Saat itu tersisa Jaka Indi, Bunda
ratu dan dua wanita kraton baju hijau, satu wanita kraton baju ungu, Dewi
Nawang sari serta bocah sukma api yang terlihat asyiiik memperhatikan handphone
pemberian Jaka indi pada bunda Ratu yang tergeletak diatas meja.
" Ananda Jaka indi, apakah
yang menjadi keinginanmu…? " tanya bunda ratu
Jaka Indi mengatur nafas sesaat. "
Kalau diperkenankan aku ingin mustika Citra Ghaib, " Jawab jaka Indi.
" Mengapa ananda menginginkan
Mustika tersebut…? " tanya Bunda ratu dengan rasa ingin tahu.
" Dahulu kala Leluhur dari
guruku Kanjeng Cakra langit, pernah memiliki mustika semacam itu, yang bernama
mustika yassin 9, mustika tersebut berupa tasbih yang terdiri dari 99 bulir kayu
harum yang kepala tasbihnya terbuat dari batu giok. kalau ternyata itu memang
Citra Ghaib adalah mustika yang sama dengan mustika yassin 9, maka saya ingin
menghadiahkannya kepada guruku Kanjeng Cakra Langit. " Jawab Jaka Indi
Iya... kemungkinan ini memang
mustika yang sama, karena mustika Citra Ghaib juga berupa tasbih kayu harum,
yang kepala tasbihnya terbuat dari batu Giok.
Setelah ini nanti peri Dewi
Wening akan menghatarmu ketempat mustika tersebut…. jelas bunda ratu, sambil
tangannya menunjuk seorang peri dengan tampilan kraton berbaju ungu,
Jaka Indi langsung tersadar kalau
Wanita Kraton berbaju ungu tersebut adalah Dewi Wening yang merupakan Ibu
angkat Achitya
" Ananda Jaka indi aku ada
permohonan, " agar ananda berkenan menikahi salah satu putriku, atau
sekaligus menikahi beberapa putriku, agar aku segera mempunyai penerus
keturunan dari putri-putriku.
" Bukankah sudah ada para
Pangeran yang melamar putri bunda ratu " , terang Jaka Indi
" Sebenarnya telah banyak
yang meminang putri-putriku dari berbagai kerajaan astral, hanya saja ini soal
mengukir darah biru dan prihal tidak semua kaum Pria sanggup bertahan hidup
setelah menikah dengan bangsa Peri. " jelas bunda ratu, dengan suara pelan
dan nafas agak sedikit tersenggal.
" maksutnya bagaimana Bunda
ratu …? " Tanya Jaka indi ingin tahu
Melihat keadaan bunda Ratu yang
kondisinya kurang sehat, Dewi Nawang sari melanjutkan penjelasan bunda Ratu,
dengan menggantikan menjawab pertanyaan Jaka indi.
Begini ananda, yang dimaksut dengan
mengukir darah biru adalah, bahwa sesungguhnya dalam budaya bangsa peri,
pengertian “ darah biru “ tidaklah semata merujuk pada keturunan bangsawan,
melainkan sebutan bagi semua manusia atau peri yang memiliki kualitas unggul ( memiliki
garis keturunan yang baik, berahlak dan berbudi pekerti baik, cerdas, punya
rekam jejak yang baik, pribadinya santun, jujur, adil, rendah hati ) golongan
inilah yang disebut memiliki Rah Adi ( darah yang indah ) pewaris darah biru ini biasanya akan dipasangkan
juga dari kalangan darah biru. ( kualitas unggul pula )
Dengan demikian mereka akan bisa
menurunkan generasi darah biru yang berkualitas istimewa. Inilah yang disebut
dengan MENGUKIR DARAH BIRU. ."
" Konsep spiritual para peri
ini dikenal dengan istilah hangukir trahing kusuma/trahing aluhur, yang artinya
mengukir keturunan orang bangsawan, kaum intelektual, kaum yang tinggi derajat
dan baik ahlaknya. ..... " Jelas dewi Nawang sari.
" Sedang yang dimaksut ....
tidak semua kaum Pria sanggup bertahan hidup saat menikah dengan bangsa Peri. "
" sebenarnya ini adalah
merupakan rahasia para peri bangsa kami "
Umumnya setiap laki-laki yang
" berhubungan badan " dengan bangsa peri, maka energinya akan
terserap habis saat " hubungan badan " itu dilakukan, daya tahan dan kekebalan tubuh para pria juga
akan hilang , tubuhnya lambat laun akan melemah, darahnya akan menyusut, hingga
akhirnya mengalami kematian, oleh karenanya mereka yang menikahi para Peri
wanita dari bangsa kami lazimnya tidak akan dapat berusia panjang, ada yang
baru sekali "berhubungan badan" langsung mengalami kematian, tetapi
ada pula yang bertahan hingga tiga hari, tujuh hari bahkan bagi kaum pria yang
memiliki ilmu yang tinggi sekalipun, belum pernah ada yang mampu bertahan
sampai satu tahun, hal itu berlaku pula bagi para Peri Pria yang menikahi peri
wanita dari kalangan kami.
" Oleh karenanya.... para
peri jenis pria dari kalangan kami semakin langka, dan terus menyusut
jumlahnya. ”
Para Peri dari kalangan pria
ditempat kami, diperlakukan sebagai sesuatu yang sangat berharga dan istimewa,
mereka dipingit, dilindungi, dikarantina, mereka tidak boleh bekerja berat,
mereka hanya belajar bidang seni, belajar sastra dan yang semacamnya, sedangkan
bidang pemerintahan, keamanan, ekonomi dan perniagaan juga bidang pertanian dan
perkebunan, semua ditangani oleh para peri wanita, karena kalau mereka para
peri pria menikah, maka tak lama kemudian mereka akan menemui ajal setelahnya. "
terang Dewi Nawang Sari
" yaa..... begitulah kehidupan
para peri yang sebenarnya, Kata Bunda ratu, melanjutkan penjelasan dewi nawang
sari."
