Photo

Photo

Tuesday 14 May 2019

Jaka Indi Dan Dunia Astral, Bagian 3


 Lingsir Wengi

Saat itu tersisa Jaka Indi, Bunda ratu dan dua wanita kraton baju hijau, satu wanita kraton baju ungu, Dewi Nawang sari serta bocah sukma api yang terlihat asyiiik memperhatikan handphone pemberian Jaka indi pada bunda Ratu yang tergeletak diatas meja.

" Ananda Jaka indi, apakah yang menjadi keinginanmu…? " tanya bunda ratu

Jaka Indi mengatur nafas sesaat. " Kalau diperkenankan aku ingin mustika Citra Ghaib, " Jawab jaka Indi.

" Mengapa ananda menginginkan Mustika tersebut…? " tanya Bunda ratu dengan rasa ingin tahu.

" Dahulu kala Leluhur dari guruku Kanjeng Cakra langit, pernah memiliki mustika semacam itu, yang bernama mustika yassin 9, mustika tersebut berupa tasbih yang terdiri dari 99 bulir kayu harum yang kepala tasbihnya terbuat dari batu giok. kalau ternyata itu memang Citra Ghaib adalah mustika yang sama dengan mustika yassin 9, maka saya ingin menghadiahkannya kepada guruku Kanjeng Cakra Langit. " Jawab Jaka Indi

Iya... kemungkinan ini memang mustika yang sama, karena mustika Citra Ghaib juga berupa tasbih kayu harum, yang kepala tasbihnya terbuat dari batu Giok.

Setelah ini nanti peri Dewi Wening akan menghatarmu ketempat mustika tersebut…. jelas bunda ratu, sambil tangannya menunjuk seorang peri dengan tampilan kraton berbaju ungu,

Jaka Indi langsung tersadar kalau Wanita Kraton berbaju ungu tersebut adalah Dewi Wening yang merupakan Ibu angkat Achitya

" Ananda Jaka indi aku ada permohonan, " agar ananda berkenan menikahi salah satu putriku, atau sekaligus menikahi beberapa putriku, agar aku segera mempunyai penerus keturunan dari putri-putriku.

" Bukankah sudah ada para Pangeran yang melamar putri bunda ratu " , terang Jaka Indi

" Sebenarnya telah banyak yang meminang putri-putriku dari berbagai kerajaan astral, hanya saja ini soal mengukir darah biru dan prihal tidak semua kaum Pria sanggup bertahan hidup setelah menikah dengan bangsa Peri. " jelas bunda ratu, dengan suara pelan dan nafas agak sedikit tersenggal.

" maksutnya bagaimana Bunda ratu …? " Tanya Jaka indi ingin tahu

Melihat keadaan bunda Ratu yang kondisinya kurang sehat, Dewi Nawang sari melanjutkan penjelasan bunda Ratu, dengan menggantikan menjawab pertanyaan Jaka indi.

Begini ananda, yang dimaksut dengan mengukir darah biru adalah, bahwa sesungguhnya dalam budaya bangsa peri, pengertian “ darah biru “ tidaklah semata merujuk pada keturunan bangsawan, melainkan sebutan bagi semua manusia atau peri yang memiliki kualitas unggul ( memiliki garis keturunan yang baik, berahlak dan berbudi pekerti baik, cerdas, punya rekam jejak yang baik, pribadinya santun, jujur, adil, rendah hati ) golongan inilah yang disebut memiliki Rah Adi ( darah yang indah )  pewaris darah biru ini biasanya akan dipasangkan juga dari kalangan darah biru. ( kualitas unggul pula )

Dengan demikian mereka akan bisa menurunkan generasi darah biru yang berkualitas istimewa. Inilah yang disebut dengan MENGUKIR DARAH BIRU. ."

" Konsep spiritual para peri ini dikenal dengan istilah hangukir trahing kusuma/trahing aluhur, yang artinya mengukir keturunan orang bangsawan, kaum intelektual, kaum yang tinggi derajat dan baik ahlaknya. ..... " Jelas dewi Nawang sari.

" Sedang yang dimaksut .... tidak semua kaum Pria sanggup bertahan hidup saat menikah dengan bangsa Peri. "

" sebenarnya ini adalah merupakan rahasia para peri bangsa kami "

Umumnya setiap laki-laki yang " berhubungan badan " dengan bangsa peri, maka energinya akan terserap habis saat " hubungan badan " itu dilakukan,  daya tahan dan kekebalan tubuh para pria juga akan hilang , tubuhnya lambat laun akan melemah, darahnya akan menyusut, hingga akhirnya mengalami kematian, oleh karenanya mereka yang menikahi para Peri wanita dari bangsa kami lazimnya tidak akan dapat berusia panjang, ada yang baru sekali "berhubungan badan" langsung mengalami kematian, tetapi ada pula yang bertahan hingga tiga hari, tujuh hari bahkan bagi kaum pria yang memiliki ilmu yang tinggi sekalipun, belum pernah ada yang mampu bertahan sampai satu tahun, hal itu berlaku pula bagi para Peri Pria yang menikahi peri wanita dari kalangan kami.

