Bunda Ratu
Tiba-tiba jaka Indi mendorong dan
menyentakan tubuh Achitya, " Huuaahhhh..... kamu manusia.... kamu bukan
peri…! seru Jaka Indi, sambil menatap wajah Achitya dengan terheran-heran "
Benar sekali tuan, aku
manusia..... seratus persen manusia, bukan bangsa Peri, bukankah aku sudah
memperlihatkan tanda pada tubuhku bahwa aku memiliki pusar.... tapi karena tuan
masih belum mengenalinya, maka aku memeluk tuan,..... agar tuan mengerti bahwa
aku memiliki hawa tubuh yang hangat dan panas, seperti manusia umumnya, bukan
berhawa tubuh dingin seperti bangsa Peri ....
Spontan Jaka Indi menepuk
Jidatnya... dan teringat saat melihat Dewi Kirana dipemandian yang tidak
memiliki pusar, ehmmm....mengapa tadi aku tidak memperhatikan pusarnya
Achitya... fikir Jaka Indi ....
" Ouwh...iya...." aku
mengerti.... maaf.... atas kekurang tanggapanku, dan tolong panggil aku dengan
sebutan Jaka Indi saja, kenakanlah kembali pakaianmu dan duduklah, kata Jaka
Indi seraya mempersilahkan Achitya duduk disatu-satunya kursi yang tersedia, sedang
Jaka Indi duduk diatas dipan tempat tidurnya....
" coba ceritakan maksut
kedatanganmu…? " dan apakah kepala
prajurit tidak mencari keberadaanmu..... bila kau tidak terlihat bertugas…? "
tanya jaka Indi.
Achitya segera mengenakan kembali
bajunya... lalu menarik kursinya untuk lebih mendekat ke-dipan tempat Jaka Indi
duduk kemudian ia duduk persis berhadapan dengan jaka Indi.
" Tuan ... eh...… mas Jaka
indi….Kebetulan hari ini giliranku berjaga di-Paviliun Kaputran ( Paviliun Pria
) , dan pada saat waktu ashar adalah saatnya petugas lain yang menggantikanku,
.... Karena aku tadi kebetulan melihat tuan... eh Mas jaka, berjalan bersama
Tuan putri Dewi Kemala menuju kemari..... maka ..... setelah selesai bertugas aku
berusaha menemui mas Jaka indi" ...terang Achitya.
" Sebenarnya aku kemari
ingin meminta pertolongan sama Mas Jaka Indi..... seraya menatap dengan
pandangan penuh harap. "
Sesaat Jaka Indi bangun dari
duduknya, ... serta mengambil air dari kendi yang tersedia di meja, ....dan
menuangkannya dalam cangkir didekatnya,... lalu memberikan cangkir tersebut
pada Achitya....
" minumlah.... nafasmu masih
nampak memburu...dan wajahmu juga masih terlihat pucat.... minumlah...tenangkan
dirimu dahulu ".
Achitya segera menyambut cangkir
pemberian Jaka Indi, dan segera meminumnya, " terima kasih.... Begini Mas
jaka.... setelah sekian puluh tahun saya tidak pernah melihat mahluk yang
menyerupaiku.... tiba-tiba mengetahui dan melihat ada mahluk yang sama dan
sejenis denganku... tentu saja aku merasa sangat senang dan sangat berdebar....
debar....." jelas Achitya "
" Ehm...bagaimanakah kamu
bisa berada di negeri para peri ini….? " tanya Jaka indi
" Menurut cerita ibu
angkatku Peri Dewi Wening. Pada sekitar tahun 1949, pernah terjadi bencana
meletusnya Gunung Merapi yang mengakibatkan candi-candi dan pemukiman penduduk
yang berada di kawasan Jawa Tengah bagian selatan terkubur abu vulkanik . Banyak
sekali yang menjadi korban saat itu, saat terjadinya peristiwa tersebut, ibu
angkatku, Peri Dewi Wening, sedang berada dilokasi kejadian, dan ibu angkatku
menemukanku yang telah tertimbun oleh sebahagian lumpur vulkanik, .... dan
berusaha menyelamatku,..... kemudian membawaku ke alam Peri dan merawatku layaknya
putrinya sendiri…." Jelas Achitya panjang lebar..."
" apa....Sembilan belas
empat sembilan ....? " bukankah itu berarti usiamu saat ini sudah 70 tahun
! " benarkah ceritamu itu.... " tanya Jaka Indi terkejut "
" tentu saja benar " tapi
kami disini secara jasmani selalu muda, dan kami disini dapat hidup hingga
ratusan tahun, bahkan ada yang mencapai usia seribu tahun lebih...., " terang
Achitya sambil tersenyum. hingga terlihat kedua lesung pipitnya yang menambah
manis wajahnya.
Kemudian lanjutnya....." Perihal
mengapa para peri selalu awet muda, .... Aku juga pernah menanyakan hal ini
pada ibu angkatku, Peri Dewi Wening, " hal tersebut kutanyakan saat
suatukali aku diajak ke negeri astral lain, disana kulihat dan kutemui beberapa
mahluk astral yang telah berusia lanjut, berambut putih dan berkulit keriput, yang
menjadi fikiranku mengapa para peri dan kami yang tinggal di negeri ini tidak
ada yang terlihat tua…? " kata ibu angkatku, .... sebenarnya mahluk astral
dan bahkan para Peri, secara jasmani juga bisa bertambah tua, dan kulitnya juga
bisa menjadi keriput, " hanya saja ..... ini dikarenakan Leluhur kami dari
para Peri telah menemukan mata air keabadian, cukup minum setetes air akan
menyehatkan badan, menyembuhkan berbagai penyakit, menguatkan tulang, bahkan
dapat meremajakan kulit. .... serta mempercantik wajah. aku pernah minum
setetes mata air keabadian tersebut, yang diberikan ibu angkatku saat aku masih
kecil, oleh karenanya aku juga sama seperti para peri yang lainnya. "
" Ibu angkatku bisa
memberikan aku air tersebut, karena beliau masih kerabat kraton dan menjabat
Kepala rumah tangga istana. "
Jaka Indi termenung sesaat.... ia
ingat almarhum ayahnya pernah bercerita tentang keberadaan mata air keabadian
yang disebut dengan sebutan Ainul Hayat, yang menurut legenda konon air
tersebut berasal dari tetesan Air Sorga yang jatuh kebumi, dan konon Kanjeng
Nabi Khidir as pernah pula meminumnya,
" Apakah mata air keabadian
tersebut juga berada dinegeri ini…? " Tanya Jaka Indi dengan rasa ingin tahu.
" Mata Air Keabadian justru
berada dinegeri tuan " yang dahulu kala disebut dengan nama negeri
Atlantis, sebelum negeri tersebut hilang dari permukaan, tapi mengenai tempat
persisnya dimana, aku kurang tahu. Kata Ibu angkatku..... dahulu kala, keberadaan
mata air keabadian ini dicari tidak hanya oleh bangsa manusia.... bahkan juga
dicari oleh para mahluk astral termasuk bangsa Jin dan para Peri. konon
katanya, selain para peri dari bangsa kami, adapula beberapa bangsa mahluk
astral lainnya yang juga pernah meminum air keabadian ini, .... diantaranya
Ratu Pantai Selatan dan ..... tiba-tiba Achitya maju sambil membisikan sebuah
nama ....... ketelinga Jaka Indi, yang membuat jaka indi terkejut, karena nama
yang disebut ini bahkan lebih terkenal dari nama Ratu Pantai Selatan. "
" Lantas apakah para peri
yang lain, yang berada dinegeri ini juga minum air keabadian tersebut…? "
tanya Jaka Indi lebih lanjut
" Leluhur para peri yang
menemukan telaga mata air keabadian tersebut, dahulunya tidak hanya minum setetes,
tapi mereka minum sekenyangnya, dan juga mandi sepuasnya, Jadi keturunannya
yang minum dari air susu para peri tersebut, dengan sendirinya juga awet muda
dan cantik-cantik serta dapat berusia panjang, sekalipun tidak meminum air keabadian
tersebut secara langsung, saat ini air mata keabadian ditempat kami, yang
dahulu pernah dibawa leluhur kami, hanya tinggal tersisa seukuran satu botol
minyak wangi, tersimpan diruang perbendaharaan istana, dan hanya lima orang
saja yang bisa memasukinya, yaitu Bunda Ratu, tiga sesepuh Peri yang juga
menjabat Penasihat Bunda Ratu, dan Ibu angkatku Dewi Wening, selaku kepala
Rumah tangga Istana.