Aku sendiri telah menikah
sebanyak tujuh kali dengan mahluk astral yang berbeda, tetapi tetap saja tidak
ada suamiku yang dapat berusia panjang. Tak lama menikahiku mereka kehilangan
daya tahan tubuhnya dan staminanya merosot tajam, dan lambat laun tubuhnya akan
semakin bertambah lemah, hingga akhirnya menemui ajal. Beruntung dari setiap
pria yang kunikahi aku sempat memiliki seorang putri.
" Tapi itu berbeda dengan
Kanjeng Raden Jaka Tarub leluhurmu, Ia tetap dapat berusia panjang sekalipun
telah menikahi Dewi nawang wulan, oleh Karenanya kami berharap Raden Jaka Indi
berkenan menikahi para putri kerajaan Suralaya, guna memberikan banyak
keturunan pada bangsa kami, Ananda Jaka indi boleh menikahi semua putriku,
bahkan tetap diperbolehkan menikahi wanita yang lainnya.... yang raden Jaka
Indi sukai. " demikian penjelasan Bunda ratu lebih lanjut.
Jaka Indi tampak terkejut dan
diam termenung beberapa saat, ketika mengetahui hal ini....
Jaka Indi jadi teringat ada
sejenis hewan jantan yang akan mati setelah kawin dengan betinanya, Selama
musim kawin si jantan mampu berhubungan seks selama lebih dari sepuluh jam,
tetapi setelah itu ia akan kelelahan dan mati, hal ini dikarenakan menurunnya
kekebalan tubuhnya. Jaka indi juga pernah membaca cerita di tabloit misteri,
tentang pemuda yang mati setelah berhubungan badan dengan mahluk astral, Hanya
saja Jaka Indi tidak menyangka kalau hal seperti itu ternyata benar-benar ada. Jaka
Indi merenungkan dirinya, yang saat ini baru berusia 23 tahun, dan baru saja
menyelesaikan kuliahnya di fakultas hukum disalah satu perguruan tinggi di
jakarta, saat ini ia bahkan belum mempunyai pekerjaan tetap,
Ayah dan ibunya sudah lama tiada,
ia hanya berdua dengan kakak perempuannya yang telah menikah, kakak
perempuatnya Asmarani Putri, ikut suaminya tinggal di kota osaka di jepang sedang
jaka indi tinggal di suatu rumah sederhana peninggalan orang tuanya di Jakarta.
Sementara sebelum dapat kerja kembali. Jaka Indi cari penghasilan dengan ikut
ojek on-line, sebagai driver ojol, jangankan mikir punya istri untuk cari
pacarpun gak berani. lagian mana mau cewe cakep punya pacar driver ojol...
wkwkwkwk.... renung Jaka Indi
Sebenarnya tawaran Bunda ratu ini
sesuatu yang sangat memikat, Kapan lagi bisa punya istri cantik, tanpa modal
dan tanpa susah payah, bahkan bisa naik drajat jadi keluarga istana di kerajaan
astral, .... gak puyeng mikir cari nafkah, mikir bayar listrik, juga gak stress
mikir cicilan sepeda motor.
Tapi menikahi Peri bisa saja mati
muda, bagaimanapun aku kan tidak sesakti dan sehebat leluhurku Ki Ageng Jaka
tarub.
Hmmmm .... bagaimana ya
baiknya,....? dan siapa yang mesti kunikahi,...?, fikir Jaka Indi dalam hati
Setelah merenung sejenak.... Lantas
Jaka Indi menjawab pertanyaan Bunda Ratu.....
" Bunda ratu ...." apakah
kalau saya sudah menikah.... saya masih diperkenankan pergi ke alam dunia saya…?
” tanya jaka Indi
" iya kamu bebas melakukan
apa yang kamu inginkan, bahkan kamu juga boleh menikah lagi dengan wanita
manapun yang kamu sukai...."
" hanya sewaktu-waktu kamu
tetap harus kesini menengok keluargamu. "
" Wow... keren nih....!
" fikir Jaka Indi, " baiklah
Bunda Ratu saya bersedia menikahi putri Bunda Ratu, dan terima kasih banyak
atas semuanya, kata Jaka Indi dengan gembira sambil mencium punggung tangan
bunda ratu.
" lantas siapa saja dari
putriku yang akan kau nikahi ? " Tanya bunda ratu.
" cukup satu saja bunda
ratu, Yaitu Dewi Yuna, saya ingin
menikahi Dewi Yuna putri bungsu bunda Ratu." .... karena sepertinya kami
punya kegemaran yang sama, yaitu berpetualang, “ jawab Jaka indi dengan
kalem... dalam hati Jaka Indi..... Dewi Yuna selalu mengembara.... saat ini
bahkan belum diketahui kapan kepulangannya, itu berarti ia tidak harus segera
menikah dalam waktu dekat. yang artinya ia masih punya cukup waktu mencari akal
guna mengatasi permasalahan resiko kematian karena menikahi peri.
