Photo

Photo

Tuesday 14 May 2019

Jaka Indi Dan Dunia Astral, Bagian 2


Bunda Ratu

Tiba-tiba jaka Indi mendorong dan menyentakan tubuh Achitya, " Huuaahhhh..... kamu manusia.... kamu bukan peri…! seru Jaka Indi, sambil menatap wajah Achitya dengan terheran-heran "

Benar sekali tuan, aku manusia..... seratus persen manusia, bukan bangsa Peri, bukankah aku sudah memperlihatkan tanda pada tubuhku bahwa aku memiliki pusar.... tapi karena tuan masih belum mengenalinya, maka aku memeluk tuan,..... agar tuan mengerti bahwa aku memiliki hawa tubuh yang hangat dan panas, seperti manusia umumnya, bukan berhawa tubuh dingin seperti bangsa Peri ....

Spontan Jaka Indi menepuk Jidatnya... dan teringat saat melihat Dewi Kirana dipemandian yang tidak memiliki pusar, ehmmm....mengapa tadi aku tidak memperhatikan pusarnya Achitya... fikir Jaka Indi ....

" Ouwh...iya...." aku mengerti.... maaf.... atas kekurang tanggapanku, dan tolong panggil aku dengan sebutan Jaka Indi saja, kenakanlah kembali pakaianmu dan duduklah, kata Jaka Indi seraya mempersilahkan Achitya duduk disatu-satunya kursi yang tersedia, sedang Jaka Indi duduk diatas dipan tempat tidurnya....

" coba ceritakan maksut kedatanganmu…?  " dan apakah kepala prajurit tidak mencari keberadaanmu..... bila kau tidak terlihat bertugas…? " tanya jaka Indi.

Achitya segera mengenakan kembali bajunya... lalu menarik kursinya untuk lebih mendekat ke-dipan tempat Jaka Indi duduk kemudian ia duduk persis berhadapan dengan jaka Indi.

" Tuan ... eh...… mas Jaka indi….Kebetulan hari ini giliranku berjaga di-Paviliun Kaputran ( Paviliun Pria ) , dan pada saat waktu ashar adalah saatnya petugas lain yang menggantikanku, .... Karena aku tadi kebetulan melihat tuan... eh Mas jaka, berjalan bersama Tuan putri Dewi Kemala menuju kemari.....  maka ..... setelah selesai bertugas aku berusaha menemui mas Jaka indi" ...terang Achitya.

" Sebenarnya aku kemari ingin meminta pertolongan sama Mas Jaka Indi..... seraya menatap dengan pandangan penuh harap. "

Sesaat Jaka Indi bangun dari duduknya, ... serta mengambil air dari kendi yang tersedia di meja, ....dan menuangkannya dalam cangkir didekatnya,... lalu memberikan cangkir tersebut pada Achitya....

" minumlah.... nafasmu masih nampak memburu...dan wajahmu juga masih terlihat pucat.... minumlah...tenangkan dirimu dahulu ".

Achitya segera menyambut cangkir pemberian Jaka Indi, dan segera meminumnya, " terima kasih.... Begini Mas jaka.... setelah sekian puluh tahun saya tidak pernah melihat mahluk yang menyerupaiku.... tiba-tiba mengetahui dan melihat ada mahluk yang sama dan sejenis denganku... tentu saja aku merasa sangat senang dan sangat berdebar.... debar....." jelas Achitya "

" Ehm...bagaimanakah kamu bisa berada di negeri para peri ini….? " tanya Jaka indi


" Menurut cerita ibu angkatku Peri Dewi Wening. Pada sekitar tahun 1949, pernah terjadi bencana meletusnya Gunung Merapi yang mengakibatkan candi-candi dan pemukiman penduduk yang berada di kawasan Jawa Tengah bagian selatan terkubur abu vulkanik . Banyak sekali yang menjadi korban saat itu, saat terjadinya peristiwa tersebut, ibu angkatku, Peri Dewi Wening, sedang berada dilokasi kejadian, dan ibu angkatku menemukanku yang telah tertimbun oleh sebahagian lumpur vulkanik, .... dan berusaha menyelamatku,..... kemudian membawaku ke alam Peri dan merawatku layaknya putrinya sendiri…." Jelas Achitya panjang lebar..."

" apa....Sembilan belas empat sembilan ....? " bukankah itu berarti usiamu saat ini sudah 70 tahun ! " benarkah ceritamu itu.... " tanya Jaka Indi terkejut "

" tentu saja benar " tapi kami disini secara jasmani selalu muda, dan kami disini dapat hidup hingga ratusan tahun, bahkan ada yang mencapai usia seribu tahun lebih...., " terang Achitya sambil tersenyum. hingga terlihat kedua lesung pipitnya yang menambah manis wajahnya.

Kemudian lanjutnya....." Perihal mengapa para peri selalu awet muda, .... Aku juga pernah menanyakan hal ini pada ibu angkatku, Peri Dewi Wening, " hal tersebut kutanyakan saat suatukali aku diajak ke negeri astral lain, disana kulihat dan kutemui beberapa mahluk astral yang telah berusia lanjut, berambut putih dan berkulit keriput, yang menjadi fikiranku mengapa para peri dan kami yang tinggal di negeri ini tidak ada yang terlihat tua…? " kata ibu angkatku, .... sebenarnya mahluk astral dan bahkan para Peri, secara jasmani juga bisa bertambah tua, dan kulitnya juga bisa menjadi keriput, " hanya saja ..... ini dikarenakan Leluhur kami dari para Peri telah menemukan mata air keabadian, cukup minum setetes air akan menyehatkan badan, menyembuhkan berbagai penyakit, menguatkan tulang, bahkan dapat meremajakan kulit. .... serta mempercantik wajah. aku pernah minum setetes mata air keabadian tersebut, yang diberikan ibu angkatku saat aku masih kecil, oleh karenanya aku juga sama seperti para peri yang lainnya. "

" Ibu angkatku bisa memberikan aku air tersebut, karena beliau masih kerabat kraton dan menjabat Kepala rumah tangga istana. "

Jaka Indi termenung sesaat.... ia ingat almarhum ayahnya pernah bercerita tentang keberadaan mata air keabadian yang disebut dengan sebutan Ainul Hayat, yang menurut legenda konon air tersebut berasal dari tetesan Air Sorga yang jatuh kebumi, dan konon Kanjeng Nabi Khidir as pernah pula meminumnya,

" Apakah mata air keabadian tersebut juga berada dinegeri ini…? " Tanya Jaka Indi dengan rasa ingin tahu.