" Mas Jaka Indi.... sebenarnya
maksut kedatanganku menjumpai mas Jaka, adalah untuk memohon bantuan Mas Jaka, "
aku ingin kembali kenegeri asalku kenegrinya mas jaka, untuk mencaritahu apakah
masih ada keluargaku atau keturunannya, bagaimanapun asal duniaku bukanlah dunia
yang saat ini kutempati, aku pernah memohon pada ibu angkatku agar membawaku
keduania asalku, tapi ibu angkatku justru terlihat sedih dan hanya diam membisu
saja. "
" iya aku mengerti
".... kata Jaka Indi, aku akan membantumu dan membawamu kedunia asalku,....dengan
catatan... ibu angkatmu mengijinkannya, Bagaimanapun Peri Dewi Wengilah yang
mengasuhmu selama ini, jadi mintalah ijin padanya.
Achitya tampak termenung sedih
dan terdiam sesaat.... Saat itu cuaca mulai redup karena malam menjelang, lalu
Jaka Indi menuju meja dan memegang sumbu lilin dengan ujung ibu jari dan jari
telunjuknya, dengan sedikit menyalurkan energi panas pada kedua jarinya, maka
seketika menyalalah lilin itu.... api lilin terlihat menyala cukup terang, ....
cukup menerangi kamar yang Jaka Indi tempati.
Achitya masih termenung tanpa
memperhatikan kalau lilin sudah dinyalakan. lalu jaka Indi kembali duduk keatas
dipan,.... " nanti aku akan ikut bantu meminta ijin pada ibu angkatmu... "
jelas jaka Indi....
Tidak tuan.... ibu angkatku pasti
tidak akan mengijinkannya, aku sangat mengenal sifat ibu angkatku...sudah
berkali-kali aku memohonnya...tapi tidak pernah diijinkannya...... " tolonglah
tuan....aku sudah 70 tahun mendampingi ibu angkatku...setidaknya ....beri aku
kesempatan untuk menegenal negeri asalku dan menemui keluargaku yang sebenarnya
atau mengetahui keberadaan keturunannya. " pinta Achitya
Jaka Indi.... mulai
garuk...garuk...kepala... sambil berfikir.... Ia belum lama menjanjikan Dewi
Kirana untuk mengajak kedunianya, sekarang giliran Achitya yang ingin
kedunianya, hanya saja ...kalau difikir-fikir...Achitya ini adalah memang
manusia.... bukan bangsa Peri.
Baiklah..... " kamu ingin
berangkat kapan ….? " tanya Jaka Indi.....
" terima kasih Mas jaka Indi
" ....sambil maju menubruk memeluk jaka Indi, dengan penuh rasa haru dan
terima kasih. lalu melepaskan pelukannya sambil berkata, .... " semakin
cepat bisa berangkat, tentu akan semakin baik, "
" Apakah buktinya bahwa aku
bisa mempercayai semua kata-katamu, dan bahwa kamu kelak tidak berbuat sesuatu
yang bisa membahayakan manusia yang berada diduniaku," tanya Jaka Indi
untuk memastikan.
Tiba-tiba Achitya mengambil
tangan Jaka Indi dan meletakkan telapak tangan Jaka Indi di dadanya sebelah
kiri, sedang telapak tangan Achitya yang satunya diletakan didada sebelah kiri
Jaka Indi, ..... " coba dengar dan rasakan detak jantungku tuan, bukankah
jantung kita sama, yaitu terletak didada sebelah kiri, berbeda dengan bangsa
peri yang Jantungnya terletak di dada sebelah kanan. dan detak jantung kita
berdetak jauh lebih cepat dari detak jantung bangsa Peri, .... yang mana detak
jantung para peri , berdetak dengan sangat lambat " Terang Achitya sambil
menatap mata Jaka Indi. Itu artinya
sesabagai sesama manusia, aku tidak berniat jahat pada mahluk sejenisku.
Kali ini Jaka Indi kembali dapat
merasakan dada Achitya yang lembut dan kenyal, bahkan dirasakan langsung oleh
telapak tangannya, .... perlahan Jaka Indi menarik tangannya, seraya
berfikir.... Sepertinya para wanita dinegeri ini terlalu bersifat lugas kepada
lawan jenis, dan sepertinya kurang memahami batasan-batasan hubungan antara
pria dan wanita.
" Berapa lama lagikah makan
malam akan diadakan " tanya Jaka
Indi ..... mengalihkan topik pembicaraan.
" Sekitar dua jam lagi dari
sekarang" bila Jam pasir telah mencapai garis ini, sambil jari Achitya
menunjuk tanda garis ke delapan pada jam pasir, dan terdengar suara kentongan
dipukul sebanyak tiga kali " terang Achitya, Berarti masih cukup waktu
untuk berbincang lebih lanjut, fikir Jaka Indi dalam hati.
Bisakah nona Achitya menjelaskan
tentang Bunda Ratu dan keadaan Istana serta para peri dinegeri ini.
" iya ...Bisa.... katanya
perlahan "
Seraya Achitya bangkit berdiri
dan pindah ikut duduk diatas dipan, persis merapat di sebelah Jaka Indi
" Negeri ini selalu dipimpin
oleh kaum wanita, dan pemimpin Tertinggi adalah Bunda Ratu "
Bunda Ratu memiliki 7 orang
Putri, 4 diantara para putri tersebut telah ditemui oleh mas Jaka Indi. "
" Siapa yang telah kutemui
dan siapa yang belum…? " tanya jaka Indi, dengan rasa Ingin tahu.
" Dewi Sekar Arum yang
menjabat sebagai kepala pengawas Kerajaan adalah putri pertama bunda ratu, Dewi
Kemala yang memiliki paras rupawan dan bola mata kemerahan adalah putri ketiga,
lalu dewi Ambarwati yang bersahaja, adalah putri keempat. dan berikutnya Dewi
Kirana yang sifatnya angin-anginan yang mas Jaka temui dipemandian, adalah
putri kelima. masih ada Dewi Reena Putri kedua, Dewi Salasika putri ke enam dan
Dewi Yuna, yang merupakan putri bunda Ratu yang paling cantik, yang merupaka
putri ke tujuh, disamping itu adapula tiga Peri penasehat istana, satu Peri
kepala rumah tangga Istana dan sembilan Peri Pelindung Istana, mereka semua
langsung berada dibawah perintah Bunda ratu, sedang jabatan yang lainnya
dibawah kepemimpinan 7 putri Bunda Ratu..”
Kemudian Achitya mendekatkan
bibirnya ketelinga Jaka Indi, " Dari ke tujuh Putri Ratu, Putri ke 2, ke 3
dan ke 7 adalah yang paling tinggi ilmu kesaktiannya, dan putri kedua adalah
yang paling menakutkan watak dan kepribadiannya, " terang Achitya sambil
memelankan suaranya.
" menakutkan bagaimana….? "
tanya Jaka indi penasaran.