" Oleh karenanya.... para peri jenis pria dari kalangan kami semakin langka, dan terus menyusut jumlahnya. ”

Para Peri dari kalangan pria ditempat kami, diperlakukan sebagai sesuatu yang sangat berharga dan istimewa, mereka dipingit, dilindungi, dikarantina, mereka tidak boleh bekerja berat, mereka hanya belajar bidang seni, belajar sastra dan yang semacamnya, sedangkan bidang pemerintahan, keamanan, ekonomi dan perniagaan juga bidang pertanian dan perkebunan, semua ditangani oleh para peri wanita, karena kalau mereka para peri pria menikah, maka tak lama kemudian mereka akan menemui ajal setelahnya. " terang Dewi Nawang Sari

" yaa..... begitulah kehidupan para peri yang sebenarnya, Kata Bunda ratu, melanjutkan penjelasan dewi nawang sari."

Aku sendiri telah menikah sebanyak tujuh kali dengan mahluk astral yang berbeda, tetapi tetap saja tidak ada suamiku yang dapat berusia panjang. Tak lama menikahiku mereka kehilangan daya tahan tubuhnya dan staminanya merosot tajam, dan lambat laun tubuhnya akan semakin bertambah lemah, hingga akhirnya menemui ajal. Beruntung dari setiap pria yang kunikahi aku sempat memiliki seorang putri.

" Tapi itu berbeda dengan Kanjeng Raden Jaka Tarub leluhurmu, Ia tetap dapat berusia panjang sekalipun telah menikahi Dewi nawang wulan, oleh Karenanya kami berharap Raden Jaka Indi berkenan menikahi para putri kerajaan Suralaya, guna memberikan banyak keturunan pada bangsa kami, Ananda Jaka indi boleh menikahi semua putriku, bahkan tetap diperbolehkan menikahi wanita yang lainnya.... yang raden Jaka Indi sukai. " demikian penjelasan Bunda ratu lebih lanjut.

Jaka Indi tampak terkejut dan diam termenung beberapa saat, ketika mengetahui hal ini....

Jaka Indi jadi teringat ada sejenis hewan jantan yang akan mati setelah kawin dengan betinanya, Selama musim kawin si jantan mampu berhubungan seks selama lebih dari sepuluh jam, tetapi setelah itu ia akan kelelahan dan mati, hal ini dikarenakan menurunnya kekebalan tubuhnya. Jaka indi juga pernah membaca cerita di tabloit misteri, tentang pemuda yang mati setelah berhubungan badan dengan mahluk astral, Hanya saja Jaka Indi tidak menyangka kalau hal seperti itu ternyata benar-benar ada. Jaka Indi merenungkan dirinya, yang saat ini baru berusia 23 tahun, dan baru saja menyelesaikan kuliahnya di fakultas hukum disalah satu perguruan tinggi di jakarta, saat ini ia bahkan belum mempunyai pekerjaan tetap,

Ayah dan ibunya sudah lama tiada, ia hanya berdua dengan kakak perempuannya yang telah menikah, kakak perempuatnya Asmarani Putri, ikut suaminya tinggal di kota osaka di jepang sedang jaka indi tinggal di suatu rumah sederhana peninggalan orang tuanya di Jakarta. Sementara sebelum dapat kerja kembali. Jaka Indi cari penghasilan dengan ikut ojek on-line, sebagai driver ojol, jangankan mikir punya istri untuk cari pacarpun gak berani. lagian mana mau cewe cakep punya pacar driver ojol... wkwkwkwk.... renung Jaka Indi

Sebenarnya tawaran Bunda ratu ini sesuatu yang sangat memikat, Kapan lagi bisa punya istri cantik, tanpa modal dan tanpa susah payah, bahkan bisa naik drajat jadi keluarga istana di kerajaan astral, .... gak puyeng mikir cari nafkah, mikir bayar listrik, juga gak stress mikir cicilan sepeda motor.

Tapi menikahi Peri bisa saja mati muda, bagaimanapun aku kan tidak sesakti dan sehebat leluhurku Ki Ageng Jaka tarub.
Hmmmm .... bagaimana ya baiknya,....? dan siapa yang mesti kunikahi,...?, fikir Jaka Indi dalam hati

Setelah merenung sejenak.... Lantas Jaka Indi menjawab pertanyaan Bunda Ratu.....
" Bunda ratu ...." apakah kalau saya sudah menikah.... saya masih diperkenankan pergi ke alam dunia saya…? ” tanya jaka Indi

" iya kamu bebas melakukan apa yang kamu inginkan, bahkan kamu juga boleh menikah lagi dengan wanita manapun yang kamu sukai...."

" hanya sewaktu-waktu kamu tetap harus kesini menengok keluargamu. "

" Wow... keren nih....! "  fikir Jaka Indi, " baiklah Bunda Ratu saya bersedia menikahi putri Bunda Ratu, dan terima kasih banyak atas semuanya, kata Jaka Indi dengan gembira sambil mencium punggung tangan bunda ratu.

" lantas siapa saja dari putriku yang akan kau nikahi ? " Tanya bunda ratu.

" cukup satu saja bunda ratu,  Yaitu Dewi Yuna, saya ingin menikahi Dewi Yuna putri bungsu bunda Ratu." .... karena sepertinya kami punya kegemaran yang sama, yaitu berpetualang, “ jawab Jaka indi dengan kalem... dalam hati Jaka Indi..... Dewi Yuna selalu mengembara.... saat ini bahkan belum diketahui kapan kepulangannya, itu berarti ia tidak harus segera menikah dalam waktu dekat. yang artinya ia masih punya cukup waktu mencari akal guna mengatasi permasalahan resiko kematian karena menikahi peri.