" Mata Air Keabadian justru berada dinegeri tuan " yang dahulu kala disebut dengan nama negeri Atlantis, sebelum negeri tersebut hilang dari permukaan, tapi mengenai tempat persisnya dimana, aku kurang tahu. Kata Ibu angkatku..... dahulu kala, keberadaan mata air keabadian ini dicari tidak hanya oleh bangsa manusia.... bahkan juga dicari oleh para mahluk astral termasuk bangsa Jin dan para Peri. konon katanya, selain para peri dari bangsa kami, adapula beberapa bangsa mahluk astral lainnya yang juga pernah meminum air keabadian ini, .... diantaranya Ratu Pantai Selatan dan ..... tiba-tiba Achitya maju sambil membisikan sebuah nama ....... ketelinga Jaka Indi, yang membuat jaka indi terkejut, karena nama yang disebut ini bahkan lebih terkenal dari nama Ratu Pantai Selatan. "

" Lantas apakah para peri yang lain, yang berada dinegeri ini juga minum air keabadian tersebut…? " tanya Jaka Indi lebih lanjut

" Leluhur para peri yang menemukan telaga mata air keabadian tersebut, dahulunya tidak hanya minum setetes, tapi mereka minum sekenyangnya, dan juga mandi sepuasnya, Jadi keturunannya yang minum dari air susu para peri tersebut, dengan sendirinya juga awet muda dan cantik-cantik serta dapat berusia panjang, sekalipun tidak meminum air keabadian tersebut secara langsung, saat ini air mata keabadian ditempat kami, yang dahulu pernah dibawa leluhur kami, hanya tinggal tersisa seukuran satu botol minyak wangi, tersimpan diruang perbendaharaan istana, dan hanya lima orang saja yang bisa memasukinya, yaitu Bunda Ratu, tiga sesepuh Peri yang juga menjabat Penasihat Bunda Ratu, dan Ibu angkatku Dewi Wening, selaku kepala Rumah tangga Istana.

" Mas Jaka Indi.... sebenarnya maksut kedatanganku menjumpai mas Jaka, adalah untuk memohon bantuan Mas Jaka, " aku ingin kembali kenegeri asalku kenegrinya mas jaka, untuk mencaritahu apakah masih ada keluargaku atau keturunannya, bagaimanapun asal duniaku bukanlah dunia yang saat ini kutempati, aku pernah memohon pada ibu angkatku agar membawaku keduania asalku, tapi ibu angkatku justru terlihat sedih dan hanya diam membisu saja. "

" iya aku mengerti ".... kata Jaka Indi, aku akan membantumu dan membawamu kedunia asalku,....dengan catatan... ibu angkatmu mengijinkannya, Bagaimanapun Peri Dewi Wengilah yang mengasuhmu selama ini, jadi mintalah ijin padanya.

Achitya tampak termenung sedih dan terdiam sesaat.... Saat itu cuaca mulai redup karena malam menjelang, lalu Jaka Indi menuju meja dan memegang sumbu lilin dengan ujung ibu jari dan jari telunjuknya, dengan sedikit menyalurkan energi panas pada kedua jarinya, maka seketika menyalalah lilin itu.... api lilin terlihat menyala cukup terang, .... cukup menerangi kamar yang Jaka Indi tempati.

Achitya masih termenung tanpa memperhatikan kalau lilin sudah dinyalakan. lalu jaka Indi kembali duduk keatas dipan,.... " nanti aku akan ikut bantu meminta ijin pada ibu angkatmu... " jelas jaka Indi....

Tidak tuan.... ibu angkatku pasti tidak akan mengijinkannya, aku sangat mengenal sifat ibu angkatku...sudah berkali-kali aku memohonnya...tapi tidak pernah diijinkannya...... " tolonglah tuan....aku sudah 70 tahun mendampingi ibu angkatku...setidaknya ....beri aku kesempatan untuk menegenal negeri asalku dan menemui keluargaku yang sebenarnya atau mengetahui keberadaan keturunannya. " pinta Achitya

Jaka Indi.... mulai garuk...garuk...kepala... sambil berfikir.... Ia belum lama menjanjikan Dewi Kirana untuk mengajak kedunianya, sekarang giliran Achitya yang ingin kedunianya, hanya saja ...kalau difikir-fikir...Achitya ini adalah memang manusia.... bukan bangsa Peri.

Baiklah..... " kamu ingin berangkat kapan ….? " tanya Jaka Indi.....

" terima kasih Mas jaka Indi " ....sambil maju menubruk memeluk jaka Indi, dengan penuh rasa haru dan terima kasih. lalu melepaskan pelukannya sambil berkata, .... " semakin cepat bisa berangkat, tentu akan semakin baik, "

" Apakah buktinya bahwa aku bisa mempercayai semua kata-katamu, dan bahwa kamu kelak tidak berbuat sesuatu yang bisa membahayakan manusia yang berada diduniaku," tanya Jaka Indi untuk memastikan.

Tiba-tiba Achitya mengambil tangan Jaka Indi dan meletakkan telapak tangan Jaka Indi di dadanya sebelah kiri, sedang telapak tangan Achitya yang satunya diletakan didada sebelah kiri Jaka Indi, ..... " coba dengar dan rasakan detak jantungku tuan, bukankah jantung kita sama, yaitu terletak didada sebelah kiri, berbeda dengan bangsa peri yang Jantungnya terletak di dada sebelah kanan. dan detak jantung kita berdetak jauh lebih cepat dari detak jantung bangsa Peri, .... yang mana detak jantung para peri , berdetak dengan sangat lambat " Terang Achitya sambil menatap mata Jaka Indi.  Itu artinya sesabagai sesama manusia, aku tidak berniat jahat pada mahluk sejenisku.

Kali ini Jaka Indi kembali dapat merasakan dada Achitya yang lembut dan kenyal, bahkan dirasakan langsung oleh telapak tangannya, .... perlahan Jaka Indi menarik tangannya, seraya berfikir.... Sepertinya para wanita dinegeri ini terlalu bersifat lugas kepada lawan jenis, dan sepertinya kurang memahami batasan-batasan hubungan antara pria dan wanita.

" Berapa lama lagikah makan malam akan diadakan "  tanya Jaka Indi ..... mengalihkan topik pembicaraan.

" Sekitar dua jam lagi dari sekarang" bila Jam pasir telah mencapai garis ini, sambil jari Achitya menunjuk tanda garis ke delapan pada jam pasir, dan terdengar suara kentongan dipukul sebanyak tiga kali " terang Achitya, Berarti masih cukup waktu untuk berbincang lebih lanjut, fikir Jaka Indi dalam hati.

Bisakah nona Achitya menjelaskan tentang Bunda Ratu dan keadaan Istana serta para peri dinegeri ini.
" iya ...Bisa.... katanya perlahan "
Seraya Achitya bangkit berdiri dan pindah ikut duduk diatas dipan, persis merapat di sebelah Jaka Indi

" Negeri ini selalu dipimpin oleh kaum wanita, dan pemimpin Tertinggi adalah Bunda Ratu "

Bunda Ratu memiliki 7 orang Putri, 4 diantara para putri tersebut telah ditemui oleh mas Jaka Indi. "

" Siapa yang telah kutemui dan siapa yang belum…? " tanya jaka Indi, dengan rasa Ingin tahu.

" Dewi Sekar Arum yang menjabat sebagai kepala pengawas Kerajaan adalah putri pertama bunda ratu, Dewi Kemala yang memiliki paras rupawan dan bola mata kemerahan adalah putri ketiga, lalu dewi Ambarwati yang bersahaja, adalah putri keempat. dan berikutnya Dewi Kirana yang sifatnya angin-anginan yang mas Jaka temui dipemandian, adalah putri kelima. masih ada Dewi Reena Putri kedua, Dewi Salasika putri ke enam dan Dewi Yuna, yang merupakan putri bunda Ratu yang paling cantik, yang merupaka putri ke tujuh, disamping itu adapula tiga Peri penasehat istana, satu Peri kepala rumah tangga Istana dan sembilan Peri Pelindung Istana, mereka semua langsung berada dibawah perintah Bunda ratu, sedang jabatan yang lainnya dibawah kepemimpinan 7 putri Bunda Ratu..”