" Bukankah ananda belum
pernah berjumpa dengan Dewi Yuna, dan saat ini keberadaan Dewi Yuna.... bahkan
masih belum diketahui. " Kata Bunda ratu
Tidak apa-apa Bunda Ratu,
mengenai pernikahan bisa kapan saja dilaksanakan, terang Jaka Indi. Tiba-tiba
bunda Ratu membisikan sesuatu ketelinga Dewi Wening, lalu Dewi Wening berjalan
kedalam ruangan, .... yang tak lama kembali keluar dengan membawa dua peti
kecil. yang kemudian diserahkan pada bunda ratu.
Bunda ratu membuka peti kecil
pertama, yang ternyata isinya Tasbih Mustika Citra Ghaib, cara menggunakan
mustika ini adalah dengan mengalungkannya pada leher, maka seluruh anggota
tubuh tidak akan terlihat, kemudian Bunda ratu menyerahkan mustika tersebut
pada Jaka Indi.
Selanjutnya Bunda ratu membuka
peti kecil satunya, yang ternyata berisi sepasang cincin giok hijau yang indah,
kemudian bunda ratu mengambil sepasang cincin batu giok itu, dilanjutkan dengan
mengambil salah satu bross berlian ( hiasan pakaian ) yang ada peniti
dibelakangnya, dan dengan menggunakan peniti dibelakang bross, bunda ratu mulai
mengukir kedua cincin batu giok. Pada cincin yang lebih besar yang teruntuk
Pria, terukir nama Dewi Yuna, sedang pada cicin giok yang lebih kecil terukir
nama Jaka Indi.
Berikutnya Bunda ratu memberikan
salah satu cincin yang terukir nama Dewi Yuna pada Jaka Indi dan berkata , ini
adalah cincin pertunanganmu dengan Dewi Yuna, Kenakanlah cincin ini sampai
diputuskannya waktu pernikahan kalian berdua. Jaka Indi kemudian mengenakan
cincin Giok itu pada jari manisnya dan mengucapkan terima kasih. Seraya salim
mencium punggung tangan kanan Bunda Ratu
Istirahatlah... hari sudah
semakin Larut, Biar Dewi Nawang sari atau Dewi Wening yang mengantarmu ketempat
peristirahatanmu.
" Biar saya saja yang
mengantar ananda Jaka Indi Bunda Ratu, kata Dewi Wening, " Dewi Nawang
sari, mengangguk tanda menyetujui.....
Lalu Jaka Indi berpamitan dengan
dewi Nawang Sari, kemudian berjalan menuju kereta kencana, ditemani oleh Dewi
Wening.
Dalam perjalanan menuju kereta,
Dewi Wening... mulai membuka percakapan, " Raden, saya adalah ibu angkat
Achitya, Saya ingin menitipkan sesuatu
pada Raden ...." Kata Dewi Wening .... seraya memberikan sebuntal kecil
kain warna kuning yang terikat rapat "
Kemudian Jaka Indi menerimanya,
sambil berkata. " Apakah ibu Dewi Wening tahu kalau Achitya akan pergi
kemana…? " Tanya Jaka Indi.
" Iya Raden .... tadi
Achitya sempat pulang dan membawa beberapa stel pakaian dan beberapa barang
kesayangannya, ia sudah lama ingin pergi kedunia asalnya, selama ini saya
selalu melarangnya, karena mengkhawatirkannya, katanya dengan nada sedih. Saya
tahu ia pergi tanpa pamit karena ia khawatir kalau saya akan melarangnya, Saya
fikir ia akan pergi dengan ikut raden, karena saat ini, ....hanya raden jalan
satu-satunya yang bisa membawa kembali kedunia asalnya. "
" Maafkan Saya ibu dewi wening,....
" kata Jaka Indi, dengan nada merasa bersalah dan perasaan tidak enak.
" Achitya memohon untuk bisa
pergi kedunia asalnya, karena ingin mengetahui keluarganya, dan tempat
asalnya". jelas jaka Indi
" iya tidak apa-apa.... "
“ tolong jaga Achitya baik-baik
Raden. ” pinta Dewi Wening dengan nada memohon.
“ Tentu ... ibu Dewi Wening... “ kata
jaka indi berusaha menenangkan
Lalu sampailah mereka didepan
kereta, Kereta yang lainnya sudah tidak terlihat, sepertinya para tamu sudah
kembali ketempat peristirahatannya masing-masing, lalu pintu kereta dibuka oleh
pengawal Istana, setelah ibu Dewi Wening naik kedalam kereta, berikutnya
giliran Jaka indi naik kedalamnya
Ibu Dewi wening membuka
sebahagian tabir kereta dan berkata pada pengawal istana yang duduk didepan, kita
keistana terlebih dahulu, setelah itu baru ke peristirahatan Kaputran, Terlihat
Pengawal itu menganggukkan kepalanya dan langsung kereta bergerak melaju
kedepan.
Raden minumlah ini, kata Ibu Dewi
Wening, seraya menyodorkan segelas kecil minuman yang berisi cairan berwarna
kehijauan, seukuran satu sendok teh kecil, ini madu hijau, madu spesial yang
hanya ada dinegeri kami, berguna untuk menyehatkan badan, kemudian Jaka Indi
menerima dan meminumnya, setelah meminumnya badan jaka indi langsung terasa
segar, bahkan tulang-tulang dan organ dalam tubuh seperti terasa dialiri hawa
dingin yang sejuk dan menyegarkan, aliran dipembuluh darah terasa berjalan
lebih cepat, tubuh seperti menjadi lebih kuat, juga terasa ringan, kulitpun
terlihat perlahan berubah lebih lembut , putih dan menjadi cerah, Jaka Indi
merasa tubuhnya nyaman sekali setelah meminumnya,
Ibu Dewi Wening melanjutkan
perkataannya, madu hijau tersebut telah ditambahkan setetes air keabadian atau
air Ainul Hayat, ini Juga merupakan Perintah Bunda Ratu agar memberikannya
kepadamu.