Ia menyukai seseorang yang
berilmu tinggi, untuk diambil energi dan dihisap hawa murninya, lalu setelah
itu dibunuhnya, ia senang mengenakan baju motif kembang, dan ada seruling, yang
terselip dipinggangnya.... dan dapat menghipnotis siapapun dengan tiupan
serulingnya, dan tidak segan membunuh orang yang tidak disukainya, bahkan
saudari-saudarinya juga segan kepadanya, berhati-hatilah dan menjauhlah bila
Mas Jaka menemuinya.
Sedang Dewi Salasika.... putri ke
6 adalah Juga Panglima dari para Pasukan pengawal Kerajaan, seseorang yang
tegas dan disiplin. Kalau Putri Dewi Yuna, aku kurang mengenalnya, karena ia
gemar berpetualang dan mengembara, jadi jarang sekali berada di istana,
" Ehmm... nona Achitya , terima
kasih atas semua penjelasannya, informasi ini sangat membantu sekali, tapi
mengingat sebentar lagi jam delapan atau waktu makan malam akan tiba, sebaiknya
segeralah nona kembali untuk mempersiapkan perbekalan yang akan dibawa, nanti
sebelum Jam 12 malam kembalilah kesini, berikutnya Paman hamzah yang nanti akan
menghantar Nona Achitya ke dunia asalku.
" Siapakah Paman Hamzah yang
kau maksut….? " tanya Achitya
" beliau pamanku yang ikut
bersamaku ke negeri astral ini, Jelas Jaka Indi singkat…."
Lalu Achitya bangkit dan
mengenakan kembali pakaian prajuritnya berikut perlengkapannya, kemudian dilanjutkan
membuka pintu untuk pergi keluar.... sebelum keluar, ia membalikan badannya dan
menatap Jaka Indi, serta mengedipkan sebelah matanya dengan jari telunjuk
diacungkan kemuka dan dengan mimik lucu, seraya berkata.... " awass....
jangan ingkar janji ya... ! ". dilanjutkan dengan menutup pintu dari
luar.... lalu pergi berlalu ....
Sepeninggal Achitya...
Jaka Indi mengambil air wudhu,
yang kemudian dilanjutkan dengan sholat mahgrib jamak dengan sholat isya. Setiap
dalam perjalanan jaka indi biasa menjamak sholatnya. Sehabis sholat dilanjutkan
dengan wirid membaca tasbih, tahmid, takbir, sholawat, istigfar,.... lalu
dilanjutkan pula dengan meditasi ...
Tak lama terdengarlah suara
kentongan dipukul tiga kali.... Jaka indi kemudian menyelesaikan meditasinya,
lalu mengambil Keris Kyai Sengkelat dari atas meja dan meletakan dibawah
tumpukan pakaian dalam lemari pakaiannya, serta mengambil Suling bambu
kuningnya dan menyembunyikannya dibalik pakaiannya. Jadi Hanya suling bambu
kuningnya saja yang Jaka indi bawa.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan
pada pintu kamar... silahkan masuk, pintu tidak dikunci.... "seru Jaka
Indi. "
Lalu masuklah seorang wanita
berkulit putih yang ayu dan anggun menggunakan busana kraton. dilihat dari
usianya seperti wanita berusia 28 tahun, perawakannya cendrung mungil seperti
putri kraton solo. Wanita tersebut menatap wajah Jaka Indi sesaat ..... lalu
mendekat dan mengenggam kedua telapak tangan Jaka Indi, dan berkata dengan
suara sedikit bergetar
" Raden jaka indi, saya
adalah Dewi Nawang Sari, adik kandung dari Dewi Nawang Wulan "
Jaka Indi terkejut ketika
mengetahui kalau saudara leluhurnya masih hidup.... dan bisa menjumpainya, maka
Jaka indi menundukan badannya dan mencium punggung tangan kanan Dewi Nawang
Sari, ... Dewi Nawang Sari lantas mengangkat bahu jaka Indi dan menariknya
dalam dekapan.... sambil menepuk-nepuk punggung jaka Indi, layaknya seseorang
yang baru bertemu kerabat yang telah lama terpisah....
Jaka Indi dapat merasakan aroma
harum kayu Cendana dari tubuh Dewi Nawang Sari, tubuhnya terasa lembut seperti
gumpalan kapas ....
" Tiba-tiba Dewi Nawang Sari
melepaskan pelukannya dan berkata.... ayo kita berangkat ke Istana sekarang,
nanti kita bisa berbincang selama dalam perjalanan"
lalu digandengnya tangan Jaka
Indi, keluar kamar.
diluar tampak kereta kencana
warna putih yg ditarik oleh dua ekor kuda warna putih, yang pada kedua kening
kuda tersebut terdapat sebuah tanduk.
(Ehm.... ini seperti
unicorn....pikir Jaka Indi)
didepan kereta kencana terdapat
seorang Prajurit wanita dan seorang kusir yang juga wanita,
Lantas Dewi nawang Sari membuka
pintu kereta dan mempersilahkan jaka Indi naik, tapi jaka Indi menolak naik
sebelum Dewi nawang sari naik keatas kereta terlebih dahulu,
maka naiklah Dewi Nawang sari
yang kemudian diikuti oleh jaka Indi.
didalam kereta terlihat dinding
dan langit-langit kereta yang berwarna putih, dan pada dinding terdapat dua
buah penerangan semacam lampu pelita, terdapat pula dua kursi beludru warna
merah yang saling berhadapan.
Jaka Indi duduk saling berhadapan
dengan Dewi Nawang Sari, seraya merenung..... Leluhurnya Jaka Tarub hidup pada
abad ke 17, yang artinya bila Dewi Nawang Sari adalah adik kandung Dewi Nawang
Wulan, maka berarti peri yang dihadapinya saat ini sudah berusia sekitar 300
tahun. ...umur 300 tahun tapi tetap awet muda layaknya gadis usia 28
tahun.....wow.... amazing.... pikir Jaka Indi,
Sementara Dewi Nawang Sari masih
menatap dan memperhatikan wajah Jaka indi.... kemudian ia berkata memecah
keheningan, ... Raden....! Dari tujuh peri yang saat itu mandi di SENDANG
TELOGO BIDADARI " yang berada di DUKUH SREMAN , hanya tinggal aku seorang
yang masih hidup "
" Apakah kamu mengetahui
kisah Jaka tarub dan tujuh bidadari tersebut… ? " tanya Dewi nawang sari
" Iya Eyang Dewi..... jawab
Jaka Indi dengan hormat "
" Eyang Dewi....
" bisakah aku suatu saat
diajak berziarah kemakam eyang Dewi Nawang Wulan,....? "
" Iya ... hanya saja...
makam para peri tidak seperti layaknya manusia... jawab Dewi Nawang Sari sambil
merenung sesaat, "
" Raden... apakah Raden
sudah memiliki istri…? " Tanya Dewi nawang sari
" Belum eyang dewi.....
" Jawab jaka Indi agak terbata.
Emmm.... bila mengetahui kamu
belum beristri, sangat mungkin Bunda Ratu akan menjodohkanmu dengan salah satu
putrinya. kata Dewi Nawang Sari, sambil tersenyum kecil.
Oh.. iya.... berita kedatanganmu
ke negri ini telah menyebar luas dikalangan penduduk kerajaan ini, bahkan juga
menjadi perbincangan para peri termasuk dari peri kalangan rakyat jelata.
" Siapakah yang membawamu ke
negeri ini…? karena kalau hanya dengan cara meraga sukma, sepertinya tidak akan
mungkin bisa sampai kenegeri ini, terlebih Raden juga tidak sedang dalam
keadaan meraga sukma, " tanya Dewi Nawang sari seraya menatap Jaka Indi.