Kemudian Achitya mendekatkan bibirnya ketelinga Jaka Indi, " Dari ke tujuh Putri Ratu, Putri ke 2, ke 3 dan ke 7 adalah yang paling tinggi ilmu kesaktiannya, dan putri kedua adalah yang paling menakutkan watak dan kepribadiannya, " terang Achitya sambil memelankan suaranya.

" menakutkan bagaimana….? " tanya Jaka indi penasaran.

Ia menyukai seseorang yang berilmu tinggi, untuk diambil energi dan dihisap hawa murninya, lalu setelah itu dibunuhnya, ia senang mengenakan baju motif kembang, dan ada seruling, yang terselip dipinggangnya.... dan dapat menghipnotis siapapun dengan tiupan serulingnya, dan tidak segan membunuh orang yang tidak disukainya, bahkan saudari-saudarinya juga segan kepadanya, berhati-hatilah dan menjauhlah bila Mas Jaka menemuinya.

Sedang Dewi Salasika.... putri ke 6 adalah Juga Panglima dari para Pasukan pengawal Kerajaan, seseorang yang tegas dan disiplin. Kalau Putri Dewi Yuna, aku kurang mengenalnya, karena ia gemar berpetualang dan mengembara, jadi jarang sekali berada di istana,

" Ehmm... nona Achitya , terima kasih atas semua penjelasannya, informasi ini sangat membantu sekali, tapi mengingat sebentar lagi jam delapan atau waktu makan malam akan tiba, sebaiknya segeralah nona kembali untuk mempersiapkan perbekalan yang akan dibawa, nanti sebelum Jam 12 malam kembalilah kesini, berikutnya Paman hamzah yang nanti akan menghantar Nona Achitya ke dunia asalku.

" Siapakah Paman Hamzah yang kau maksut….? " tanya Achitya

" beliau pamanku yang ikut bersamaku ke negeri astral ini, Jelas Jaka Indi singkat…."

Lalu Achitya bangkit dan mengenakan kembali pakaian prajuritnya berikut perlengkapannya, kemudian dilanjutkan membuka pintu untuk pergi keluar.... sebelum keluar, ia membalikan badannya dan menatap Jaka Indi, serta mengedipkan sebelah matanya dengan jari telunjuk diacungkan kemuka dan dengan mimik lucu, seraya berkata.... " awass.... jangan ingkar janji ya... ! ". dilanjutkan dengan menutup pintu dari luar.... lalu pergi berlalu ....


Sepeninggal Achitya...

Jaka Indi mengambil air wudhu, yang kemudian dilanjutkan dengan sholat mahgrib jamak dengan sholat isya. Setiap dalam perjalanan jaka indi biasa menjamak sholatnya. Sehabis sholat dilanjutkan dengan wirid membaca tasbih, tahmid, takbir, sholawat, istigfar,.... lalu dilanjutkan pula dengan meditasi ...

Tak lama terdengarlah suara kentongan dipukul tiga kali.... Jaka indi kemudian menyelesaikan meditasinya, lalu mengambil Keris Kyai Sengkelat dari atas meja dan meletakan dibawah tumpukan pakaian dalam lemari pakaiannya, serta mengambil Suling bambu kuningnya dan menyembunyikannya dibalik pakaiannya. Jadi Hanya suling bambu kuningnya saja yang Jaka indi bawa.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pada pintu kamar... silahkan masuk, pintu tidak dikunci.... "seru Jaka Indi. "

Lalu masuklah seorang wanita berkulit putih yang ayu dan anggun menggunakan busana kraton. dilihat dari usianya seperti wanita berusia 28 tahun, perawakannya cendrung mungil seperti putri kraton solo. Wanita tersebut menatap wajah Jaka Indi sesaat ..... lalu mendekat dan mengenggam kedua telapak tangan Jaka Indi, dan berkata dengan suara sedikit bergetar

" Raden jaka indi, saya adalah Dewi Nawang Sari, adik kandung dari Dewi Nawang Wulan "

Jaka Indi terkejut ketika mengetahui kalau saudara leluhurnya masih hidup.... dan bisa menjumpainya, maka Jaka indi menundukan badannya dan mencium punggung tangan kanan Dewi Nawang Sari, ... Dewi Nawang Sari lantas mengangkat bahu jaka Indi dan menariknya dalam dekapan.... sambil menepuk-nepuk punggung jaka Indi, layaknya seseorang yang baru bertemu kerabat yang telah lama terpisah....

Jaka Indi dapat merasakan aroma harum kayu Cendana dari tubuh Dewi Nawang Sari, tubuhnya terasa lembut seperti gumpalan kapas ....

" Tiba-tiba Dewi Nawang Sari melepaskan pelukannya dan berkata.... ayo kita berangkat ke Istana sekarang, nanti kita bisa berbincang selama dalam perjalanan"
lalu digandengnya tangan Jaka Indi, keluar kamar.
diluar tampak kereta kencana warna putih yg ditarik oleh dua ekor kuda warna putih, yang pada kedua kening kuda tersebut terdapat sebuah tanduk.
(Ehm.... ini seperti unicorn....pikir Jaka Indi)
didepan kereta kencana terdapat seorang Prajurit wanita dan seorang kusir yang juga wanita,

Lantas Dewi nawang Sari membuka pintu kereta dan mempersilahkan jaka Indi naik, tapi jaka Indi menolak naik sebelum Dewi nawang sari naik keatas kereta terlebih dahulu,
maka naiklah Dewi Nawang sari yang kemudian diikuti oleh jaka Indi.
didalam kereta terlihat dinding dan langit-langit kereta yang berwarna putih, dan pada dinding terdapat dua buah penerangan semacam lampu pelita, terdapat pula dua kursi beludru warna merah yang saling berhadapan.

Jaka Indi duduk saling berhadapan dengan Dewi Nawang Sari, seraya merenung..... Leluhurnya Jaka Tarub hidup pada abad ke 17, yang artinya bila Dewi Nawang Sari adalah adik kandung Dewi Nawang Wulan, maka berarti peri yang dihadapinya saat ini sudah berusia sekitar 300 tahun. ...umur 300 tahun tapi tetap awet muda layaknya gadis usia 28 tahun.....wow.... amazing.... pikir Jaka Indi,

Sementara Dewi Nawang Sari masih menatap dan memperhatikan wajah Jaka indi.... kemudian ia berkata memecah keheningan, ... Raden....! Dari tujuh peri yang saat itu mandi di SENDANG TELOGO BIDADARI " yang berada di DUKUH SREMAN , hanya tinggal aku seorang yang masih hidup "

" Apakah kamu mengetahui kisah Jaka tarub dan tujuh bidadari tersebut… ? " tanya Dewi nawang sari

" Iya Eyang Dewi..... jawab Jaka Indi dengan hormat "
" Eyang Dewi....
" bisakah aku suatu saat diajak berziarah kemakam eyang Dewi Nawang Wulan,....? "
" Iya ... hanya saja... makam para peri tidak seperti layaknya manusia... jawab Dewi Nawang Sari sambil merenung sesaat, "

" Raden... apakah Raden sudah memiliki istri…? " Tanya Dewi nawang sari

" Belum eyang dewi..... " Jawab jaka Indi agak terbata.

Emmm.... bila mengetahui kamu belum beristri, sangat mungkin Bunda Ratu akan menjodohkanmu dengan salah satu putrinya. kata Dewi Nawang Sari, sambil tersenyum kecil.