" Bukankah ananda belum pernah berjumpa dengan Dewi Yuna, dan saat ini keberadaan Dewi Yuna.... bahkan masih belum diketahui. " Kata Bunda ratu

Tidak apa-apa Bunda Ratu, mengenai pernikahan bisa kapan saja dilaksanakan, terang Jaka Indi. Tiba-tiba bunda Ratu membisikan sesuatu ketelinga Dewi Wening, lalu Dewi Wening berjalan kedalam ruangan, .... yang tak lama kembali keluar dengan membawa dua peti kecil. yang kemudian diserahkan pada bunda ratu.

Bunda ratu membuka peti kecil pertama, yang ternyata isinya Tasbih Mustika Citra Ghaib, cara menggunakan mustika ini adalah dengan mengalungkannya pada leher, maka seluruh anggota tubuh tidak akan terlihat, kemudian Bunda ratu menyerahkan mustika tersebut pada Jaka Indi.

Selanjutnya Bunda ratu membuka peti kecil satunya, yang ternyata berisi sepasang cincin giok hijau yang indah, kemudian bunda ratu mengambil sepasang cincin batu giok itu, dilanjutkan dengan mengambil salah satu bross berlian ( hiasan pakaian ) yang ada peniti dibelakangnya, dan dengan menggunakan peniti dibelakang bross, bunda ratu mulai mengukir kedua cincin batu giok. Pada cincin yang lebih besar yang teruntuk Pria, terukir nama Dewi Yuna, sedang pada cicin giok yang lebih kecil terukir nama Jaka Indi.

Berikutnya Bunda ratu memberikan salah satu cincin yang terukir nama Dewi Yuna pada Jaka Indi dan berkata , ini adalah cincin pertunanganmu dengan Dewi Yuna, Kenakanlah cincin ini sampai diputuskannya waktu pernikahan kalian berdua. Jaka Indi kemudian mengenakan cincin Giok itu pada jari manisnya dan mengucapkan terima kasih. Seraya salim mencium punggung tangan kanan Bunda Ratu

Istirahatlah... hari sudah semakin Larut, Biar Dewi Nawang sari atau Dewi Wening yang mengantarmu ketempat peristirahatanmu.

" Biar saya saja yang mengantar ananda Jaka Indi Bunda Ratu, kata Dewi Wening, " Dewi Nawang sari, mengangguk tanda menyetujui.....

Lalu Jaka Indi berpamitan dengan dewi Nawang Sari, kemudian berjalan menuju kereta kencana, ditemani oleh Dewi Wening.

Dalam perjalanan menuju kereta, Dewi Wening... mulai membuka percakapan, " Raden, saya adalah ibu angkat Achitya,  Saya ingin menitipkan sesuatu pada Raden ...." Kata Dewi Wening .... seraya memberikan sebuntal kecil kain warna kuning yang terikat rapat "

Kemudian Jaka Indi menerimanya, sambil berkata. " Apakah ibu Dewi Wening tahu kalau Achitya akan pergi kemana…? " Tanya Jaka Indi.

" Iya Raden .... tadi Achitya sempat pulang dan membawa beberapa stel pakaian dan beberapa barang kesayangannya, ia sudah lama ingin pergi kedunia asalnya, selama ini saya selalu melarangnya, karena mengkhawatirkannya, katanya dengan nada sedih. Saya tahu ia pergi tanpa pamit karena ia khawatir kalau saya akan melarangnya, Saya fikir ia akan pergi dengan ikut raden, karena saat ini, ....hanya raden jalan satu-satunya yang bisa membawa kembali kedunia asalnya. "

" Maafkan Saya ibu dewi wening,.... " kata Jaka Indi, dengan nada merasa bersalah dan perasaan tidak enak.

" Achitya memohon untuk bisa pergi kedunia asalnya, karena ingin mengetahui keluarganya, dan tempat asalnya". jelas jaka Indi

" iya tidak apa-apa.... "

“ tolong jaga Achitya baik-baik Raden. ” pinta Dewi Wening dengan nada memohon.

“ Tentu ... ibu Dewi Wening... “ kata jaka indi berusaha menenangkan

Lalu sampailah mereka didepan kereta, Kereta yang lainnya sudah tidak terlihat, sepertinya para tamu sudah kembali ketempat peristirahatannya masing-masing, lalu pintu kereta dibuka oleh pengawal Istana, setelah ibu Dewi Wening naik kedalam kereta, berikutnya giliran Jaka indi naik kedalamnya

Ibu Dewi wening membuka sebahagian tabir kereta dan berkata pada pengawal istana yang duduk didepan, kita keistana terlebih dahulu, setelah itu baru ke peristirahatan Kaputran, Terlihat Pengawal itu menganggukkan kepalanya dan langsung kereta bergerak melaju kedepan.

Raden minumlah ini, kata Ibu Dewi Wening, seraya menyodorkan segelas kecil minuman yang berisi cairan berwarna kehijauan, seukuran satu sendok teh kecil, ini madu hijau, madu spesial yang hanya ada dinegeri kami, berguna untuk menyehatkan badan, kemudian Jaka Indi menerima dan meminumnya, setelah meminumnya badan jaka indi langsung terasa segar, bahkan tulang-tulang dan organ dalam tubuh seperti terasa dialiri hawa dingin yang sejuk dan menyegarkan, aliran dipembuluh darah terasa berjalan lebih cepat, tubuh seperti menjadi lebih kuat, juga terasa ringan, kulitpun terlihat perlahan berubah lebih lembut , putih dan menjadi cerah, Jaka Indi merasa tubuhnya nyaman sekali setelah meminumnya,

Ibu Dewi Wening melanjutkan perkataannya, madu hijau tersebut telah ditambahkan setetes air keabadian atau air Ainul Hayat, ini Juga merupakan Perintah Bunda Ratu agar memberikannya kepadamu.