" Dengan menunggang Khodam
Macan Putih Eyang Dewi, " Jawab jaka Indi,
"Ouuh.... Leres....pantes
.... " Dahulu kala... saat .... negeri Peri ini mengalami peperangan
dengan Negri astral lain, Prabu Brawijaya pernah meminjamkan Dua khodam macan
putihnya untuk membantu Negeri kami, dan sebagai penghormatan atas jasa khodam
Macan tersebut, maka kami membuatkan Patung Macan Putih dari batu pualam putih
pada kedua sisi gerbang utama Istana. " terang Dewi Nawang sari
Oh begitu toh... sebabnya, kata
jaka indi dalam hati,
" Eyang dewi.... maaf... mengapa
kereta ini terkadang berjalan didarat tapi terkadang terasa melayang diudara…? "
Iya..... saat ini ada perubahan
rencana pertemuan, kita tidak akan menuju istana tapi akan menuju Pesanggrahan
Bunda Ratu yang berada disisi utara negeri ini, Adakalanya kereta terasa
melayang karena kita harus terbang melewati hutan dan danau.
Jaka Indi ... jadi teringat
dengan Khodamnya Harimau Macan Putih, yang juga dapat melompati kawasan
perhutanan dan juga bisa melompati sungai yang luas dan bahkan lompatannya
dapat menjangkau sejauh mata memandang, Ternyata Kuda putih bertanduk ( Unicorn
) yang digunakan untuk menarik kereta kencana ini juga dapat melakukan seperti
yang dilakukan paman harimaunya.
" Begini ananda Raden Jaka
Indi, aku akan ceritakan sedikit sejarah
terkait keadaan negeri para peri dinegeri ini." agar setidaknya ananda
mengerti sejarah yang terjadi dalam dunia astral
Dahulu kala disaat Raja Solomon
atau yang dikenal juga dengan nama Kanjeng Nabi Sulaiman as masih berkuasa ....
kami para mahluk astral termasuk Jin dan para Peri hidup secara tertib dalam
keteraturan dibawah satu Pemerintahan, yaitu dibawah kepemimpinan Raja Solomon
dan Ratu Balqis,
" Sepeninggal Raja Solomon
dan Ratu Balqis.... beberapa kerajaan astral yang tadinya masih berada dalam
satu naungan dan satu kerajaan ....satu persatu mulai memisahkan diri... tidak
sedikit raja-raja kecil dari kalangan astral yang kerajaannya runtuh dan bubar
karena tidak ada lagi para penguasa yang memiliki pengaruh dan kemampuan
mengendalikan rakyatnya dari kalangan Jin dan mahluk astral, sehingga para jin
dan mahluk astral dari kerajaan tersebut berkeliaran tanpa kendali dan tanpa
aturan, berbuat semaunya dan sebebasnya. Bahkan ada pula Raja dan Ratu Astral
yang digulingkan kekuasaannya dan beralih dikuasai oleh Astral yang jahat atau
Jin yang sesat, yang mengambil alih menjadi Rajanya atau Ratunya.
Beruntunglah mereka para penguasa
yang mendapatkan ilmu menguasai mahluk halus yang dimiliki Raja Solomon, yang
ilmu tersebut diwariskan Pada Ratu Bilqis dan kemudian diwariskan kepada para
Raja / Ratu Penguasa Mahluk astral diwilayah-wilayah tertentu, sehingga
pemerintahannya masih dapat bertahan dan rakyatnya dari kalangan astral masih
dapat dikendalikan
" Lantas bagaimana dengan
agama atau kepercayaan para peri dinegeri ini eyang Dewi…? " tanya Jaka
Indi
Sejak dulu para peri mengakui
KeEsaan Tuhan, sehingga itu yang menjadi inti ajaran dari para Peri, ... walau
tidak ada ritual peribadatan secara khusus, tapi sejak kedatangan Kanjeng Sunan
Kali Jaga ke negeri ini, kami mendapat penjelasan bahwa kepercayaan kami adalah
dasar ajaran agama Tauhid yang dibawa para nabi terdahulu termasuk yang
diajarkan oleh Raja Solomon. Lalu kanjeng Sunan Kali Jaga mengajarkan tata cara
peibadatannya, diantara ibadah sembahyang atau sholat, Pasa Sekeman (senin
kamis), Pasa tengah Wulan, Pasa Ramadhan dan seterusnya. Tapi masih cukup
banyak para peri yang tidak melakukan ritual peribadatan,
" Wali songo juga sangat
terkenal di negri astral, Konon Penguasa pantai Selatan tanah jawa, mengenal
islam lebih mendalam juga karena jasa kanjeng sunan kali jaga. Tetapi pada
dasarnya masalah keagamaan tidak diatur Penguasa dinegeri kami, itu menjadi
kebebasan setiap para peri, "
" Ouh ... pantes aku lihat
di ruang tengah Istana ada lukisan wali songo, " ...sela Jaka Indi, disebelah
lukisan sunan kali jaga, saya juga melihat lukisan raja Jawa, lukisan siapakah
itu Eyang Dewi….? "
" itu Lukisan Kanjeng Danang
Sutawijaya atau Panembahan Senopati, saat babat alas mentaok, guna Pendirian
kerajaan Mataram, Kanjeng Panembahan Senopati juga meminta bantuan beberapa
penguasa astral…"
" Ananda Jaka Indi “, kata
Dewi Nawang sari...tiba-tiba, seperti teringat akan sesuatu, yang mengakibatkan
Dewi Nawang sari beralih topik pembicaraan.
Sudah menjadi kebiasan bunda
ratu, bila ada tamu yang diundang dan berjumpa bunda ratu, akan diberikan cinderamata
sebagai kenang-kenangan, bila nanti Bunda ratu menanyakan hal yang ananda
inginkan, mintalah agar bunda ratu berkenan memberikan setetes mustika mata air
kehidupan, mustika ini dapat menyehatkan tubuh dan memanjangkan usia, atau
mintalah mustika Citra Ghaib, khasiat mustika ini adalah dapat membuat diri tak
terlihat, " kalau mustika ini digunakan tidak akan terlihat oleh manusia
maupun mahluk astral "
" Kedua mustika tersebut
akan sangat berguna untuk melindungi ananda Jaka Indi dari mara bahaya "
... Jelas Dewi Nawang Sari.
Jaka Indi merenung.... dan teringat
akan cerita gurunya Kanjeng Cakra Langit, tentang beberapa mustika istimewa yang
dicari oleh banyak orang, diantaranya adalah mustika yang dapat membuat diri
tak terlihat, disebut dengan nama Mustika Yassin 9, karena mustika ini awalnya
berasal dari tasbih yang dimiliki seorang waliyullah yang sangat taat ibadah,
dan senang berzikir, diantara zikirnya termasuk zikir ayat ke 9 surah yassin, yang
konon katanya suatu saat tanpa disadarinya saat berzikir dirinya menjadi tak
terlihat oleh orang-orang disekitarnya. Tasbih dari sang ahli ibadah tersebut,
bila dipakai oleh siapa saja, maka akan membuat diri orang tersebut tidak
terlihat oleh manusia dan bahkan juga oleh mahluk astral. Mungkinkah Mustika
Citra Gaib adalah mustika yang sama dengan Tasbih tersebut, .... fikir jaka
Indi dalam hati.
" Ananda... ! "
" Ananda.... ! "
" ada apakah...? mengapa
ananda terdiam.... ! "
" Oh... maaf eyang
Dewi...."
" masih jauhkah perjalanan
kita .... ? "
" Sebentar lagi sampai....
setelah melewati taman bunga, kita akan tiba ditujuan ".