Oh.. iya.... berita kedatanganmu ke negri ini telah menyebar luas dikalangan penduduk kerajaan ini, bahkan juga menjadi perbincangan para peri termasuk dari peri kalangan rakyat jelata.

" Siapakah yang membawamu ke negeri ini…? karena kalau hanya dengan cara meraga sukma, sepertinya tidak akan mungkin bisa sampai kenegeri ini, terlebih Raden juga tidak sedang dalam keadaan meraga sukma, " tanya Dewi Nawang sari seraya menatap Jaka Indi.

" Dengan menunggang Khodam Macan Putih Eyang Dewi, " Jawab jaka Indi,

"Ouuh.... Leres....pantes .... " Dahulu kala... saat .... negeri Peri ini mengalami peperangan dengan Negri astral lain, Prabu Brawijaya pernah meminjamkan Dua khodam macan putihnya untuk membantu Negeri kami, dan sebagai penghormatan atas jasa khodam Macan tersebut, maka kami membuatkan Patung Macan Putih dari batu pualam putih pada kedua sisi gerbang utama Istana. " terang Dewi Nawang sari

Oh begitu toh... sebabnya, kata jaka indi dalam hati,

" Eyang dewi.... maaf... mengapa kereta ini terkadang berjalan didarat tapi terkadang terasa melayang diudara…? "

Iya..... saat ini ada perubahan rencana pertemuan, kita tidak akan menuju istana tapi akan menuju Pesanggrahan Bunda Ratu yang berada disisi utara negeri ini, Adakalanya kereta terasa melayang karena kita harus terbang melewati hutan dan danau.

Jaka Indi ... jadi teringat dengan Khodamnya Harimau Macan Putih, yang juga dapat melompati kawasan perhutanan dan juga bisa melompati sungai yang luas dan bahkan lompatannya dapat menjangkau sejauh mata memandang, Ternyata Kuda putih bertanduk ( Unicorn ) yang digunakan untuk menarik kereta kencana ini juga dapat melakukan seperti yang dilakukan paman harimaunya.

" Begini ananda Raden Jaka Indi,  aku akan ceritakan sedikit sejarah terkait keadaan negeri para peri dinegeri ini." agar setidaknya ananda mengerti sejarah yang terjadi dalam dunia astral

Dahulu kala disaat Raja Solomon atau yang dikenal juga dengan nama Kanjeng Nabi Sulaiman as masih berkuasa .... kami para mahluk astral termasuk Jin dan para Peri hidup secara tertib dalam keteraturan dibawah satu Pemerintahan, yaitu dibawah kepemimpinan Raja Solomon dan Ratu Balqis,

" Sepeninggal Raja Solomon dan Ratu Balqis.... beberapa kerajaan astral yang tadinya masih berada dalam satu naungan dan satu kerajaan ....satu persatu mulai memisahkan diri... tidak sedikit raja-raja kecil dari kalangan astral yang kerajaannya runtuh dan bubar karena tidak ada lagi para penguasa yang memiliki pengaruh dan kemampuan mengendalikan rakyatnya dari kalangan Jin dan mahluk astral, sehingga para jin dan mahluk astral dari kerajaan tersebut berkeliaran tanpa kendali dan tanpa aturan, berbuat semaunya dan sebebasnya. Bahkan ada pula Raja dan Ratu Astral yang digulingkan kekuasaannya dan beralih dikuasai oleh Astral yang jahat atau Jin yang sesat, yang mengambil alih menjadi Rajanya atau Ratunya.

Beruntunglah mereka para penguasa yang mendapatkan ilmu menguasai mahluk halus yang dimiliki Raja Solomon, yang ilmu tersebut diwariskan Pada Ratu Bilqis dan kemudian diwariskan kepada para Raja / Ratu Penguasa Mahluk astral diwilayah-wilayah tertentu, sehingga pemerintahannya masih dapat bertahan dan rakyatnya dari kalangan astral masih dapat dikendalikan

" Lantas bagaimana dengan agama atau kepercayaan para peri dinegeri ini eyang Dewi…? " tanya Jaka Indi

Sejak dulu para peri mengakui KeEsaan Tuhan, sehingga itu yang menjadi inti ajaran dari para Peri, ... walau tidak ada ritual peribadatan secara khusus, tapi sejak kedatangan Kanjeng Sunan Kali Jaga ke negeri ini, kami mendapat penjelasan bahwa kepercayaan kami adalah dasar ajaran agama Tauhid yang dibawa para nabi terdahulu termasuk yang diajarkan oleh Raja Solomon. Lalu kanjeng Sunan Kali Jaga mengajarkan tata cara peibadatannya, diantara ibadah sembahyang atau sholat, Pasa Sekeman (senin kamis), Pasa tengah Wulan, Pasa Ramadhan dan seterusnya. Tapi masih cukup banyak para peri yang tidak melakukan ritual peribadatan,

" Wali songo juga sangat terkenal di negri astral, Konon Penguasa pantai Selatan tanah jawa, mengenal islam lebih mendalam juga karena jasa kanjeng sunan kali jaga. Tetapi pada dasarnya masalah keagamaan tidak diatur Penguasa dinegeri kami, itu menjadi kebebasan setiap para peri, "

" Ouh ... pantes aku lihat di ruang tengah Istana ada lukisan wali songo, " ...sela Jaka Indi, disebelah lukisan sunan kali jaga, saya juga melihat lukisan raja Jawa, lukisan siapakah itu Eyang Dewi….? "

" itu Lukisan Kanjeng Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati, saat babat alas mentaok, guna Pendirian kerajaan Mataram, Kanjeng Panembahan Senopati juga meminta bantuan beberapa penguasa astral…"

" Ananda Jaka Indi “, kata Dewi Nawang sari...tiba-tiba, seperti teringat akan sesuatu, yang mengakibatkan Dewi Nawang sari beralih topik pembicaraan.

Sudah menjadi kebiasan bunda ratu, bila ada tamu yang diundang dan berjumpa bunda ratu, akan diberikan cinderamata sebagai kenang-kenangan, bila nanti Bunda ratu menanyakan hal yang ananda inginkan, mintalah agar bunda ratu berkenan memberikan setetes mustika mata air kehidupan, mustika ini dapat menyehatkan tubuh dan memanjangkan usia, atau mintalah mustika Citra Ghaib, khasiat mustika ini adalah dapat membuat diri tak terlihat, " kalau mustika ini digunakan tidak akan terlihat oleh manusia maupun mahluk astral "

" Kedua mustika tersebut akan sangat berguna untuk melindungi ananda Jaka Indi dari mara bahaya " ... Jelas Dewi Nawang Sari.

Jaka Indi merenung.... dan teringat akan cerita gurunya Kanjeng Cakra Langit, tentang beberapa mustika istimewa yang dicari oleh banyak orang, diantaranya adalah mustika yang dapat membuat diri tak terlihat, disebut dengan nama Mustika Yassin 9, karena mustika ini awalnya berasal dari tasbih yang dimiliki seorang waliyullah yang sangat taat ibadah, dan senang berzikir, diantara zikirnya termasuk zikir ayat ke 9 surah yassin, yang konon katanya suatu saat tanpa disadarinya saat berzikir dirinya menjadi tak terlihat oleh orang-orang disekitarnya. Tasbih dari sang ahli ibadah tersebut, bila dipakai oleh siapa saja, maka akan membuat diri orang tersebut tidak terlihat oleh manusia dan bahkan juga oleh mahluk astral. Mungkinkah Mustika Citra Gaib adalah mustika yang sama dengan Tasbih tersebut, .... fikir jaka Indi dalam hati.