" Benarkah setelah meminum
air ini dapat membuat seseorang menjadi berusia ribuan tahun bahkan
lebih...." tanya Jaka Indi, dengan rasa ingin tahu.
" Menurutku itu tak sepenuhnya
benar, karena ajal itu ditangan Yang Maha Kuasa,
" Kalau semisal dalam
peperangan kepala sampai terpenggal "
" ya.... tentunya bisa
mengalami kematian juga, " Jelas Dewi Wening dengan tersenyum.
" Hanya saja yang kutahu
memang air keabadian ini bisa menyehatkan badan, menyembuhkan penyakit,
menguatkan tubuh, meremajakan kulit, membuat selalu terlihat awet muda, dan
dapat pula memanjangkan usia.... “
“ tentunya dalam hal tidak
terjadi suatu musibah pada mereka yang meminumnya. dan memang belum waktunya
ajal datang menjemputnya. " Terang Dewi Wening.
Tak lama sampailah mereka di bangunan
putih Istana Suralaya, Dewi wening lantas turun, sambil kembali berkata,
" Raden, tolong jaga Achitya
baik-baik " ujarnya dengan nada memohon ..
" baik Ibu Dewi Wening "
Jawab Jaka Indi Santun..
Kemudian kereta kembali
melanjutkan tujuannya ke paviliun Kaputran, Jaka Indi melihat Jam pasir
dikereta, yang telah menunjukkan waktu sekitar Jam 12.30, .... Tentu Achitya
telah sampai di kamarku, fikir Jaka Indi,
Saat kereta melayang melewati
hutan, lamat-lamat Jaka Indi mendengar suara lirih wanita yang menyanyikan
sepenggal bait tembang jawa .....
" Lingsir wengi sliramu
tumeking sirno... ( Menjelang malam, bayang dirimu mulai sirna )
Ojo Tangi nggonmu guling... ( Jangan
terbangun dari tidurmu )
Awas jo ngetoro... ( Awas, jangan
memperlihatkan diri )
Aku lagi bang wingo wingo... ( Aku
sedang gelisah )
Jin setan kang tak utusi... ( Jin
setan ku perintahkan )
Dadyo sebarang " ... ( Jadilah
apapun juga )
Ketika Jaka Indi menyingkap tirai
samping kereta, terlihatlah seorang wanita berbaju putih panjang, berwajah
putih pucat dan berambut hitam yang sebahagian rambutnya tergerai tertiup angin
menutupi sebahagian wajahnya, wanita itu berdiri pada salah satu ujung ranting,
disalah satu pohon yang cukup tinggi, tampak tubuhnya bergoyang mengikuti
gerakan ranting yang tertiup angin.... saat Jaka Indi berusaha melihat lebih
Jelas, wanita itu langsung melayang berkelebat pergi kedalam hutan....
Kemudian Jaka indi membuka tirai
yang menghadap kearah Sais kereta dan Prajurit, "
Pengawal...apakah...kalian melihat dan mendengarkan apa yang barusan
terjadi,.... ? " tanya jaka indi
" Tidak Raden.... kami tidak
melihat dan mendengar apapun, " kata mereka hampir bersamaan "
" aneh sekali.... mengapa
para pengawal tidak mendengarnya, " walau wanita itu berdendang dengan
lirih, tapi terdengar jelas oleh jaka Indi. Kalau pengawal tidak melihatnya, itu
mungkin saja.. karena boleh jadi para pengawal hanya fokus melihat kedepan,
Renung Jaka Indi.... tapi bila tidak sampai mendengar.....ini aneh sekali.....
" Apa ini karena efek
meminum madu hijau dan air ainul hayat yang menjadikan pendengaran dan
penglihatanku menjadi jauh lebih tajam. .... " fikir Jaka Indi.
Beberapa saat kemudian sampailah
kereta di paviliun kaputran, ...Jaka Indi sengaja tidak turun menggunakan anak
tangga kereta, tapi langsung melompat turun kebawah, anehnya.... tubuhnya dapat
turun dengan ringannya, dengan melayang perlahan, seperti punya kemampuan ilmu
meringankan tubuh saja.
" wow... amazing...."
fikir jaka Indi, lalu jaka Indi berkata kepada Pengawal dan sais Kereta, "
terima kasih, telah menghantarku, silahkan kalian kembali, ini ada dua buah
apel yang kubawa dari jamuan istana, terimalah...." kata Jaka Indi kepada Kedua
Pengawal wanita tersebut, sambil menjulurkan tangannya kedepan ....
" Terima kasih Raden, "
seraya menerima buah apel merah itu, kata pengawal wanita yang merangkap sais
kereta, sedang pengawal wanita satunya seperti terlihat mulai mengantuk, jadi
hanya menjawab dengan bergumam saja.
Kemudian masuklah Jaka indi
kedalam ruang kamarnya, Lilin penerangan masih menyala, jam pasir telah
menunjukan sekitar pukul 01.00,.... dini hari. Terlihat Achitya tertidur di-dipan
yang ada dikamar, ada sedikit suara dengkur halus, Achitya mengenakan semacam
daster panjang warna hitam dan mantel panjang warna abu-abu, Achitya tampak
tertidur lelap.... tanpa melepaskan mantelnya.