Tak lama berhentilah kereta
tersebut, dan pintu kereta dibuka oleh prajurid pengawal kerajaan. Setelah dewi
Nawang Sari turun, berikutnya Jaka Indi turun dari kereta. Jaka Indi melihat
didepan tampak bangunan dengan arsitektur seperti rumah joglo, dengan taman dan
air mancur disekitarnya. Terlihat model atap pada bangunan pesangrahan Bunda
Ratu yang mengambil konsep doro kepak - burung dara yang mengepakkan sayapnya, hanya
saja bangunan ini lebih Indah dan megah, bahkan ukurannya 10 kali lipat lebih
besar dari bangunan umumnya yang pernah dilihat jaka Indi.
Para Pengawal disini tidak
mengenakan seragam Prajurit, hanya mengenakan seragam biasa, tapi tetap membawa
pedang khusus semacam Katana pedang jepang, hanya saja Pedang ini lebih pendek
dari katana, yang terselip pada pinggang para pengawal, tak jauh dari kereta
Jaka Indi berhenti, Jaka indi melihat kereta lain yang berisi dua wanita cantik
berbusana keraton warna hitam, sepertinya kedua wanita ini juga akan menghadiri
jamuan makan malam, demikian fikir Jaka indi....
Dewi nawang sari bergegas naik
anak tangga bangunan, yang hanya terdiri dari lima anak tangga, diikuti Jaka
Indi, dan mereka langsung menuju ruang tengah, lalu berbelok kanan ke serambi
samping, tak lama sampailah mereka di ruang besar yang terang benderang, karena
dipenuhi banyak lampu pelita yang menyala. di tengah ruang terdapat meja kayu
yang indah dan sangat panjang, diatas meja kayu tersedia berbagai jenis makanan
dari jenis buah-buahan dan berbagai perlengkapan makanan yang terbuat dari
cristal, terlihat telah banyak tamu yang hadir dan duduk di meja jamuan. Dewi
nawang sari membawa Jaka Indi menuju bagian tengah meja pada sisi barat,
mempersilahkannya duduk, disebelah pemuda berjas biru panjang, yang tidak
dikenali oleh Jaka Indi,
Dewi Nawang Sari lantas
membisikkan ditelinga jaka Indi, mereka yang hadir disini semuanya adalah
keluarga dan kerabat serta para sahabat dekat kerajaan, lalu Dewi Nawang sari
menuju kursi dekat sudut meja, pada penghujung meja terdapat kursi serupa kursi
singgasana, ...emmm...ini mungkin diperuntukan bunda Ratu, fikir Jaka Indi
Kemudian Jaka indi melihat
kedepannya, tampak beberapa Putri Bunda ratu telah hadir, terlihat mereka duduk
tidak jauh dari hadapannya, saat ia menatap Dewi Sekar Arum, Dewi sekar Arum
tersenyum sambil sedikit menganggukkan kepalanya, disebelahnya ada Dewi
Ambarwati, yang juga tersenyum padanya, lalu sebelahnya tampak Dewi Kemala,
yang terlihat tersenyum kecil seraya melambaikan tangannya, disebelah Dewi
Kemala tampak Dewi Kirana, yang mengenakan busana warna pink ..... dan kali ini
rambut panjangnya diikat, sehingga terlihat lebih manis dan segar, juga nampak
leher jenjangnya yang indah, .... hanya saja ia menatap Jaka Indi dengan mata
yang mendelik.
" qiqiqiqiqiqi....... jaka
Indi tertawa dalam hati .... Pasti dia masih marah sehubungan kejadian di
pamandian ".
Jaka Indi jadi teringat pada sahabatnya
yang bernama mas Bagus, mas Bagus pernah berkata pada jaka Indi, Ingat
baik-baik rumus kehidupan ini. " Pertama bahwa wanita tidak bisa salah, jadi
jangan pernah berselisih atau berdebat dengan wanita, lalu kalau ada wanita
yang terlihat kesal serta selalu diam saja saat ditanya sama pasangannya, itu
juga bukan salah wanitanya, tapi salah lelakinya yang gak peka dan gak bisa
ngerti "
" Jadi laki-laki harus bisa
ngerti dengan sendirinya. Pokoknya yang salah itu laki-laki....ingat yang salah
itu laki-laki... wkwkwkwkwk.......
" Rumus kehidupan
berikutnya, bahwa yang namanya Boss tidak bisa salah..... ! jadi lu sudah
pahamkan sekarang, bahwa Wanita dan boss tidak bisa salah !! ...kata mas Bagus
tegas. nah...kalau kebetulan lu... Punya Boss Wanita.... maka KELAR.. HIDUP LU
!! "... kata Mas Bagus ...sambil tertawa....
Tentu saja Jaka Indi tidak
sepenuhnya percaya perkataan temannya tersebut. Kembali Jaka Indi melihat
kearah Dewi Kirana, yang terlihat masih mendelik kearahnya. Jaka Indi lantas
merapatkan kedua tangannya didepan dada seraya sedikit menundukkan badannyanya
sebagai tanda permohonan maaf, Terlihat Dewi Kirana hanya mendengus lalu
memalingkan wajahnya....
" Wuaaah.... KELAR HIDUP
guwe nih ....wkwkwkwk.... pikir Jaka Indi. ...."
Berikutnya Jaka Indi mengalihkan
pandangannya menatap wanita disebelah Dewi Kirana, wanita tesebut juga memiliki
wajah yang masih muda dan cantik, rambutnya berwarna putih perak, dan
telinganya tampak sedikit lebih besar dari telinga umumnya, serta terlihat
meruncing pada bagian atas telinganya, ia mengenakan busana putih dengan semacam
tameng dada warna hitam, pada bajunya terdapat hiasan berbentuk Bintang warna
emas dan tampak ada dua pedang yang juga berwarna putih yang diletakkan diatas
meja didepannya. Terlihat matanya menatap kearah bangku kosong Bunda Ratu.
Ehm.... mungkin ia sedang
menunggu Bunda Ratu dan mungkin Ia Dewi Salasika, yang juga merupakan Panglima
perang kerajaan ini... fikir jaka Indi
Lalu pandangan Jaka indi
dialihkan ke Sebelah gadis rambut putih perak.... tampak dua wanita berbusana
Kraton yang tadi ditemuinya dipintu masuk, mereka tampak asik berbincang
berdua. Dalam perjamuan tidak terlihat kedua putri Bunda Ratu, yaitu Dewi
Rheena dan Dewi Yuna ....
Selanjutnya Jaka Indi melirik
pria berjas biru yang duduk disebelah kirinya, wajahnya putih pucat tapi sangat
tampan, lagaknya terkesan angkuh, badannya terlihat tinggi dan gagah, tingginya
sekitar 185 cm, Jaka indi yang setinggi 173 cm jadi terlihat kecil disisi
pemuda itu, saat pemuda tersebut membuka mulut untuk minum air yang ada
dihadapannya, terlihat ada taring kecil pada kedua sisi giginya, hampir tak
terlihat bila tidak diperhatikan dari jarak dekat.
Lalu Jaka Indi mencolek bahu
Pemuda berjas biru panjang tersebut dengan ujung jarinya, seraya mengulurkan
tangannya sambil berkata Jaka Indi, pemuda itu menyambut tangan Jaka Indi, lalu
juga berkata Corwin.
emmmm... Corwin... seperti bukan
nama asia, gumam Jaka dalam hati
Kemudian Jaka indi melihat pria
yang berada disisi sebelah kanan jaka Indi, pemuda tersebut memiliki tinggi
badan sekitar 160 cm, tapi yang uniknya badan dan wajahnya seperti menyerupai
kera, seluruh tubuh dan wajahnya dipenuhi bulu halus warna coklat keemasan,
bahkan bola matanya juga berwarna keemasan, dari pakaian yang dikenakan
terlihat bling...bling...bling...saat terkena sinar cahaya.....seperti pakaian
bangsawan mungkin lebih tepat seperti pakaian kaisar, karena ada mahkota kecil
diatas kepalanya, lagaknya Besar dan Pembawaannya terkesan sombong dan Jumawa,
Terlihat pemuda yang menyerupai
kera itu, selalu menatap wajah Putri Kemala, bahkan seperti tidak memperdulikan
keberadaan orang-orang sekitarnya.