" Ananda... ! "
" Ananda.... ! "
" ada apakah...? mengapa ananda terdiam.... ! "

" Oh... maaf eyang Dewi...."
" masih jauhkah perjalanan kita .... ? "

" Sebentar lagi sampai.... setelah melewati taman bunga, kita akan tiba ditujuan ".

Tak lama berhentilah kereta tersebut, dan pintu kereta dibuka oleh prajurid pengawal kerajaan. Setelah dewi Nawang Sari turun, berikutnya Jaka Indi turun dari kereta. Jaka Indi melihat didepan tampak bangunan dengan arsitektur seperti rumah joglo, dengan taman dan air mancur disekitarnya. Terlihat model atap pada bangunan pesangrahan Bunda Ratu yang mengambil konsep doro kepak - burung dara yang mengepakkan sayapnya, hanya saja bangunan ini lebih Indah dan megah, bahkan ukurannya 10 kali lipat lebih besar dari bangunan umumnya yang pernah dilihat jaka Indi.

Para Pengawal disini tidak mengenakan seragam Prajurit, hanya mengenakan seragam biasa, tapi tetap membawa pedang khusus semacam Katana pedang jepang, hanya saja Pedang ini lebih pendek dari katana, yang terselip pada pinggang para pengawal, tak jauh dari kereta Jaka Indi berhenti, Jaka indi melihat kereta lain yang berisi dua wanita cantik berbusana keraton warna hitam, sepertinya kedua wanita ini juga akan menghadiri jamuan makan malam, demikian fikir Jaka indi....

Dewi nawang sari bergegas naik anak tangga bangunan, yang hanya terdiri dari lima anak tangga, diikuti Jaka Indi, dan mereka langsung menuju ruang tengah, lalu berbelok kanan ke serambi samping, tak lama sampailah mereka di ruang besar yang terang benderang, karena dipenuhi banyak lampu pelita yang menyala. di tengah ruang terdapat meja kayu yang indah dan sangat panjang, diatas meja kayu tersedia berbagai jenis makanan dari jenis buah-buahan dan berbagai perlengkapan makanan yang terbuat dari cristal, terlihat telah banyak tamu yang hadir dan duduk di meja jamuan. Dewi nawang sari membawa Jaka Indi menuju bagian tengah meja pada sisi barat, mempersilahkannya duduk, disebelah pemuda berjas biru panjang, yang tidak dikenali oleh Jaka Indi,

Dewi Nawang Sari lantas membisikkan ditelinga jaka Indi, mereka yang hadir disini semuanya adalah keluarga dan kerabat serta para sahabat dekat kerajaan, lalu Dewi Nawang sari menuju kursi dekat sudut meja, pada penghujung meja terdapat kursi serupa kursi singgasana, ...emmm...ini mungkin diperuntukan bunda Ratu, fikir Jaka Indi

Kemudian Jaka indi melihat kedepannya, tampak beberapa Putri Bunda ratu telah hadir, terlihat mereka duduk tidak jauh dari hadapannya, saat ia menatap Dewi Sekar Arum, Dewi sekar Arum tersenyum sambil sedikit menganggukkan kepalanya, disebelahnya ada Dewi Ambarwati, yang juga tersenyum padanya, lalu sebelahnya tampak Dewi Kemala, yang terlihat tersenyum kecil seraya melambaikan tangannya, disebelah Dewi Kemala tampak Dewi Kirana, yang mengenakan busana warna pink ..... dan kali ini rambut panjangnya diikat, sehingga terlihat lebih manis dan segar, juga nampak leher jenjangnya yang indah, .... hanya saja ia menatap Jaka Indi dengan mata yang mendelik.

" qiqiqiqiqiqi....... jaka Indi tertawa dalam hati .... Pasti dia masih marah sehubungan kejadian di pamandian ".

Jaka Indi jadi teringat pada sahabatnya yang bernama mas Bagus, mas Bagus pernah berkata pada jaka Indi, Ingat baik-baik rumus kehidupan ini. " Pertama bahwa wanita tidak bisa salah, jadi jangan pernah berselisih atau berdebat dengan wanita, lalu kalau ada wanita yang terlihat kesal serta selalu diam saja saat ditanya sama pasangannya, itu juga bukan salah wanitanya, tapi salah lelakinya yang gak peka dan gak bisa ngerti "

" Jadi laki-laki harus bisa ngerti dengan sendirinya. Pokoknya yang salah itu laki-laki....ingat yang salah itu laki-laki... wkwkwkwkwk.......

" Rumus kehidupan berikutnya, bahwa yang namanya Boss tidak bisa salah..... ! jadi lu sudah pahamkan sekarang, bahwa Wanita dan boss tidak bisa salah !! ...kata mas Bagus tegas. nah...kalau kebetulan lu... Punya Boss Wanita.... maka KELAR.. HIDUP LU !! "... kata Mas Bagus ...sambil tertawa....

Tentu saja Jaka Indi tidak sepenuhnya percaya perkataan temannya tersebut. Kembali Jaka Indi melihat kearah Dewi Kirana, yang terlihat masih mendelik kearahnya. Jaka Indi lantas merapatkan kedua tangannya didepan dada seraya sedikit menundukkan badannyanya sebagai tanda permohonan maaf, Terlihat Dewi Kirana hanya mendengus lalu memalingkan wajahnya....
" Wuaaah.... KELAR HIDUP guwe nih ....wkwkwkwk.... pikir Jaka Indi. ...."

Berikutnya Jaka Indi mengalihkan pandangannya menatap wanita disebelah Dewi Kirana, wanita tesebut juga memiliki wajah yang masih muda dan cantik, rambutnya berwarna putih perak, dan telinganya tampak sedikit lebih besar dari telinga umumnya, serta terlihat meruncing pada bagian atas telinganya, ia mengenakan busana putih dengan semacam tameng dada warna hitam, pada bajunya terdapat hiasan berbentuk Bintang warna emas dan tampak ada dua pedang yang juga berwarna putih yang diletakkan diatas meja didepannya. Terlihat matanya menatap kearah bangku kosong Bunda Ratu.

Ehm.... mungkin ia sedang menunggu Bunda Ratu dan mungkin Ia Dewi Salasika, yang juga merupakan Panglima perang kerajaan ini... fikir jaka Indi

Lalu pandangan Jaka indi dialihkan ke Sebelah gadis rambut putih perak.... tampak dua wanita berbusana Kraton yang tadi ditemuinya dipintu masuk, mereka tampak asik berbincang berdua. Dalam perjamuan tidak terlihat kedua putri Bunda Ratu, yaitu Dewi Rheena dan Dewi Yuna ....

Selanjutnya Jaka Indi melirik pria berjas biru yang duduk disebelah kirinya, wajahnya putih pucat tapi sangat tampan, lagaknya terkesan angkuh, badannya terlihat tinggi dan gagah, tingginya sekitar 185 cm, Jaka indi yang setinggi 173 cm jadi terlihat kecil disisi pemuda itu, saat pemuda tersebut membuka mulut untuk minum air yang ada dihadapannya, terlihat ada taring kecil pada kedua sisi giginya, hampir tak terlihat bila tidak diperhatikan dari jarak dekat.

