudah
kembali dari perjalannya,.... aku
merencanakan untuk menyegerakan waktu pernikahan Raden Jaka Indi, dengan Dewi
Yuna, apakah Raden sudah siap untuk itu….? "
" iya Ratu bagaimana baiknya
menurut bunda ratu saja, " jawab Jaka Indi kalem, sambil matanya melirik
kearah Dewi yuna,
Terlihat dewi yuna bersikap tak
acuh tanpa menunjukan suatu reaksi apapun.
" Selepas selesai makan
siang ini saya akan menyelenggarakan pernikahan Raden Jaka indi dengan dewi
yuna, secara internal kekeluargaan, sedang pesta resepsi pernikahannya akan
diatur menyusul pada lain kesempatan, apakah kalian semua setuju.
Jaka Indi sampai hampir tersedak
oleh minuman air kelapa muda yang sedang diminumnya.
" Sekarang ini bunda ratu…? "
tanya Jaka indi untuk memastikan.
“ Iya... semakin cepat tentu akan
semakin baik “ jawab bunda ratu dengan tandas.
Lalu bunda ratu berdiri dan
berjalan kearah ruang yang menyerupai mimbar yang tak jauh dari ruang jamuan
makan siang, kemudian menggapai tangannya Jaka Indi dan Dewi yuna agar
mendekatinya, berikutnya dengan tangan kanan memegang tangan Jaka Indi dan
tangan kiri memegang tangan Dewi Yuna, lalu Ratu membungkukkan badannya
layaknya orang yang ruku, sambil berkata, Maha Suci Tuhan Yang Maha Tinggi,
Tuhan Penguasa sekalian alam, dengan ini saya nikahkan Ananda Raden Jaka Indi
dengan ananda Dewi Yuna, hal itu dilakukannya sebanyak empat kali bersama Jaka
indi dan Dewi Yuna, dengan menghadap ke empat penjuru yang berbeda. Penghulu,
wali nikah, saksi sepertinya dirangkap semua oleh Bunda Ratu selaku orang tua
mempelai wanita. Bahkan juga tidak ada mas kawin.
" Ehmmm..... ternyata cukup
seperti ini, menikah di negeri astral Suralaya. " Renung Jaka Indi dalam
hati
Kemudian bersamaan selesainya
upacara nikah, wanita berbusana putih-putih bangkit berjalan kedekat ratu dan
melanjutkannya dengan memimpin doa dalam campuran bahasa jawa dan bahasa
sansekerta yang tidak dimengerti oleh jaka Indi, hanya Jaka indi teringat ada
kata.... Dhuh Gusti ingkang maha suci lan maha wikan.... dan seterusnya.
Sesudahnya seluruh keluarga dan
kerabat bunda ratu memberi selamat pada Jaka indi dan Dewi Yuna. Dewi Kirana
bahkan sudah mulai tersenyum kepada Jaka indi,
" Raden Jaka indi, mulai
saat ini tinggallah diistana ini, di kamar Dewi Yuna, mengenai perlengkapanmu
di paviliun Kaputran, biar nanti diambil dayang istana agar dipindahkan kekamar
Dewi Yuna. " Ujar Bunda ratu.
Kembali Jaka Indi melirik kearah
Dewi yuna, terlihat dewi yuna masih berikap dingin dan datar tanpa ekspresi
apapun.
" Dewi Yuna ajaklah suamimu
Jaka Indi berkeliling negeri ini agar ia mengerti dan mengenal keadaan
lingkungan kerajaan Suralaya. " jelas Ratu pada Dewi Yuna.
Baik Ibu, kata Dewi Yuna dengan
santun dan hormat.
Sepeninggal Bunda Ratu dan semua
yang hadir, Dewi Yuna berucap lirih, “ Raden aku baru tiba dari perjalanan jauh,
aku ingin istirahat dahulu, kembalilah ketempat peristirahatan raden, besok
pagi aku akan menjemput raden untuk memperkenalkan keadaan negeri ini,
" baiklah Dewi
yuna...."
" Bisakah aku minta tolong
di hantar oleh salah satu prajurit ketempat peristirahatanku di Paviliun
kaputran, " ujar Jaka Indi
Dewi Yuna kemudian memanggil
prajurit wanita, beberapa saat kemudian tampak kereta kencana, yang ditarik dua
kuda unicorn telah siap di halaman istana. Dewi Yuna lantas membalikkan badan
dan berjalan menuju bagian dalam istana, masih dengan sikapnya yang tak acuh, dingin
dan ekspresi yang datar. Jaka Indi hanya dapat menghela nafas dan bergumam
dalam hatinya ....
“ Aiiih... tidak ada seorang pria
pun yang mengerti hati seorang wanita, Jika seorang pria menyangka ia mengerti,
ia justru akan mendapatkan kesalahpahaman
yang lebih mendalam, ”
Bersambung.....
No comments:
Post a Comment