" Benarkah setelah meminum air ini dapat membuat seseorang menjadi berusia ribuan tahun bahkan lebih...." tanya Jaka Indi, dengan rasa ingin tahu.

" Menurutku itu tak sepenuhnya benar, karena ajal itu ditangan Yang Maha Kuasa,

" Kalau semisal dalam peperangan kepala sampai terpenggal "

" ya.... tentunya bisa mengalami kematian juga, " Jelas Dewi Wening dengan tersenyum.

" Hanya saja yang kutahu memang air keabadian ini bisa menyehatkan badan, menyembuhkan penyakit, menguatkan tubuh, meremajakan kulit, membuat selalu terlihat awet muda, dan dapat pula memanjangkan usia.... “

“ tentunya dalam hal tidak terjadi suatu musibah pada mereka yang meminumnya. dan memang belum waktunya ajal datang menjemputnya. " Terang Dewi Wening.

Tak lama sampailah mereka di bangunan putih Istana Suralaya, Dewi wening lantas turun, sambil kembali berkata,

" Raden, tolong jaga Achitya baik-baik " ujarnya dengan nada memohon ..

" baik Ibu Dewi Wening " Jawab Jaka Indi Santun..

Kemudian kereta kembali melanjutkan tujuannya ke paviliun Kaputran, Jaka Indi melihat Jam pasir dikereta, yang telah menunjukkan waktu sekitar Jam 12.30, .... Tentu Achitya telah sampai di kamarku, fikir Jaka Indi,

Saat kereta melayang melewati hutan, lamat-lamat Jaka Indi mendengar suara lirih wanita yang menyanyikan sepenggal bait tembang jawa .....

" Lingsir wengi sliramu tumeking sirno... ( Menjelang malam, bayang dirimu mulai sirna )

Ojo Tangi nggonmu guling... ( Jangan terbangun dari tidurmu )

Awas jo ngetoro... ( Awas, jangan memperlihatkan diri )

Aku lagi bang wingo wingo... ( Aku sedang gelisah )

Jin setan kang tak utusi... ( Jin setan ku perintahkan )

Dadyo sebarang " ... ( Jadilah apapun juga )

Ketika Jaka Indi menyingkap tirai samping kereta, terlihatlah seorang wanita berbaju putih panjang, berwajah putih pucat dan berambut hitam yang sebahagian rambutnya tergerai tertiup angin menutupi sebahagian wajahnya, wanita itu berdiri pada salah satu ujung ranting, disalah satu pohon yang cukup tinggi, tampak tubuhnya bergoyang mengikuti gerakan ranting yang tertiup angin.... saat Jaka Indi berusaha melihat lebih Jelas, wanita itu langsung melayang berkelebat pergi kedalam hutan....

Kemudian Jaka indi membuka tirai yang menghadap kearah Sais kereta dan Prajurit, " Pengawal...apakah...kalian melihat dan mendengarkan apa yang barusan terjadi,.... ? " tanya jaka indi

" Tidak Raden.... kami tidak melihat dan mendengar apapun, " kata mereka hampir bersamaan "

" aneh sekali.... mengapa para pengawal tidak mendengarnya, " walau wanita itu berdendang dengan lirih, tapi terdengar jelas oleh jaka Indi. Kalau pengawal tidak melihatnya, itu mungkin saja.. karena boleh jadi para pengawal hanya fokus melihat kedepan, Renung Jaka Indi.... tapi bila tidak sampai mendengar.....ini aneh sekali.....

" Apa ini karena efek meminum madu hijau dan air ainul hayat yang menjadikan pendengaran dan penglihatanku menjadi jauh lebih tajam. .... " fikir Jaka Indi.

Beberapa saat kemudian sampailah kereta di paviliun kaputran, ...Jaka Indi sengaja tidak turun menggunakan anak tangga kereta, tapi langsung melompat turun kebawah, anehnya.... tubuhnya dapat turun dengan ringannya, dengan melayang perlahan, seperti punya kemampuan ilmu meringankan tubuh saja.

" wow... amazing...." fikir jaka Indi, lalu jaka Indi berkata kepada Pengawal dan sais Kereta, " terima kasih, telah menghantarku, silahkan kalian kembali, ini ada dua buah apel yang kubawa dari jamuan istana, terimalah...." kata Jaka Indi kepada Kedua Pengawal wanita tersebut, sambil menjulurkan tangannya kedepan ....

" Terima kasih Raden, " seraya menerima buah apel merah itu, kata pengawal wanita yang merangkap sais kereta, sedang pengawal wanita satunya seperti terlihat mulai mengantuk, jadi hanya menjawab dengan bergumam saja.

Kemudian masuklah Jaka indi kedalam ruang kamarnya, Lilin penerangan masih menyala, jam pasir telah menunjukan sekitar pukul 01.00,.... dini hari. Terlihat Achitya tertidur di-dipan yang ada dikamar, ada sedikit suara dengkur halus, Achitya mengenakan semacam daster panjang warna hitam dan mantel panjang warna abu-abu, Achitya tampak tertidur lelap.... tanpa melepaskan mantelnya.