Dimeja terlihat sebilah pedang,
satu buntel kain motif kembang-kembang yang cukup besar, dan juga anak panah
berikut busurnya, lalu jaka indi ambil buntalan kecil warna kuning pemberian
Dewi wening dan dimasukan dengan cara diselipkan lewat celah ikatan kedalam
buntelan kain besar tersebut.
Jaka Indi tidak mebangunkan
Achitya, tapi menuju meja dan mengambil alat tulis, lalu menulis dua pucuk
surat, dan dilipatnya dengan rapi. Setelah itu jaka indi menuju kamar mandi
untuk berwudhu..... lalu melaksanakan sholat malam dua rakaat, setelah itu
sholat witir, berzikir dan meditasi, selesai meditasi Jaka Indi mengeluarkan
suling bambu kuning kecilnya, dan mulai meniupnya dengan nada tertentu, tak
lama datanglah Khodam Macan Putih,
" Hhhauuuuwmm....."
" ada apa tuan muda.... ? “
Jaka Indi mengelus kepala macan
putih itu dengan kedua tangannya, dan berkata, Paman aku mau minta tolong agar
paman membawa gadis ini kerumahku di Pondok Kelapa Jakarta.
" nanti setelah menghantar
gadis ini, tolong segera paman kembali kesini, untuk menjemputku," kata
jaka Indi lebih lanjut.
Sementara ini..... paman tunggulah
sebentar di diluar pintu, aku akan membangunkan gadis ini terlebih dahulu. Maka
berjalan keluarlah Khodam Harimau putih tersebut dengan menembus pintu....
Lalu Jaka Indi menuju
pembaringan.... ditepuknya perlahan bahu Achitya, dengan mata masih setengah
terpejam..... bangunlah Achitya dari pembaringan...."
Begitu melihat Jaka indi yang
berada dihadapannya, Achitya langsung berdiri dan memeluknya dengan kuat....
" aduuuh....Raden... saya
kira...Raden ingkar Janji... “ kata Achitya.... dengan nada cemas
Sekali lagi Jaka Indi merasakan
tubuh lunak dan dada lembut Achitya, .... Perlahan didorongnya bahu Achitya.
Achitya.... ini ada dua buah
surat, yang aku kasih nomor 1 pada sampul depan surat adalah untuk Bik Inah,
penjaga rumahku. yang biasa bersih-bersih rumah, sedang yang aku kasih nomor 2
adalah untuk kakakku Asmarani Putri, berikanlah padanya bila ia kebetulan
kerumahku.
Kemudian Jaka Indi mengeluarkan
kartu ATM dari dompetnya, nah ini kasih ke bik Inah, didalam surat nomor 1 juga
ada nomor Pinnya, nanti bik Inah yang akan menjelaskan cara penggunaannya untuk
keperluanmu sehari-hari. Ingat selama di alam dunia sana, bila tidak perlu
jangan keluar rumah. pelajari dahulu adat istiadat dan kebiasaan masyarakat
disana, dan ingat jangan sembarangan memeluk laki-laki, itu pamali, dan gak
sopan, ... kata Jaka Indi seraya mendorong lembut kening Achitya dengan ujung
jari telunjuknya.
Achitya menerima kedua surat dan kartu
Atm pemberian Jaka Indi, lalu memasukkannya kedalam mantel. panjang yang
dikenakannya.
" Kemudian pedang dan busur
juga anak panah ditinggal saja disini, itu tidak ada gunanya di alam dunia
sana." Lanjut Jaka Indi menjelaskan.
" Ayo.... cepet jalan
sebelum ketahuan penjaga, " kata jaka Indi, sambil menggandeng tangan
Achitya dan membawa buntalan motif bunga dengan tangan kirinya.
Saat keluar pintu dan melihat ada
harimau putih didepan kamar Jaka Indi, Achitya sangat terkejut..... sampai
menjerit kecil...sangking takutnya......
" Jangan takut.... ini Paman
Hamzah....khodam harimau putih yang selalu mendampingiku. kemudian Jaka indi
memberikan Buntalan kain motif bunga kepada Achitya, naiklah kepunggungnya dan
rangkul lehernya Paman Hamzah dengan kedua tanganmu erat.... erat.... karena
paman hamzah ini yang akan membawamu kealam dunia sana dengan sangat cepat "
Bukannya naik kepunggung harimau
putih, tapi malah Achitya kembali memeluk Jaka Indi, sambil menangis haru, ....
"Raden terima kasih, ...terima
kasih..... banyak ... cepat... menyusul ya.... Raden...." kata Achitya
seraya mencium pipi Jaka Indi, lalu baru naik kepunggung Harimau Putih dan
merangkul lehernya .....
Khodam macan putihpun sigap
melompat dan melesat kedepan..... membelah kegelapan malam, dalam sekejap
mata.... khodam macan putih beserta Achitya hilang dari pandangan Jaka Indi.
Sepeninggal Achitya bersama
Khodam Macan Putihnya, Jaka Indi kembali menuju kamar dan langsung menuju
pembaringan, masih tercium sisa aroma harum wanita yang tertinggal diatas
pembaringan tersebut.
Tiba-tiba Jaka Indi teringat akan
sesuatu, maka diperiksalah pinggangnya, ternyata barang yang dicarinya tak ada,
" seingatnya ia kesini membawa tas pinggang kecil warna hitam, dimanakah
ia meletakkannya....fikir jaka indi…? " lantas dicarilah tas pinggang
tersebut didalam lemari dan dibawah pakaian, ternyata juga tidak ditemukannya,
dilemari hanya ada Keris Kyai Sengkelat, saat matanya menatap kebawah meja
ternyata tas pinggangnya ada dilantai dekat bawah kaki meja.