Disebelah pemuda yang menyerupai
kera terdapatlah seseorang yang berjubah serba putih, terlihat sudah berumur
cukup lanjut, rambut dan jenggotnya yang panjang telah memutih semua, potongannya
layaknya seorang pertapa, Jaka indi dapat mengetahui kalau pertapa tersebut dan
juga dua gadis keraton yang ditemuinya saat dihalaman pesanggrahan. adalah
jenis manusia sebagaimana dirinya.
Pertapa tua itu terlihat juga menatap
Jaka Indi dengan tajam, Jaka Indi hanya melambaikan tangan sebagai tanda
sapaan,...dan dibalas dengan isyarat anggukan ringan serta tatapan mata
bersahabat.
Tak lama kemudian tampak beberapa
wanita berjalan masuk menuju meja makan istana, semua yang hadir terlihat
berdiri seketika untuk menyambut kedatangan rombongan itu, jaka Indi ikut
berdiri sambil memperhatikan mereka yang datang.
Ketika Jaka indi memalingkan
wajahnya untuk melihat rombongan yang baru hadir, terlihat beberapa wanita
cantik berbusana ala kraton yang berjalan mengiringi seorang wanita yang
berbusana sutra putih panjang dengan kerudung putih, wanita itu mengenakan
perhiasan anting dan kalung mutiara, dan terlihat sangat cantik , anggun dan
memancarkan aura kewibawaan yang kuat, sorot matanya terlihat tajam seperti
dapat menembus isi hati, usianya layaknya wanita usia tiga puluh tahunan,
Bila putri-putri bunda Ratu
memiliki kecantikan remaja yang segar dan mempesona, wanita ini memiliki
kecatikan wanita dewasa yang matang dan anggun. serta ada aura keagungan yang
meliputi dirinya.
" Apakah ia Bunda Ratu…? "
Renung Jaka indi dalam hati
" Sepertinya wanita berbaju
sutra putih panjang dan berkerudung putih itu memang bunda Ratu, walau tidak
mengenakan busana resmi kerajaan tapi tampilannya tetap terlihat Elegan ".
fikir jaka indi.
Tertampak tiga wanita yang
mengiringi bunda Ratu, dua diantaranya berbusana kraton warna hijau, sedang
yang satunya berbusana warna ungu. Saat Jaka Indi memperhatikan lebih
seksama..... ehmm,,,, tampaknya ada empat wanita yang mendampingi Bunda Ratu, hanya
saja wanita yang keempat tidak dapat dilihat secara khasat mata, tapi harus
dilihat dengan ketajaman mata bathin, baru akan terlihat keberadaannya, karena
hanya sukmanya yang mengiringi bunda ratu,
Menariknya wanita yang tidak
khasat mata itu, justru seorang bocah perempuan, tampak menggunakan busana
warna serba merah, rambutnya kecoklatan panjang sebahu diikat dengan pita
merah, bocah wanita tersebut juga memiliki paras yang elok, terlihat seperti bocah
wanita usia sembilan tahunan, walau usia masih sekitar Sembilan tahunan
lagaknya lucu dan gayanya terlihat menggemaskan, bocah itu sekujur tubuhnya
seperti diliputi nyala api, layaknya seseorang yang telah menguasai elemen api
tingkat tinggi
" Hmmm ini pasti bukan bocah
sembarangan " bathin Jaka Indi
Saat itu bocah api tersebut
justru sedang menatap jaka Indi sambil memeletkan lidahnya. Jaka indi sengaja
berpura-pura tidak melihatnya.
Terlihat bunda Ratu dan
pengiringnya langsung menuju meja jamuan, lalu bunda ratu mengambil tempat
duduk di kursi singgasana yang telah disediakan, dua wanita berbaju hijau tetap
berdiri disisi bunda ratu, sedang bocah wanita baju merah berjalan keliling
ruangan menururti kemauan hatinya sendiri, dan wanita berbusana kraton warna
ungu mengambil tempat duduk didekat Dewi Nawang Sari. Lalu bunda ratu
memberikan isyarat dengan tangan kanan, agar semua yang hadir juga turut duduk,
...dilanjutkan dengan berkata...
"maaf atas keterlambatan saya menghadiri
jamuan ". suaranya terdengar lembut dan pelan, seperti sedang dalam
keadaan kurang sehat.
" Terima kasih buat para
tamu yang sudah hadir dalam jamuan yang diadakan kerajaan Suralaya ini,
silahkan dimakan dan dinikmati apa yang telah disediakan, sambil saudara
mengemukakan apa yang menjadi maksut dan niat kedatangannya. "
Tiba-tiba sosok pemuda didekat
Jaka Indi yang wajahnya menyerupai kera dan bulunya berwarna coklat keemasan,
langsung berdiri... dan berkata....
" perkenalkan Bunda ratu,
saya adalah pangeran Abhinaya, Putra Mahkota dari kerajaan Janapada, sebelum
saya mengutarakan maksut kedatangan saya, saya akan persembahkan hadiah dari
negeri saya terlebih dahulu, sambil mengeluarkan sebuat kotak perhiasan kecil,
yang saat dibuka ternyata seluruh ruangan menjadi terang benderang, ini adalah
mustika mutiara Aruna ( mutiara pagi ) ", jelas Pangeran Abhinaya,
Dimanapun dan dalam keadaan cuaca
apapun dapat menerangi tempat dimana mutiara mustika ini diletakkan, bahkan
dalam gua yang gelap gulita sekalipun, atau bahkan dibawa kedalam dasar samudra
sekalipun akan membuat terang benderang sekitarnya seperti suasana pagi hari.
Seraya Pangeran mempersembahkan
dengan kedua tangan, .... yang kemudian tampak wanita baju ungu yang duduk
dekat bunda Ratu, berdiri lalu menuju tempat Pangeran Abhinaya dan menerima
perhiasan Mustika Mutiara Aruna tesebut, lalu diletakkan didepan meja Ratu.
Ratu hanya melirik sekejab kearah
mustika itu, lalu menutup tutup perhiasan tersebut, dan seketika cahaya terang
benderang hilang, dan suasana penerangan kembali seperti sediakala. Tampak
pangeran Abhinaya.... masih dalam posisi berdiri, dan kemudian melanjutkan
bicaranya, " mengenai maksut kedatanganku adalah....."
" Sebentar Pangeran
Abhinaya, ...... sebaiknya saudara nikmati dahulu hidangan yang ada dihadapanmu
setelah itu boleh kau utarakan keinginanmu lebih lanjut, jelas Ratu memotong
pembicaraan Pangeran Abinaya lebih lanjut,
Pangeran Abhinaya terlihat masih
tetap berdiri, lalu dengan membuka mulutnya .... sekonyong keluar angin puting
beliung kecil yang mengitari makanan dihadapannya, dan dengan sekali hisap.... angin
puting beliung kembali kemulutnya berikut seluruh makanan yang ada
dihadapannya, semua masuk kedalam mulut Pangeran Abhinaya hanya dengan sekali
hisap.
" Wow.... Ilmu yang mengagumkan,
fikir Jaka Indi "
Dewi Salasika sempat mengambil
pedang putihnya dan bangkit dari duduknya, sambil menatap tajam pada Pangeran
Abhinaya, Terlihat Bunda Ratu memberikan isyarat tangan agar Dewi Salasika
duduk kembali, Silahkan Pangeran melanjutkan apa yang ingin pangeran sampaikan.