Dimeja terlihat sebilah pedang, satu buntel kain motif kembang-kembang yang cukup besar, dan juga anak panah berikut busurnya, lalu jaka indi ambil buntalan kecil warna kuning pemberian Dewi wening dan dimasukan dengan cara diselipkan lewat celah ikatan kedalam buntelan kain besar tersebut.

Jaka Indi tidak mebangunkan Achitya, tapi menuju meja dan mengambil alat tulis, lalu menulis dua pucuk surat, dan dilipatnya dengan rapi. Setelah itu jaka indi menuju kamar mandi untuk berwudhu..... lalu melaksanakan sholat malam dua rakaat, setelah itu sholat witir, berzikir dan meditasi, selesai meditasi Jaka Indi mengeluarkan suling bambu kuning kecilnya, dan mulai meniupnya dengan nada tertentu, tak lama datanglah Khodam Macan Putih,

" Hhhauuuuwmm....."

" ada apa tuan muda.... ? “

Jaka Indi mengelus kepala macan putih itu dengan kedua tangannya, dan berkata, Paman aku mau minta tolong agar paman membawa gadis ini kerumahku di Pondok Kelapa Jakarta.

" nanti setelah menghantar gadis ini, tolong segera paman kembali kesini, untuk menjemputku," kata jaka Indi lebih lanjut.

Sementara ini..... paman tunggulah sebentar di diluar pintu, aku akan membangunkan gadis ini terlebih dahulu. Maka berjalan keluarlah Khodam Harimau putih tersebut dengan menembus pintu....

Lalu Jaka Indi menuju pembaringan.... ditepuknya perlahan bahu Achitya, dengan mata masih setengah terpejam..... bangunlah Achitya dari pembaringan...."

Begitu melihat Jaka indi yang berada dihadapannya, Achitya langsung berdiri dan memeluknya dengan kuat....

" aduuuh....Raden... saya kira...Raden ingkar Janji... “ kata Achitya.... dengan nada cemas

Sekali lagi Jaka Indi merasakan tubuh lunak dan dada lembut Achitya, .... Perlahan didorongnya bahu Achitya.

Achitya.... ini ada dua buah surat, yang aku kasih nomor 1 pada sampul depan surat adalah untuk Bik Inah, penjaga rumahku. yang biasa bersih-bersih rumah, sedang yang aku kasih nomor 2 adalah untuk kakakku Asmarani Putri, berikanlah padanya bila ia kebetulan kerumahku.

Kemudian Jaka Indi mengeluarkan kartu ATM dari dompetnya, nah ini kasih ke bik Inah, didalam surat nomor 1 juga ada nomor Pinnya, nanti bik Inah yang akan menjelaskan cara penggunaannya untuk keperluanmu sehari-hari. Ingat selama di alam dunia sana, bila tidak perlu jangan keluar rumah. pelajari dahulu adat istiadat dan kebiasaan masyarakat disana, dan ingat jangan sembarangan memeluk laki-laki, itu pamali, dan gak sopan, ... kata Jaka Indi seraya mendorong lembut kening Achitya dengan ujung jari telunjuknya.

Achitya menerima kedua surat dan kartu Atm pemberian Jaka Indi, lalu memasukkannya kedalam mantel. panjang yang dikenakannya.

" Kemudian pedang dan busur juga anak panah ditinggal saja disini, itu tidak ada gunanya di alam dunia sana." Lanjut Jaka Indi menjelaskan.

" Ayo.... cepet jalan sebelum ketahuan penjaga, " kata jaka Indi, sambil menggandeng tangan Achitya dan membawa buntalan motif bunga dengan tangan kirinya.

Saat keluar pintu dan melihat ada harimau putih didepan kamar Jaka Indi, Achitya sangat terkejut..... sampai menjerit kecil...sangking takutnya......

" Jangan takut.... ini Paman Hamzah....khodam harimau putih yang selalu mendampingiku. kemudian Jaka indi memberikan Buntalan kain motif bunga kepada Achitya, naiklah kepunggungnya dan rangkul lehernya Paman Hamzah dengan kedua tanganmu erat.... erat.... karena paman hamzah ini yang akan membawamu kealam dunia sana dengan sangat cepat "

Bukannya naik kepunggung harimau putih, tapi malah Achitya kembali memeluk Jaka Indi, sambil menangis haru, ....  "Raden terima kasih, ...terima kasih..... banyak ... cepat... menyusul ya.... Raden...." kata Achitya seraya mencium pipi Jaka Indi, lalu baru naik kepunggung Harimau Putih dan merangkul lehernya .....

Khodam macan putihpun sigap melompat dan melesat kedepan..... membelah kegelapan malam, dalam sekejap mata.... khodam macan putih beserta Achitya hilang dari pandangan Jaka Indi.



Sepeninggal Achitya bersama Khodam Macan Putihnya, Jaka Indi kembali menuju kamar dan langsung menuju pembaringan, masih tercium sisa aroma harum wanita yang tertinggal diatas pembaringan tersebut.

Tiba-tiba Jaka Indi teringat akan sesuatu, maka diperiksalah pinggangnya, ternyata barang yang dicarinya tak ada, " seingatnya ia kesini membawa tas pinggang kecil warna hitam, dimanakah ia meletakkannya....fikir jaka indi…? " lantas dicarilah tas pinggang tersebut didalam lemari dan dibawah pakaian, ternyata juga tidak ditemukannya, dilemari hanya ada Keris Kyai Sengkelat, saat matanya menatap kebawah meja ternyata tas pinggangnya ada dilantai dekat bawah kaki meja.