" ahh.... ini pasti terjatuh
saat aku melepas pakaian untuk pergi mandi." fikir Jaka Indi..
Lantas dibukalah tas kecilnya....
didalam tas kecil ada kitab kecil dengan halaman yang cukup tebal yang berisi
catatan-catatan peninggalan leluhurnya, sebenarnya ini bukan kitab yang
aslinya, tapi sudah diterjemahkan oleh gurunya Kanjeng Cakra langit, karena
kitab yang asliya masih tertulis dalam bahasa sansekerta dan bahasa jawa kuno. Ada
catatan tentang beberapa cara pengobatan, jenis penyakit, sejarah kerajaan,
mustika, khodam, pusaka, meditasi, dan juga ada beberapa hal terkait astral dan
ilmu perbintangan.
Dalam Bab Dunia astral Jaka Indi
temukan ada sedikit catatan terkait " berhubungan badan " dengan
mahluk astral tertentu yang dapat mengakibatkan kematian.
" tapi mengapa tak ada
catatan tentang cara mengatasinya. " fikir jaka Indi,... setelah
membacanya berulang-ulang.
Bunda ratu dan kerabat Kraton
Istana Suralaya sepertinya kurang memahami, bahwa keturunan orang berkemampuan
Linuwih dan Waskita seperti yang dimiliki Ki Ageng tarub, Ki Ageng Sela, juga
Panembahan Senopati dari para leluhurnya itu. Sepersepuluhnya saja dari
kemampuan mereka, belum tentu bisa dimiliki oleh keturunannya.
Sebentar lagi ia harus menikah
dengan Dewi Yuna dari kalangan peri. Kalau ia belum tahu cara mengatasinya,
bukankah perkawinannya justru akan mempercepat ajalnya. ... renung Jaka Indi
dengan perasaan getun dan masghul....
" ahhhh.... sudahlah.....
" sebaiknya aku istirahat dahulu, fikir jaka Indi sambil melempar tubuhnya
ke dipan dan merebahkan badannya di pembaringan.
" Kuk-Ku... Kuk.-Ku..... Kuk-kuruyuuk.....
!!"
."..Kuk-Ku.....Kuk... Ku... Kuk-kuruyuuk.....!!"
Terdengar suara ayam hutan memecah
keheningan pagi hari. Jaka indi segera terbangun....dan bangkit dari
pembaringan menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri, sekalian berwudhu dan
dilanjutkan dengan sholat subuh...zikir dan meditasi.
Andai disini ada nasi goreng,
bubur ayam, nasi uduk atau ketupat sayur, tentu akan menjadi sarapan yang
nikmat. renung Jaka indi dengan termangu, ....
Setelah memakan sebuah pisang dan
minum segelas air dan tak lupa membawa tas pinggangnya serta menyelipkan keris
kyai sengkelat dibalik pakaiannya, Jaka Indi beranjak melangkah keluar
meninggalkan kamar, untuk berjalan kehalaman paviliun kaputran.....
Uhmmm....barangkali ada sarapan
yang berbeda yang bisa kudapatkan diluar sana... selain buah-buahan
Saat itu hari mulai terang, Jaka
Indi keluar kamarnya dan berjalan perlahan mendekati gerbang paviliun kaputran,
didepan gerbang tertampak bamyak sekali prajurit pengawal kerajaan yang
berjaga-jaga bahkan setiap orang yang akan masuk paviliun kaputran, mendapat
pemeriksaan yang ketat.
Saat Jaka indi akan berjalan
keluar gerbang, Petugas penjaga gerbang mengatakan, " Ada Instruksi dari
Pejabat istana Kerajaan, bahwa siapapun juga, termasuk para tamu, dilarang
meninggalkan Paviliun Kaputran, termasuk juga dilarang meninggalkan negeri
Suralaya, sampai ada pemberitahuan lebih lanjut ....." jelas petugas
penjaga gerbang dengan tegas.
Jaka indi mengangukan kepala pada
petugas penjaga gerbang sebagai tanda bisa memahaminya, lantas Jaka Indi
berbalik arah, kali ini ia melangkahkan kakinya menuju taman bunga, tempat
beberapa peri pria berkumpul dan beraktifitas.
Terlihat ditaman bunga juga ada
Resi Avatara Baba, bahkan Pangeran Abhinaya juga berada disana, Resi avatara
baba kedapatan sedang berdiri sendirian ditepi kolam sambil menatap dan
menikmati keindahan bunga teratai putih yang ada ditengah kolam.
Pangeran Abhinaya asyiik
berbincang serius dengan kedua sosok manusia kera yang memegang senjata Gada ( sejenis
senjata pemukul besar ), sepertinya kedua sosok manusia kera, itu adalah
pengawal pangeran Abhinaya, terlihat dari sikapnya yang lebih banyak
mendengarkan dan lebih sering mengangukkan kepala saat pangeran Abhinaya
berbicara.
Jaka Indi tak melihat pangeran
Corwin dan dua putri Kraton Kasepuhan haryodiningrat berada di sana. Lalu Jaka
Indi mengarahkan langkah kakinya ke Resi avatara baba yang sedang berdiri
ditepi kolam.
" Resi ... sedang melihat
apakah sampai menatap air kolam sedemikian lama ? " tanya Jaka Indi
....sekedar membuka percakapan,
" apa kabar kisanak ... ? "
kata Resi baba seraya mengulurkan tangannya untuk bersalaman. kisanak adalah
kata yang diberikan kepada orang asing , pengembara, orang yang tidak dikenal
ketika mereka bertemu, ini adalah kata yang kuno, yang sudah tidak digunakan
lagi di zaman now. Renung jaka Indi
" Baik ...Resi baba...