Lalu Jaka Indi mencolek bahu Pemuda berjas biru panjang tersebut dengan ujung jarinya, seraya mengulurkan tangannya sambil berkata Jaka Indi, pemuda itu menyambut tangan Jaka Indi, lalu juga berkata Corwin.

emmmm... Corwin... seperti bukan nama asia, gumam Jaka dalam hati

Kemudian Jaka indi melihat pria yang berada disisi sebelah kanan jaka Indi, pemuda tersebut memiliki tinggi badan sekitar 160 cm, tapi yang uniknya badan dan wajahnya seperti menyerupai kera, seluruh tubuh dan wajahnya dipenuhi bulu halus warna coklat keemasan, bahkan bola matanya juga berwarna keemasan, dari pakaian yang dikenakan terlihat bling...bling...bling...saat terkena sinar cahaya.....seperti pakaian bangsawan mungkin lebih tepat seperti pakaian kaisar, karena ada mahkota kecil diatas kepalanya, lagaknya Besar dan Pembawaannya terkesan sombong dan Jumawa,

Terlihat pemuda yang menyerupai kera itu, selalu menatap wajah Putri Kemala, bahkan seperti tidak memperdulikan keberadaan orang-orang sekitarnya.

Disebelah pemuda yang menyerupai kera terdapatlah seseorang yang berjubah serba putih, terlihat sudah berumur cukup lanjut, rambut dan jenggotnya yang panjang telah memutih semua, potongannya layaknya seorang pertapa, Jaka indi dapat mengetahui kalau pertapa tersebut dan juga dua gadis keraton yang ditemuinya saat dihalaman pesanggrahan. adalah jenis manusia sebagaimana dirinya.

Pertapa tua itu terlihat juga menatap Jaka Indi dengan tajam, Jaka Indi hanya melambaikan tangan sebagai tanda sapaan,...dan dibalas dengan isyarat anggukan ringan serta tatapan mata bersahabat.

Tak lama kemudian tampak beberapa wanita berjalan masuk menuju meja makan istana, semua yang hadir terlihat berdiri seketika untuk menyambut kedatangan rombongan itu, jaka Indi ikut berdiri sambil memperhatikan mereka yang datang.

Ketika Jaka indi memalingkan wajahnya untuk melihat rombongan yang baru hadir, terlihat beberapa wanita cantik berbusana ala kraton yang berjalan mengiringi seorang wanita yang berbusana sutra putih panjang dengan kerudung putih, wanita itu mengenakan perhiasan anting dan kalung mutiara, dan terlihat sangat cantik , anggun dan memancarkan aura kewibawaan yang kuat, sorot matanya terlihat tajam seperti dapat menembus isi hati, usianya layaknya wanita usia tiga puluh tahunan,

Bila putri-putri bunda Ratu memiliki kecantikan remaja yang segar dan mempesona, wanita ini memiliki kecatikan wanita dewasa yang matang dan anggun. serta ada aura keagungan yang meliputi dirinya.

" Apakah ia Bunda Ratu…? " Renung Jaka indi dalam hati

" Sepertinya wanita berbaju sutra putih panjang dan berkerudung putih itu memang bunda Ratu, walau tidak mengenakan busana resmi kerajaan tapi tampilannya tetap terlihat Elegan ". fikir jaka indi.

Tertampak tiga wanita yang mengiringi bunda Ratu, dua diantaranya berbusana kraton warna hijau, sedang yang satunya berbusana warna ungu. Saat Jaka Indi memperhatikan lebih seksama..... ehmm,,,, tampaknya ada empat wanita yang mendampingi Bunda Ratu, hanya saja wanita yang keempat tidak dapat dilihat secara khasat mata, tapi harus dilihat dengan ketajaman mata bathin, baru akan terlihat keberadaannya, karena hanya sukmanya yang mengiringi bunda ratu,

Menariknya wanita yang tidak khasat mata itu, justru seorang bocah perempuan, tampak menggunakan busana warna serba merah, rambutnya kecoklatan panjang sebahu diikat dengan pita merah, bocah wanita tersebut juga memiliki paras yang elok, terlihat seperti bocah wanita usia sembilan tahunan, walau usia masih sekitar Sembilan tahunan lagaknya lucu dan gayanya terlihat menggemaskan, bocah itu sekujur tubuhnya seperti diliputi nyala api, layaknya seseorang yang telah menguasai elemen api tingkat tinggi

" Hmmm ini pasti bukan bocah sembarangan " bathin Jaka Indi

Saat itu bocah api tersebut justru sedang menatap jaka Indi sambil memeletkan lidahnya. Jaka indi sengaja berpura-pura tidak melihatnya.

Terlihat bunda Ratu dan pengiringnya langsung menuju meja jamuan, lalu bunda ratu mengambil tempat duduk di kursi singgasana yang telah disediakan, dua wanita berbaju hijau tetap berdiri disisi bunda ratu, sedang bocah wanita baju merah berjalan keliling ruangan menururti kemauan hatinya sendiri, dan wanita berbusana kraton warna ungu mengambil tempat duduk didekat Dewi Nawang Sari. Lalu bunda ratu memberikan isyarat dengan tangan kanan, agar semua yang hadir juga turut duduk, ...dilanjutkan dengan berkata...

 "maaf atas keterlambatan saya menghadiri jamuan ". suaranya terdengar lembut dan pelan, seperti sedang dalam keadaan kurang sehat.

" Terima kasih buat para tamu yang sudah hadir dalam jamuan yang diadakan kerajaan Suralaya ini, silahkan dimakan dan dinikmati apa yang telah disediakan, sambil saudara mengemukakan apa yang menjadi maksut dan niat kedatangannya. "

Tiba-tiba sosok pemuda didekat Jaka Indi yang wajahnya menyerupai kera dan bulunya berwarna coklat keemasan, langsung berdiri... dan berkata....

" perkenalkan Bunda ratu, saya adalah pangeran Abhinaya, Putra Mahkota dari kerajaan Janapada, sebelum saya mengutarakan maksut kedatangan saya, saya akan persembahkan hadiah dari negeri saya terlebih dahulu, sambil mengeluarkan sebuat kotak perhiasan kecil, yang saat dibuka ternyata seluruh ruangan menjadi terang benderang, ini adalah mustika mutiara Aruna ( mutiara pagi ) ", jelas Pangeran Abhinaya,

Dimanapun dan dalam keadaan cuaca apapun dapat menerangi tempat dimana mutiara mustika ini diletakkan, bahkan dalam gua yang gelap gulita sekalipun, atau bahkan dibawa kedalam dasar samudra sekalipun akan membuat terang benderang sekitarnya seperti suasana pagi hari.

Seraya Pangeran mempersembahkan dengan kedua tangan, .... yang kemudian tampak wanita baju ungu yang duduk dekat bunda Ratu, berdiri lalu menuju tempat Pangeran Abhinaya dan menerima perhiasan Mustika Mutiara Aruna tesebut, lalu diletakkan didepan meja Ratu.

Ratu hanya melirik sekejab kearah mustika itu, lalu menutup tutup perhiasan tersebut, dan seketika cahaya terang benderang hilang, dan suasana penerangan kembali seperti sediakala. Tampak pangeran Abhinaya.... masih dalam posisi berdiri, dan kemudian melanjutkan bicaranya, " mengenai maksut kedatanganku adalah....."