" ahh.... ini pasti terjatuh saat aku melepas pakaian untuk pergi mandi." fikir Jaka Indi..

Lantas dibukalah tas kecilnya.... didalam tas kecil ada kitab kecil dengan halaman yang cukup tebal yang berisi catatan-catatan peninggalan leluhurnya, sebenarnya ini bukan kitab yang aslinya, tapi sudah diterjemahkan oleh gurunya Kanjeng Cakra langit, karena kitab yang asliya masih tertulis dalam bahasa sansekerta dan bahasa jawa kuno. Ada catatan tentang beberapa cara pengobatan, jenis penyakit, sejarah kerajaan, mustika, khodam, pusaka, meditasi, dan juga ada beberapa hal terkait astral dan ilmu perbintangan.

Dalam Bab Dunia astral Jaka Indi temukan ada sedikit catatan terkait " berhubungan badan " dengan mahluk astral tertentu yang dapat mengakibatkan kematian.

" tapi mengapa tak ada catatan tentang cara mengatasinya. " fikir jaka Indi,... setelah membacanya berulang-ulang.

Bunda ratu dan kerabat Kraton Istana Suralaya sepertinya kurang memahami, bahwa keturunan orang berkemampuan Linuwih dan Waskita seperti yang dimiliki Ki Ageng tarub, Ki Ageng Sela, juga Panembahan Senopati dari para leluhurnya itu. Sepersepuluhnya saja dari kemampuan mereka, belum tentu bisa dimiliki oleh keturunannya.

Sebentar lagi ia harus menikah dengan Dewi Yuna dari kalangan peri. Kalau ia belum tahu cara mengatasinya, bukankah perkawinannya justru akan mempercepat ajalnya. ... renung Jaka Indi dengan perasaan getun dan masghul....

" ahhhh.... sudahlah..... " sebaiknya aku istirahat dahulu, fikir jaka Indi sambil melempar tubuhnya ke dipan dan merebahkan badannya di pembaringan.


" Kuk-Ku... Kuk.-Ku..... Kuk-kuruyuuk..... !!"
."..Kuk-Ku.....Kuk... Ku... Kuk-kuruyuuk.....!!"

Terdengar suara ayam hutan memecah keheningan pagi hari. Jaka indi segera terbangun....dan bangkit dari pembaringan menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri, sekalian berwudhu dan dilanjutkan dengan sholat subuh...zikir dan meditasi.

Andai disini ada nasi goreng, bubur ayam, nasi uduk atau ketupat sayur, tentu akan menjadi sarapan yang nikmat. renung Jaka indi dengan termangu, ....

Setelah memakan sebuah pisang dan minum segelas air dan tak lupa membawa tas pinggangnya serta menyelipkan keris kyai sengkelat dibalik pakaiannya, Jaka Indi beranjak melangkah keluar meninggalkan kamar, untuk berjalan kehalaman paviliun kaputran.....

Uhmmm....barangkali ada sarapan yang berbeda yang bisa kudapatkan diluar sana... selain buah-buahan

Saat itu hari mulai terang, Jaka Indi keluar kamarnya dan berjalan perlahan mendekati gerbang paviliun kaputran, didepan gerbang tertampak bamyak sekali prajurit pengawal kerajaan yang berjaga-jaga bahkan setiap orang yang akan masuk paviliun kaputran, mendapat pemeriksaan yang ketat.

Saat Jaka indi akan berjalan keluar gerbang, Petugas penjaga gerbang mengatakan, " Ada Instruksi dari Pejabat istana Kerajaan, bahwa siapapun juga, termasuk para tamu, dilarang meninggalkan Paviliun Kaputran, termasuk juga dilarang meninggalkan negeri Suralaya, sampai ada pemberitahuan lebih lanjut ....." jelas petugas penjaga gerbang dengan tegas.

Jaka indi mengangukan kepala pada petugas penjaga gerbang sebagai tanda bisa memahaminya, lantas Jaka Indi berbalik arah, kali ini ia melangkahkan kakinya menuju taman bunga, tempat beberapa peri pria berkumpul dan beraktifitas.

Terlihat ditaman bunga juga ada Resi Avatara Baba, bahkan Pangeran Abhinaya juga berada disana, Resi avatara baba kedapatan sedang berdiri sendirian ditepi kolam sambil menatap dan menikmati keindahan bunga teratai putih yang ada ditengah kolam.

Pangeran Abhinaya asyiik berbincang serius dengan kedua sosok manusia kera yang memegang senjata Gada ( sejenis senjata pemukul besar ), sepertinya kedua sosok manusia kera, itu adalah pengawal pangeran Abhinaya, terlihat dari sikapnya yang lebih banyak mendengarkan dan lebih sering mengangukkan kepala saat pangeran Abhinaya berbicara.

Jaka Indi tak melihat pangeran Corwin dan dua putri Kraton Kasepuhan haryodiningrat berada di sana. Lalu Jaka Indi mengarahkan langkah kakinya ke Resi avatara baba yang sedang berdiri ditepi kolam.

" Resi ... sedang melihat apakah sampai menatap air kolam sedemikian lama ? " tanya Jaka Indi ....sekedar membuka percakapan,

" apa kabar kisanak ... ? " kata Resi baba seraya mengulurkan tangannya untuk bersalaman. kisanak adalah kata yang diberikan kepada orang asing , pengembara, orang yang tidak dikenal ketika mereka bertemu, ini adalah kata yang kuno, yang sudah tidak digunakan lagi di zaman now. Renung jaka Indi

" Baik ...Resi baba... " Jawab Jaka Indi... sambil menyambut hangat tangan Resi baba dengan tersenyum.