" Jawab Jaka Indi... sambil menyambut hangat tangan Resi baba dengan
tersenyum.
"... Aku melihat danau....
hanya sekedar membuang waktu menikmati indahnya pemandangan bunga teratai yang
sedang mekar, sambil menunggu ijin bisa keluar gerbang, agar bisa segera pulang
kembali ketempat asalku." Jawab Resi baba
Jaka Indi saat itu melihat para
prajurit kerajaan juga semakin bertambah banyak, ada yang terlihat
mondar-mandir di taman dan bahkan juga ada yang diseputar danau.
" Resi bagaimana kalau kita
berbincang sambil berjalan melihat hutan Jati didepan sana, " Ujar Jaka
Indi sambil menunjuk arah yang dimaksut, agar dapat berbincang leluasa bersama
resi baba dan jauh dari keramaian
" Tahukah Resi, mengapa kita
tidak diijinkan keluar paviliun dan mengapa banyak prajurit kerajaan disini ? "
tanya jaka Indi dengan rasa ingin tahu.
" saya juga tidak mengerti
kisanak, saya sudah tiga kali berkunjung kenegeri Suralaya, tapi baru kali ini
ada peristiwa seperti ini," jawab Resi Avatara baba
" Resi bisakah engkau
ceritakan kehidupan dipegunungan himalaya ditempatmu…? " Tanya Jaka Indi
lebih lanjut.
" Karena sebagai Resi yang
umumnya sangat menjauhi kehidupan dunia, saya sungguh ingin tahu, apa yang
menggerakan hati Resi sampai beberapakali kali berkunjung ke keKerajaan
Suralaya ini, kalau hanya masalah mengusir jin yang mengganggu penduduk desa,
tentu itu hal yang mudah buat para Resi dan pertapa disana mengatasinya,
" Tiba-tiba Resi avatara
baba menghentikan langkahnya, lalu memutar badannya dan menghadapkan wajahnya
ke Jaka Indi seraya menatap dengan sorot mata tajam kedalam mata jaka Indi,
seolah ingin mengetahui pribadi jaka Indi dan maksut dari tujuan pertanyaan
Jaka Indi tersebut, setelah itu dilanjutkan dengan mengamati seluruh tubuh jaka
Indi.
Jaka Indi dapat merasakan adanya
‘getaran spiritual' yang kuat yang memancar dari sorot mata Resi avatara baba, berikutnya
Resi Avatara baba berkata " Saya
melihat pada Chakra Mahkota (SAHASRARA) didiri Kisanak memiliki Warna Ungu, dan
pada Chakra Mata Ketiga (SVADISTHANA), juga berwarna ungu dengan bias cahaya
putih yang kuat., lalu pada Chakra Hati (ANAHATA) terlihat berwarna Hijau, ini
mengisyaratkan kalau kisanak tergolong anak indigo, yang memiliki Ketajaman
intuisi dan presepsi, serta punya kecerdasan mental dan spiritual, .... dan
juga punya kesadaran batiniah yang kuat, "
Dan ada pula perisai energi yang
menyelimuti tubuh Kisanak. kata Resi Avatara Baba panjang lebar
" wew....!! " cukup
melihat sepintas sudah bisa mengetahui energi dan aura yang dimiliki orang yang
dilihatnya. " ini menunjukan kalau Avatara baba bukanlah Resi sembarangan,
" fikir jaka Indi
“ Saya bisa merasakan kalau
banyak energi positif pada diri kisanak. dan saya juga bisa merasakan berdasar
energi spiritual kisanak, kalau kisanak bukanlah pribadi yang buruk dan sesat ”
" Aiiih....! "
" kisanak sungguh jeli, bisa
menduga ...... bahwa keberadaan penduduk yang kerasukan jin, bukanlah alasan
utama saya berkunjung ke negeri Suralaya ini. " Ujar peri baba sambil
menghela nafas panjang.
Tujuan saya kemari sebenarnya
terkait mencari tahu prihal Mahaavatara.
“ Saya akan mulai dengan
bercerita perihal kehidupan ditempat saya, saya harap kelak kisanak dapat
mampir ketempat saya, bila ingin ketempat saya.... kisanak dapat melalui negeri
Bhutan, ... saat mendaki pegunungan himalaya..... tanyakanlah nama saya pada
para pertapa yang kisanak temui.
" Pegunungan Himalaya tempat
saya tinggal banyak dipenuhi oleh para Yogi, Sadhu, Rahib, Resi dan orang-orang
suci dari berbagai perguruan dan agama, banyak dari mereka memilih menetap dan
melakukan berbagai pertapaan berat di berbagai sudut pegunungan Himalaya "
" Dalam upayanya untuk
mencapai tujuan hidup rohaniah, beberapa pertapa memilih untuk hidup bersahaja,
menjauhi perkara duniawi, tidak menikah dan memusatkan pikirannya pada Tuhan
semata. mereka hidup dengan cara menghindari sikap mementingkan diri sendiri
dan menjauhi perkara duniawi, serta umumnya mereka hanya menggantungkan hidup
pada anugerah Tuhan belaka. " Terang
Resi Avatara Baba.
Selanjutnya mengapa saya sampai
meninggalkan pertapaan saya dan pergi ke Negeri Suralaya ini, bahkan juga
mengunjungi beberapa negeri astral lainnya... ini dikarenakan ada beberapa Pertapa
di pegunungan himalaya yang mendapat wangsit atau petunjuk Tuhan, perihal akan
datangnya Mahavatar atau MAHAAVATARA ..... dalam waktu yang tidak lama lagi.