" Sebentar Pangeran Abhinaya, ...... sebaiknya saudara nikmati dahulu hidangan yang ada dihadapanmu setelah itu boleh kau utarakan keinginanmu lebih lanjut, jelas Ratu memotong pembicaraan Pangeran Abinaya lebih lanjut,

Pangeran Abhinaya terlihat masih tetap berdiri, lalu dengan membuka mulutnya .... sekonyong keluar angin puting beliung kecil yang mengitari makanan dihadapannya, dan dengan sekali hisap.... angin puting beliung kembali kemulutnya berikut seluruh makanan yang ada dihadapannya, semua masuk kedalam mulut Pangeran Abhinaya hanya dengan sekali hisap.

" Wow.... Ilmu yang mengagumkan, fikir Jaka Indi "

Dewi Salasika sempat mengambil pedang putihnya dan bangkit dari duduknya, sambil menatap tajam pada Pangeran Abhinaya, Terlihat Bunda Ratu memberikan isyarat tangan agar Dewi Salasika duduk kembali, Silahkan Pangeran melanjutkan apa yang ingin pangeran sampaikan.

" Sebagaimana Bunda Ratu ketahui, kerajaan Janapada adalah kerjaan Siluman terbesar diwilayah timur, beberapa kerajaan siluman lainnya diwilayah timur, telah bergabung dibawah kekuasaan Kerajaan Janapada. Kalau kerajaan Janapada bisa menjadi sekutu Kerajaan Suralaya dari para peri ini, maka kita akan menjadi sekutu yang kuat. dan akan menjadi kerajaan yang sangat disegani. Oleh karenanya saya berniat untuk meminang ke 7 orang putri Bunda Ratu, yaitu kelima orang putri yang hadir disini dan juga dua orang putri yang tidak hadir disini, untuk semuanya saya jadikan istri, dan salah satu Putri Ratu yaitu Dewi Kemala , kelak disaat saya naik tahta menjadi Raja , akan saya Jadikan Permasuri kerajaan Janapada. " Kata pangeran Abhinaya dengan mantap,

Sebenarnya tujuan utama kedatangan Pangeran Abhinaya ke negeri Suryalaya adalah sebagai utusan resmi kerajaannya untuk membangun kerjasama dan persekutuan kedua negara, sebagaimana yang diperintahkan ayahandanya Raja Siluman Kera, Tetapi sesampainya disini, dan melihat kecantikan kelima putri Ratu Suralaya, Pangeran Abhinaya merubah maksut kedatangannya menjadi untuk meminang ke7 putri Bunda ratu, dalam fikiran Pangeran Abhinaya sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, bisa dapat istri cantik dan membangun kerjasama kedua negeri. Disisi lain di negerinya adalah hal yang biasa seorang raja atau pangeran memiliki banyak istri, bahkan sampai 100 istri sekalipun. Setelah itu Pangeran Abhinaya duduk kembali sambil menatap Bunda Ratu dan menanti jawabannya.

" Geragas amat nih pangeran, mosok sih... ke 7 Putri bunda ratu mau sekaligus dijadikan istri. " .... fikir Jaka indi

Saat Jaka Indi menatap kedepan, terlihat Dewi Sekar arum sedang mengerutkan alisnya, Dewi Ambarwati terlihat menatap Bunda Ratu menunggu reaksi bunda ratu, sedang Dewi Kirana dan Dewi Salasika bangkit dari duduknya dengan tatapan mata penuh amarah kepada Pangeran Abinaya, Sebaliknya reaksi Dewi Kemala justru hanya menahan tawa.... sambil menutup mulutnya dengan punggung telapak tangan kanannya, mungkin ia merasa apa yang disampaikan oleh Pangeran Abhinaya adalah hal yang lucu. Sedang dua putri berbusana Kraton, serta sang pertapa tampak bersikap tenang tanpa menunjukan reaksi apapun, saat jaka Indi mengalihkan perhatiannya pada pemuda bernama Corwin, terlihat Corwin menggeratak giginya, sambil mengerutkan keningnya. wew... bakal seru nih .... fikir jaka Indi.

Tetapi Ratu hanya tersenyum dan memberi isyarat tangan kepada kedua putrinya yang berdiri agar duduk kembali.

“ Sebentar ya.... pangeran Abhinaya, sebelum menjawab apa yang menjadi keinginan Pangeran Abhinaya, kita dengarkan dahulu maksut kedatangan para tamu yang lainnya," kata bunda ratu

Silahkan tamu lainnya mengutarakan maksut kedatangannya ke negri Suralaya ini.

Berikutnya terlihat pemuda berbaju mantel biru panjang yang bernama Corwin berdiri, dan mulai memperkenalkan dirinya, Saya Pangeran Corwin, putra tunggal dari kerajaan Bessara, Karajaan terbesar dan tertua di wilayah Utara. Bahasa Nusantara adalah bahasa manca negara yang dikuasai oleh para penduduk negeri kami, disamping bahasa Rumani sebagai bahasa masyarakat setempat, Jelas pemuda bernama corwin.

Kemudian Pangeran Corwin mengeluarkan sebuah peti kecil sedikit memanjang, lalu membukanya, dan terlihatlah sebuah pedang pendek yang seluruh bagiannya terbuat dari Es, Ini adalah pusaka Klinge Ize, setiap benda yang terkena mata pedang ini akan berubah menjadi es. pedang ini tidak akan meleleh sekalipun terkena cahaya matahari atau dibakar api. Kemudian Corwin mengambil pedang tersebut dan menyentuhkan mata pedangnya pada buah semangka yang ada dihadapannya, seketika buah semangka itu menjadi Es, Terlihat Dewi Kemala dan Dewi Salasika memperhatikan pedang tersebut dengan tatapan pandangan tertarik. Setelah itu pedang dikembalikan dalam peti dan dengan kedua tangan disodorkan kehadapan Ratu, Terlihat wanita berbaju ungu kembali menjemput peti berisi pedang itu dan menghatarnya kehadapan ratu.

" Apakah Raja Drakula Vova adalah ayahmu….? " tanya Bunda ratu.

" benar ratu, jawab Pangeran Corwin seraya menganggukan kepalanya "

" lantas apa yang menjadi maksut dan keinginanmu…? ", tanya Bunda ratu lebih lanjut.


‘ Beberapa waktu yang lalu diluar perbatasan negeri kami, ada seorang gadis muda yang cantik rupawan yang telah membunuh 1 kepala pengawal perbatasan, 5 prajurit dan 10 lebih serigala putih yang telah kami latih untuk ikut menjaga luar perbatasan Kerajaan Bessara , mendengar kabar ada kekacauan diluar perbatasan tersebut , saya segera datang bersama 30 prajurit, untuk menangkapnya, tapi justru gadis tersebut kembali melukai 10 prajurit lainnya, dan dalam pertempuran , gadis cantik itu dapat meloloskan diri dari kepungan kami, Gadis tersebut menggunakan baju warna hitam dengan lambang bunga wijaya kusuma pada dada sebelah kiri, dan juga pita sutra merah yang terikat pada lengan sebelah kirinya, saya tidak tahu nama gadis tersebut, tapi dari lambang bunga wijaya kusuma yang tersulam pada baju hitam gadis itu, saya mengetahui kalau gadis tersebut berasal dari Kerajaan Suralaya ini.

" Apakah pangeran Corwin, datang untuk meminta pertanggung jawaban kami…? " tanya Bunda Ratu, menyela perkataan Pangeran Corwin

" Tidak... sama sekali tidak, bunda ratu, saya rasa itu hanya kesalahpahaman antara penjaga luar perbatasan Bessara dengan gadis cantik itu hingga terjadi perkelahian.