"... Aku melihat danau.... hanya sekedar membuang waktu menikmati indahnya pemandangan bunga teratai yang sedang mekar, sambil menunggu ijin bisa keluar gerbang, agar bisa segera pulang kembali ketempat asalku." Jawab Resi baba

Jaka Indi saat itu melihat para prajurit kerajaan juga semakin bertambah banyak, ada yang terlihat mondar-mandir di taman dan bahkan juga ada yang diseputar danau.

" Resi bagaimana kalau kita berbincang sambil berjalan melihat hutan Jati didepan sana, " Ujar Jaka Indi sambil menunjuk arah yang dimaksut, agar dapat berbincang leluasa bersama resi baba dan jauh dari keramaian

" Tahukah Resi, mengapa kita tidak diijinkan keluar paviliun dan mengapa banyak prajurit kerajaan disini ? " tanya jaka Indi dengan rasa ingin tahu.

" saya juga tidak mengerti kisanak, saya sudah tiga kali berkunjung kenegeri Suralaya, tapi baru kali ini ada peristiwa seperti ini," jawab Resi Avatara baba

" Resi bisakah engkau ceritakan kehidupan dipegunungan himalaya ditempatmu…? " Tanya Jaka Indi lebih lanjut.

" Karena sebagai Resi yang umumnya sangat menjauhi kehidupan dunia, saya sungguh ingin tahu, apa yang menggerakan hati Resi sampai beberapakali kali berkunjung ke keKerajaan Suralaya ini, kalau hanya masalah mengusir jin yang mengganggu penduduk desa, tentu itu hal yang mudah buat para Resi dan pertapa disana mengatasinya,

" Tiba-tiba Resi avatara baba menghentikan langkahnya, lalu memutar badannya dan menghadapkan wajahnya ke Jaka Indi seraya menatap dengan sorot mata tajam kedalam mata jaka Indi, seolah ingin mengetahui pribadi jaka Indi dan maksut dari tujuan pertanyaan Jaka Indi tersebut, setelah itu dilanjutkan dengan mengamati seluruh tubuh jaka Indi.

Jaka Indi dapat merasakan adanya ‘getaran spiritual' yang kuat yang memancar dari sorot mata Resi avatara baba, berikutnya Resi Avatara baba berkata   " Saya melihat pada Chakra Mahkota (SAHASRARA) didiri Kisanak memiliki Warna Ungu, dan pada Chakra Mata Ketiga (SVADISTHANA), juga berwarna ungu dengan bias cahaya putih yang kuat., lalu pada Chakra Hati (ANAHATA) terlihat berwarna Hijau, ini mengisyaratkan kalau kisanak tergolong anak indigo, yang memiliki Ketajaman intuisi dan presepsi, serta punya kecerdasan mental dan spiritual, .... dan juga punya kesadaran batiniah yang kuat, "

Dan ada pula perisai energi yang menyelimuti tubuh Kisanak. kata Resi Avatara Baba panjang lebar

" wew....!! " cukup melihat sepintas sudah bisa mengetahui energi dan aura yang dimiliki orang yang dilihatnya. " ini menunjukan kalau Avatara baba bukanlah Resi sembarangan, " fikir jaka Indi

“ Saya bisa merasakan kalau banyak energi positif pada diri kisanak. dan saya juga bisa merasakan berdasar energi spiritual kisanak, kalau kisanak bukanlah pribadi yang buruk dan sesat ”

" Aiiih....! "


" kisanak sungguh jeli, bisa menduga ...... bahwa keberadaan penduduk yang kerasukan jin, bukanlah alasan utama saya berkunjung ke negeri Suralaya ini. " Ujar peri baba sambil menghela nafas panjang.

Tujuan saya kemari sebenarnya terkait mencari tahu prihal Mahaavatara.

“ Saya akan mulai dengan bercerita perihal kehidupan ditempat saya, saya harap kelak kisanak dapat mampir ketempat saya, bila ingin ketempat saya.... kisanak dapat melalui negeri Bhutan, ... saat mendaki pegunungan himalaya..... tanyakanlah nama saya pada para pertapa yang kisanak temui.

" Pegunungan Himalaya tempat saya tinggal banyak dipenuhi oleh para Yogi, Sadhu, Rahib, Resi dan orang-orang suci dari berbagai perguruan dan agama, banyak dari mereka memilih menetap dan melakukan berbagai pertapaan berat di berbagai sudut pegunungan Himalaya "

" Dalam upayanya untuk mencapai tujuan hidup rohaniah, beberapa pertapa memilih untuk hidup bersahaja, menjauhi perkara duniawi, tidak menikah dan memusatkan pikirannya pada Tuhan semata. mereka hidup dengan cara menghindari sikap mementingkan diri sendiri dan menjauhi perkara duniawi, serta umumnya mereka hanya menggantungkan hidup pada anugerah Tuhan belaka.  " Terang Resi Avatara Baba.

Selanjutnya mengapa saya sampai meninggalkan pertapaan saya dan pergi ke Negeri Suralaya ini, bahkan juga mengunjungi beberapa negeri astral lainnya... ini dikarenakan ada beberapa Pertapa di pegunungan himalaya yang mendapat wangsit atau petunjuk Tuhan, perihal akan datangnya Mahavatar atau MAHAAVATARA ..... dalam waktu yang tidak lama lagi. ...