...
" Apakah kisanak juga pernah
mengetahui hal ini…? " Tanya Avatara baba
" Saya pernah mendengar yang
serupa dengan itu .... Yaitu prihal Menanti kedatangan SUPER INDIGO "
“ Super Indigo” adalah pemimpin
dari semua indigo yang kemunculannya akan segera terjadi "
Super Indigo yang oleh sebagian
orang yang mengharapkan kedatangannya diharapkan mampu menyelamatkan kehidupan
manusia di dunia. Seorang yang mempunyai kemampuan yang mumpuni untuk
memperbaiki dan mengangkat kehidupan manusia dalam rangka mencapai
kesejahteraan jiwa.dan kesejahteraan umat manusia, Dia menerapkan aturan-aturan
Tuhan dengan disiplin dan lemah-lembut serta penuh kasih sayang. Ya, ....
karena dia adalah seorang Indigo Kristal yang tenang, lemah lembut, adil,
bijaksana dan penyayang
Dia adalah khalifah, pemimpin
manusia yang dinantikan oleh banyak orang. Dia tidak hanya dinantikan oleh umat
agama tertentu, tapi oleh seluruh umat manusia dan alam semesta yang merindukan
kedamaian dan kesejahteraan sesungguhnya.
Hanya saja setiap golongan
menyebutnya dengan berbagai istilah dan sebutan yang berbeda
“ Ratu Adil ”,
" Mahavatar ",
" Imam Mahdi, "
" Super Indigo.”
Tetapi.....
Disaat Jaka Indi sedang
mengutarakan pandangannya ... Tiba-tiba ... terlihat seorang Prajurit wanita
yang berparas cantik Jelita, dengan bersenjata busur dan anak panah, bergegas
datang dengan mengendarai Unicorn ( kuda putih bertanduk satu ) menuju Jaka
indi, yang saat sampai dihadapan Jaka Indi langsung berkata,
" Raden Jaka Indi tolong
ikut saya, segera naiklah keatas kuda saya, "
" Panglima dan para pejabat
kerajaan sedang menunggu kehadiran anda di istana. " ujarnya dengan nada
tegas memerintah
Jaka Indi langsung memalingkan
wajahnya melihat kearah prajurit wanita tersebut, Prajurit wanita itu terlihat
berbeda dari Prajurit Suralaya umumnya, ia mengenakan busana kulit ringkas
warna hitam, yang terbuka pada bagian lengannya, sehingga tampak seluruh bagian
lengannya yang putih mulus. Tubuhnya tinggi langsing padat berisi, yang
menakjubkan kecantikan wajahnya justru melebihi kecantikan para putri Bunda
Ratu yang pernah dilihatnya. bahkan melebihi kecantikan para peri dan wanita
yang pernah dijumpainya selama ini. Pria
yang memandang wajahnya, tentu akan merasa enggan untuk mengalihkan
pandangannya, Kecantikannya sungguh sukar dilukiskan dengan kata-kata. Kecantikan
gadis itu bisa membuat pria linglung saat menatapnya, ..... Sungguh kecantikan
yang tidak manusiawi," .... fikir jaka indi. Sampai mendelong terkesima
Jaka Indi dibuatnya.
Ia membawa anak panah dan busur,
hanya saja anak panahnya tidak terbuat dari kayu atau logam, tapi seperti
terbuat dari kristal, begitu pula busurnya terbuat dari kristal, sedang benang
busurnya seperti terbuat dari serat benang sutra yang dirajut, Ada perasaan
berat bagi Jaka Indi untuk memalingkan tatapannya dari wajah cantik menawan
parurit wanita berbaju hitam itu, tapi Jaka indi tetap memalingkan wajahnya
menatap Resi baba, dengan pandangan bingung bagaimana harusnya bersikap.
" Pergilah kisanak, ....
kita dapat melanjutkan pembicaraan ini pada pertemuan berikutnya, sambil kedua
tangannya menjulur menggenggam tangan Jaka Indi,... "
Jaka Indi dapat merasakan sesuatu
benda kecil yang diselipkan Resi baba ketelapak tangannya. lalu Resi baba
berkata gunakanlah Peluit ini, cukup tiup dengan nada panjang sekali saja, saat
kau ingin menemuiku.
" Terma kasih, ....terima
kasih banyak... Resi baba, " Sampai jumpa di waktu berikutnya." Ujar
Jaka Indi, seraya menjabat tangan Resi Baba dengan erat.
Setelah itu jaka Indi melepaskan
salamannya, dan memasukan pluit pemberian Resi baba dalam saku celananya, lalu
berbalik arah menghadap kearah Kuda Unicorn putih, … kemudian melompat keatas
kuda unicorn putih dan duduk dibelakang Prajurit wanita cantik yang
menjemputnya.
Sejak minum madu hijau dan
setetes air ainul hayat yang diberikan Dewi Nawang sari, Jaka Indi dapat turun
dan melompat ketempat yang tinggi dengan sangat mudahnya. Sungguh minuman yang
sangat berkhasiat , Renung Jaka Indi.
Tiba-tiba kuda Unicorn langsung
melesat kedepan dengan sangat cepatnya, karena kagetnya, .... hingga badan Jaka
Indi terasa akan terlempar Jatuh kebelakang. Jaka indi secara refleks langsung
memegang dan mendekap erat pinggang Prajurit wanita yang super jelita itu
dengan kedua tangannya.....
Bersambung ...
No comments:
Post a Comment