" Sebagaimana Bunda Ratu
ketahui, kerajaan Janapada adalah kerjaan Siluman terbesar diwilayah timur,
beberapa kerajaan siluman lainnya diwilayah timur, telah bergabung dibawah
kekuasaan Kerajaan Janapada. Kalau kerajaan Janapada bisa menjadi sekutu
Kerajaan Suralaya dari para peri ini, maka kita akan menjadi sekutu yang kuat.
dan akan menjadi kerajaan yang sangat disegani. Oleh karenanya saya berniat
untuk meminang ke 7 orang putri Bunda Ratu, yaitu kelima orang putri yang hadir
disini dan juga dua orang putri yang tidak hadir disini, untuk semuanya saya
jadikan istri, dan salah satu Putri Ratu yaitu Dewi Kemala , kelak disaat saya
naik tahta menjadi Raja , akan saya Jadikan Permasuri kerajaan Janapada. "
Kata pangeran Abhinaya dengan mantap,
Sebenarnya tujuan utama
kedatangan Pangeran Abhinaya ke negeri Suryalaya adalah sebagai utusan resmi
kerajaannya untuk membangun kerjasama dan persekutuan kedua negara, sebagaimana
yang diperintahkan ayahandanya Raja Siluman Kera, Tetapi sesampainya disini,
dan melihat kecantikan kelima putri Ratu Suralaya, Pangeran Abhinaya merubah
maksut kedatangannya menjadi untuk meminang ke7 putri Bunda ratu, dalam fikiran
Pangeran Abhinaya sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, bisa dapat istri
cantik dan membangun kerjasama kedua negeri. Disisi lain di negerinya adalah
hal yang biasa seorang raja atau pangeran memiliki banyak istri, bahkan sampai
100 istri sekalipun. Setelah itu Pangeran Abhinaya duduk kembali sambil menatap
Bunda Ratu dan menanti jawabannya.
" Geragas amat nih pangeran,
mosok sih... ke 7 Putri bunda ratu mau sekaligus dijadikan istri. " ....
fikir Jaka indi
Saat Jaka Indi menatap kedepan,
terlihat Dewi Sekar arum sedang mengerutkan alisnya, Dewi Ambarwati terlihat
menatap Bunda Ratu menunggu reaksi bunda ratu, sedang Dewi Kirana dan Dewi
Salasika bangkit dari duduknya dengan tatapan mata penuh amarah kepada Pangeran
Abinaya, Sebaliknya reaksi Dewi Kemala justru hanya menahan tawa.... sambil
menutup mulutnya dengan punggung telapak tangan kanannya, mungkin ia merasa apa
yang disampaikan oleh Pangeran Abhinaya adalah hal yang lucu. Sedang dua putri
berbusana Kraton, serta sang pertapa tampak bersikap tenang tanpa menunjukan
reaksi apapun, saat jaka Indi mengalihkan perhatiannya pada pemuda bernama
Corwin, terlihat Corwin menggeratak giginya, sambil mengerutkan keningnya. wew...
bakal seru nih .... fikir jaka Indi.
Tetapi Ratu hanya tersenyum dan
memberi isyarat tangan kepada kedua putrinya yang berdiri agar duduk kembali.
“ Sebentar ya.... pangeran
Abhinaya, sebelum menjawab apa yang menjadi keinginan Pangeran Abhinaya, kita
dengarkan dahulu maksut kedatangan para tamu yang lainnya," kata bunda
ratu
Silahkan tamu lainnya
mengutarakan maksut kedatangannya ke negri Suralaya ini.
Berikutnya terlihat pemuda
berbaju mantel biru panjang yang bernama Corwin berdiri, dan mulai
memperkenalkan dirinya, Saya Pangeran Corwin, putra tunggal dari kerajaan
Bessara, Karajaan terbesar dan tertua di wilayah Utara. Bahasa Nusantara adalah
bahasa manca negara yang dikuasai oleh para penduduk negeri kami, disamping
bahasa Rumani sebagai bahasa masyarakat setempat, Jelas pemuda bernama corwin.
Kemudian Pangeran Corwin
mengeluarkan sebuah peti kecil sedikit memanjang, lalu membukanya, dan
terlihatlah sebuah pedang pendek yang seluruh bagiannya terbuat dari Es, Ini
adalah pusaka Klinge Ize, setiap benda yang terkena mata pedang ini akan
berubah menjadi es. pedang ini tidak akan meleleh sekalipun terkena cahaya
matahari atau dibakar api. Kemudian Corwin mengambil pedang tersebut dan
menyentuhkan mata pedangnya pada buah semangka yang ada dihadapannya, seketika
buah semangka itu menjadi Es, Terlihat Dewi Kemala dan Dewi Salasika
memperhatikan pedang tersebut dengan tatapan pandangan tertarik. Setelah itu pedang
dikembalikan dalam peti dan dengan kedua tangan disodorkan kehadapan Ratu, Terlihat
wanita berbaju ungu kembali menjemput peti berisi pedang itu dan menghatarnya
kehadapan ratu.
" Apakah Raja Drakula Vova
adalah ayahmu….? " tanya Bunda ratu.
" benar ratu, jawab Pangeran
Corwin seraya menganggukan kepalanya "
" lantas apa yang menjadi
maksut dan keinginanmu…? ", tanya Bunda ratu lebih lanjut.
‘ Beberapa waktu yang lalu diluar
perbatasan negeri kami, ada seorang gadis muda yang cantik rupawan yang telah
membunuh 1 kepala pengawal perbatasan, 5 prajurit dan 10 lebih serigala putih
yang telah kami latih untuk ikut menjaga luar perbatasan Kerajaan Bessara , mendengar
kabar ada kekacauan diluar perbatasan tersebut , saya segera datang bersama 30
prajurit, untuk menangkapnya, tapi justru gadis tersebut kembali melukai 10
prajurit lainnya, dan dalam pertempuran , gadis cantik itu dapat meloloskan
diri dari kepungan kami, Gadis tersebut menggunakan baju warna hitam dengan
lambang bunga wijaya kusuma pada dada sebelah kiri, dan juga pita sutra merah
yang terikat pada lengan sebelah kirinya, saya tidak tahu nama gadis tersebut,
tapi dari lambang bunga wijaya kusuma yang tersulam pada baju hitam gadis itu,
saya mengetahui kalau gadis tersebut berasal dari Kerajaan Suralaya ini.
" Apakah pangeran Corwin,
datang untuk meminta pertanggung jawaban kami…? " tanya Bunda Ratu,
menyela perkataan Pangeran Corwin
" Tidak... sama sekali
tidak, bunda ratu, saya rasa itu hanya kesalahpahaman antara penjaga luar perbatasan
Bessara dengan gadis cantik itu hingga terjadi perkelahian.
" Sebenarnya setelah melihat
gadis itu bukan hanya saya mengagumi kemampuan bela diri sang gadis , tapi juga
selalu terbayang akan kecantikan parasnya dan ke-elokan tubuhnya, "
" sudah sebulan lebih saya
gelisah karena selalu teringat dan terbayang akan gadis tersebut, "
" Kedatangan saya kemari,
adalah untuk meminang gadis cantik itu sebagai istri saya, ".... dan
dengan ijin serta bantuan Bunda ratu, tentu akan memudahkan terwujudnya impian
saya ini. Jelas Pangeran Corwin panjang lebar.
Bunda ratu tampak terdiam dan
merenung sesaat, yang kautemui itu adalah Dewi Yuna putriku yang paling bungsu.