" Apakah kisanak juga pernah mengetahui hal ini…? " Tanya Avatara baba

" Saya pernah mendengar yang serupa dengan itu .... Yaitu prihal Menanti kedatangan SUPER INDIGO "

“ Super Indigo” adalah pemimpin dari semua indigo yang kemunculannya akan segera terjadi "

Super Indigo yang oleh sebagian orang yang mengharapkan kedatangannya diharapkan mampu menyelamatkan kehidupan manusia di dunia. Seorang yang mempunyai kemampuan yang mumpuni untuk memperbaiki dan mengangkat kehidupan manusia dalam rangka mencapai kesejahteraan jiwa.dan kesejahteraan umat manusia, Dia menerapkan aturan-aturan Tuhan dengan disiplin dan lemah-lembut serta penuh kasih sayang. Ya, .... karena dia adalah seorang Indigo Kristal yang tenang, lemah lembut, adil, bijaksana dan penyayang

Dia adalah khalifah, pemimpin manusia yang dinantikan oleh banyak orang. Dia tidak hanya dinantikan oleh umat agama tertentu, tapi oleh seluruh umat manusia dan alam semesta yang merindukan kedamaian dan kesejahteraan sesungguhnya.

Hanya saja setiap golongan menyebutnya dengan berbagai istilah dan sebutan yang berbeda
“ Ratu Adil ”,
" Mahavatar ",
" Imam Mahdi, "
" Super Indigo.”

Tetapi.....

Disaat Jaka Indi sedang mengutarakan pandangannya ... Tiba-tiba ... terlihat seorang Prajurit wanita yang berparas cantik Jelita, dengan bersenjata busur dan anak panah, bergegas datang dengan mengendarai Unicorn ( kuda putih bertanduk satu ) menuju Jaka indi, yang saat sampai dihadapan Jaka Indi langsung berkata,

" Raden Jaka Indi tolong ikut saya, segera naiklah keatas kuda saya, "

" Panglima dan para pejabat kerajaan sedang menunggu kehadiran anda di istana. " ujarnya dengan nada tegas memerintah

Jaka Indi langsung memalingkan wajahnya melihat kearah prajurit wanita tersebut, Prajurit wanita itu terlihat berbeda dari Prajurit Suralaya umumnya, ia mengenakan busana kulit ringkas warna hitam, yang terbuka pada bagian lengannya, sehingga tampak seluruh bagian lengannya yang putih mulus. Tubuhnya tinggi langsing padat berisi, yang menakjubkan kecantikan wajahnya justru melebihi kecantikan para putri Bunda Ratu yang pernah dilihatnya. bahkan melebihi kecantikan para peri dan wanita yang pernah dijumpainya selama ini.  Pria yang memandang wajahnya, tentu akan merasa enggan untuk mengalihkan pandangannya, Kecantikannya sungguh sukar dilukiskan dengan kata-kata. Kecantikan gadis itu bisa membuat pria linglung saat menatapnya, ..... Sungguh kecantikan yang tidak manusiawi," .... fikir jaka indi. Sampai mendelong terkesima Jaka Indi dibuatnya.

Ia membawa anak panah dan busur, hanya saja anak panahnya tidak terbuat dari kayu atau logam, tapi seperti terbuat dari kristal, begitu pula busurnya terbuat dari kristal, sedang benang busurnya seperti terbuat dari serat benang sutra yang dirajut, Ada perasaan berat bagi Jaka Indi untuk memalingkan tatapannya dari wajah cantik menawan parurit wanita berbaju hitam itu, tapi Jaka indi tetap memalingkan wajahnya menatap Resi baba, dengan pandangan bingung bagaimana harusnya bersikap.

" Pergilah kisanak, .... kita dapat melanjutkan pembicaraan ini pada pertemuan berikutnya, sambil kedua tangannya menjulur menggenggam tangan Jaka Indi,... "

Jaka Indi dapat merasakan sesuatu benda kecil yang diselipkan Resi baba ketelapak tangannya. lalu Resi baba berkata gunakanlah Peluit ini, cukup tiup dengan nada panjang sekali saja, saat kau ingin menemuiku.

" Terma kasih, ....terima kasih banyak... Resi baba, " Sampai jumpa di waktu berikutnya." Ujar Jaka Indi, seraya menjabat tangan Resi Baba dengan erat.

Setelah itu jaka Indi melepaskan salamannya, dan memasukan pluit pemberian Resi baba dalam saku celananya, lalu berbalik arah menghadap kearah Kuda Unicorn putih, … kemudian melompat keatas kuda unicorn putih dan duduk dibelakang Prajurit wanita cantik yang menjemputnya.

Sejak minum madu hijau dan setetes air ainul hayat yang diberikan Dewi Nawang sari, Jaka Indi dapat turun dan melompat ketempat yang tinggi dengan sangat mudahnya. Sungguh minuman yang sangat berkhasiat , Renung Jaka Indi.

Tiba-tiba kuda Unicorn langsung melesat kedepan dengan sangat cepatnya, karena kagetnya, .... hingga badan Jaka Indi terasa akan terlempar Jatuh kebelakang. Jaka indi secara refleks langsung memegang dan mendekap erat pinggang Prajurit wanita yang super jelita itu dengan kedua tangannya.....

Bersambung ...

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...