" Mari kita dengarkan lebih
lanjut maksut dan tujuan kedatangan para tamu lainnya, " terang bunda
ratu,
Lalu dua wanita berbuasana kraton
mulai berdiri, Kami adalah Anindya dan Anindita , utusan Kraton Kasepuhan
Haryodiningrat, kami membawa beberapa bingkisan kain batik tulis khas kerajaan
kami, lalu kedua putri maju berjalan kedepan ratu dan menyerahkan bingkisan kain
batik tulis tersebut, seraya menyerahkan
sepucuk surat, sambil lanjut berkata, ini ada titipan surat dari baginda
Kasepuhan Haryodiningrat.
Bunda Ratu terlihat senang
menerima kain batik tulis dan surat tersebut, sampaikan terimakasih pada
baginda raja, besok akan saya balas suratnya dan akan dihantar pengawal
ketempat peristirahatan adinda berdua. Lalu kedua putri Kraton itu kembali ke
tempat duduknya semula.
" ehmmm.... terima pusaka
hanya melirik saja, terima kain batik tulis justru tersenyum gembira, "
renung Jaka Indi keheranan.
Wew .... semua tamu yang hadir
memberi hadiah, lantas aku mesti kasih apa nih ke bunda ratu, fikir jaka Indi
dengan perasaan bingung. Jaka Indi mulai sibuk memeriksa barang bawaannya,
dilihat ada suling bambu kuning, ah ini gak mungkin aku berikan, lantas dilihat
pula isi dompetnya hanya ada kartu kredit, kartu ATM, e-KTP, tiga lembar
seratus ribuan, lima lembar limapuluh ribuan dan sisanya uang pecahan, sama ada
struk belanja di alfa mart yang belum sempat dibuang.
Sementara Itu terlihat pria yang
tampilannya seperti Pertapa telah mulai berdiri untuk memperkenalkan diri, Jaka
Indi justru masih sibuk memikirkan hadiah apa yang akan diberikan pada bunda
ratu, Saat merogoh saku celana Jeans sebelah kanannya, Jaka Indi baru menyadari
kalau ia mempunyai Hp android Xiomi redmi 5 plus yang belum lama dibelinya saat
ada discount di Senayan City, segera Jaka Indi mengeluarkan Sim Card miliknya,
dan memindahkannya kedalam dompet, dan menghapus semua data dan aplikasi,
kecuali hanya menyisakan memori di HP yang berisi berbagai jenis musik.
" ehmmm... bawa HP disini
juga percuma, gak ada sinyalnya, juga gak ada listriknya, nanti saat pulang ke
Jakarta toh bisa beli lagi " ... fikir jaka Indi
Tiba-tiba jaka Indi dikejutkan
oleh suara, " Kalau ananda jaka Indi, apakah yang menjadi maksut dan
tujuan ananda….? ", tanya bunda Ratu kepada Jaka Indi,
Busyeeet deh.... sibuk mikir
hadiah untuk bunda ratu...... sampai gak memperhatikan apa yang diutarakan pria
pertapa tersebut, tahu-tahu sudah sampai pada gilirannya. keluh Jaka Indi dalam
hati.
Begini Bunda ratu..... Saya Jaka
Indi, saya berasal dari Indonesia yang disebut negeri katulistiwa. maksut
kedatangan saya kesini adalah untuk mencari informasi keberadaan leluhur saya
yang bernama Dewi Nawang Wulan, dan apa yang saya ingin ketahui sudah saya
dapatkan, berkat bantuan para penghuni kraton di kerajaan Suralaya ini. Sedang
mengenai hadiah, saya ada satu buah hadiah yang sederhana yang saya bawa dari
negeri saya, maka jaka Indi mengeluarkan HP androidnya, dan menyetel lagu
Bengawan Solo yang ada di memori HP tersebut, semua orang tampak terkesima
mendengar lagu itu, bahkan putri-putri ratu sampai berdiri untuk melihat lebih
jelas Hp Jaka indi, Pangeran Corwin dan pangeran Abinaya juga terlihat
terpesona atas suara lagu yang keluar dari Hp Jaka Indi, Hanya dua putri kraton
dan sang pria pertapa yang terlihat menyikapi dengan tersenyum saja.
Kemudian oleh jaka Indi
dimatikannya lagu Bengawan Solo itu, dan dihantarkannya hp tersebut kedepan
bunda ratu, seraya Jaka Indi mengajarkan cara mengaktifkan HP dan menghidupkan
lagu-lagunya
Ananda Jaka Indi, saya sangat
senang sekali dengan pemberianmu, ini sesuatu yang unik dan langka, sebenarnya
sebagai keturunan Dewi Nawang Wulan, yang juga berarti anggota keluarga
kerajaan ini, ananda tidak perlu memberi hadiah atau cinderamata apapun, ....
" Jiaaah... kenapa gak
bilang dari tadi," kata jaka Indi dalam hati.
Kemudian Bunda Ratu, membisikkan
sesuatu pada wanita cantik berbaju ungu yang duduk didekatnya, .... dan wanita
baju ungu berjalan kedalam ruangan yang tidak lama keluar kembali dengan
diikuti beberapa dayang yang membawa beberapa peti kayu kecil, setiap peti
diberikan pada para tamu yang hadir termasuk Jaka indi juga diberikan peti
tersebut, hanya saja Jaka indi menolaknya, maaf bunda ratu, atas sikap lancang
hamba yang tidak dapat menerima pemberian ini, Kalau diperkenankan hamba ingin
meminta yang lainnya.... jelas Jaka Indi...
Apa ananda juga ingin meminang
putri-putriku kata bunda Ratu sambil tersenyum...
Terlihat beberapa putri bunda
ratu tampak tersipu....
Sebaiknya nanti saja saya
kemukakan keinginan saya setelah perjamuan ini selesai, jelas Jaka Indi.
" Oouh... begitu ....
baiklah..."
" Peti yang kalian terima
adalah berisi bunga Wijaya Kusuma, bunga wijaya kusuma ini hanya tumbuh setahun
sekali dan hanya ada dinegeri kami, bunga Wijaya kusuma yang tumbuh dinegeri
kami ini bukanlah bunga wijaya kusuma biasa, tetapi tumbuhan bunga yang awalnya
jelmaan pusaka keraton Batara Kresna. titisan Wisnu "
" Raja yang berhasil
mendapatkannya dan memakannya diyakini akan membawa kejayaan bagi kerajaan yang
dipimpinnya, disamping itu ada beberapa khasiat lainnya, yaitu untuk kesehatan,
menambah wibawa, dan terhindar dari gangguan energi negatif. "
Terang Bunda Ratu panjang lebar.
Mengenai Permohonan Pangeran
Abhinaya dan Pangeran Corwin untuk bisa memperistri putri-putri kerajaan
suralaya, akan kami rembuk dahulu dengan para putri yang bersangkutan bersama
keluarga kerajaan, paling lambat besok lusa akan kami kabari, Sedang permohonan
Resi Avatara baba dari pengunungan Himalaya, agar penduduk desa disekitar
pegunungan himalaya, tidak lagi diganggu para astral dan tidak lagi ada yang
kerasukan Jin sesat, kami akan segera mengirim utusan dua Peri Pelindung
Istana, untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Sedang prihal pesan melalui surat
dari Raja Kasepuhan haryodiningrat, yang disampaikan oleh Anindya dan Anindita,
surat balasannya akan dihantar besok pagi oleh pengawal istana ketempat
peristirahatan kalian berdua,
Buat para tamu undangan dan
putri-putriku silahkah beristirahat ketempat masing-masing, karena hari sudah
semakin larut, beberapa tamu lantas pamit berdiri dan meninggalkan ruang
jamuan, menuju kereta kencana masing-masing.
Bersambung ...
No comments:
Post a Comment