" Sebenarnya setelah melihat gadis itu bukan hanya saya mengagumi kemampuan bela diri sang gadis , tapi juga selalu terbayang akan kecantikan parasnya dan ke-elokan tubuhnya, "

" sudah sebulan lebih saya gelisah karena selalu teringat dan terbayang akan gadis tersebut, "

" Kedatangan saya kemari, adalah untuk meminang gadis cantik itu sebagai istri saya, ".... dan dengan ijin serta bantuan Bunda ratu, tentu akan memudahkan terwujudnya impian saya ini. Jelas Pangeran Corwin panjang lebar.

Bunda ratu tampak terdiam dan merenung sesaat, yang kautemui itu adalah Dewi Yuna putriku yang paling bungsu.

" Mari kita dengarkan lebih lanjut maksut dan tujuan kedatangan para tamu lainnya, " terang bunda ratu,

Lalu dua wanita berbuasana kraton mulai berdiri, Kami adalah Anindya dan Anindita , utusan Kraton Kasepuhan Haryodiningrat, kami membawa beberapa bingkisan kain batik tulis khas kerajaan kami, lalu kedua putri maju berjalan kedepan ratu dan menyerahkan bingkisan kain batik tulis tersebut,  seraya menyerahkan sepucuk surat, sambil lanjut berkata, ini ada titipan surat dari baginda Kasepuhan Haryodiningrat.

Bunda Ratu terlihat senang menerima kain batik tulis dan surat tersebut, sampaikan terimakasih pada baginda raja, besok akan saya balas suratnya dan akan dihantar pengawal ketempat peristirahatan adinda berdua. Lalu kedua putri Kraton itu kembali ke tempat duduknya semula.

" ehmmm.... terima pusaka hanya melirik saja, terima kain batik tulis justru tersenyum gembira, " renung Jaka Indi keheranan.

Wew .... semua tamu yang hadir memberi hadiah, lantas aku mesti kasih apa nih ke bunda ratu, fikir jaka Indi dengan perasaan bingung. Jaka Indi mulai sibuk memeriksa barang bawaannya, dilihat ada suling bambu kuning, ah ini gak mungkin aku berikan, lantas dilihat pula isi dompetnya hanya ada kartu kredit, kartu ATM, e-KTP, tiga lembar seratus ribuan, lima lembar limapuluh ribuan dan sisanya uang pecahan, sama ada struk belanja di alfa mart yang belum sempat dibuang.

Sementara Itu terlihat pria yang tampilannya seperti Pertapa telah mulai berdiri untuk memperkenalkan diri, Jaka Indi justru masih sibuk memikirkan hadiah apa yang akan diberikan pada bunda ratu, Saat merogoh saku celana Jeans sebelah kanannya, Jaka Indi baru menyadari kalau ia mempunyai Hp android Xiomi redmi 5 plus yang belum lama dibelinya saat ada discount di Senayan City, segera Jaka Indi mengeluarkan Sim Card miliknya, dan memindahkannya kedalam dompet, dan menghapus semua data dan aplikasi, kecuali hanya menyisakan memori di HP yang berisi berbagai jenis musik.

" ehmmm... bawa HP disini juga percuma, gak ada sinyalnya, juga gak ada listriknya, nanti saat pulang ke Jakarta toh bisa beli lagi " ... fikir jaka Indi

Tiba-tiba jaka Indi dikejutkan oleh suara, " Kalau ananda jaka Indi, apakah yang menjadi maksut dan tujuan ananda….? ", tanya bunda Ratu kepada Jaka Indi,

Busyeeet deh.... sibuk mikir hadiah untuk bunda ratu...... sampai gak memperhatikan apa yang diutarakan pria pertapa tersebut, tahu-tahu sudah sampai pada gilirannya. keluh Jaka Indi dalam hati.

Begini Bunda ratu..... Saya Jaka Indi, saya berasal dari Indonesia yang disebut negeri katulistiwa. maksut kedatangan saya kesini adalah untuk mencari informasi keberadaan leluhur saya yang bernama Dewi Nawang Wulan, dan apa yang saya ingin ketahui sudah saya dapatkan, berkat bantuan para penghuni kraton di kerajaan Suralaya ini. Sedang mengenai hadiah, saya ada satu buah hadiah yang sederhana yang saya bawa dari negeri saya, maka jaka Indi mengeluarkan HP androidnya, dan menyetel lagu Bengawan Solo yang ada di memori HP tersebut, semua orang tampak terkesima mendengar lagu itu, bahkan putri-putri ratu sampai berdiri untuk melihat lebih jelas Hp Jaka indi, Pangeran Corwin dan pangeran Abinaya juga terlihat terpesona atas suara lagu yang keluar dari Hp Jaka Indi, Hanya dua putri kraton dan sang pria pertapa yang terlihat menyikapi dengan tersenyum saja.

Kemudian oleh jaka Indi dimatikannya lagu Bengawan Solo itu, dan dihantarkannya hp tersebut kedepan bunda ratu, seraya Jaka Indi mengajarkan cara mengaktifkan HP dan menghidupkan lagu-lagunya

Ananda Jaka Indi, saya sangat senang sekali dengan pemberianmu, ini sesuatu yang unik dan langka, sebenarnya sebagai keturunan Dewi Nawang Wulan, yang juga berarti anggota keluarga kerajaan ini, ananda tidak perlu memberi hadiah atau cinderamata apapun, ....

" Jiaaah... kenapa gak bilang dari tadi," kata jaka Indi dalam hati.

Kemudian Bunda Ratu, membisikkan sesuatu pada wanita cantik berbaju ungu yang duduk didekatnya, .... dan wanita baju ungu berjalan kedalam ruangan yang tidak lama keluar kembali dengan diikuti beberapa dayang yang membawa beberapa peti kayu kecil, setiap peti diberikan pada para tamu yang hadir termasuk Jaka indi juga diberikan peti tersebut, hanya saja Jaka indi menolaknya, maaf bunda ratu, atas sikap lancang hamba yang tidak dapat menerima pemberian ini, Kalau diperkenankan hamba ingin meminta yang lainnya.... jelas Jaka Indi...

Apa ananda juga ingin meminang putri-putriku kata bunda Ratu sambil tersenyum...

Terlihat beberapa putri bunda ratu tampak tersipu....

Sebaiknya nanti saja saya kemukakan keinginan saya setelah perjamuan ini selesai, jelas Jaka Indi.

" Oouh... begitu .... baiklah..."

" Peti yang kalian terima adalah berisi bunga Wijaya Kusuma, bunga wijaya kusuma ini hanya tumbuh setahun sekali dan hanya ada dinegeri kami, bunga Wijaya kusuma yang tumbuh dinegeri kami ini bukanlah bunga wijaya kusuma biasa, tetapi tumbuhan bunga yang awalnya jelmaan pusaka keraton Batara Kresna. titisan Wisnu "

" Raja yang berhasil mendapatkannya dan memakannya diyakini akan membawa kejayaan bagi kerajaan yang dipimpinnya, disamping itu ada beberapa khasiat lainnya, yaitu untuk kesehatan, menambah wibawa, dan terhindar dari gangguan energi negatif. "

Terang Bunda Ratu panjang lebar.

Mengenai Permohonan Pangeran Abhinaya dan Pangeran Corwin untuk bisa memperistri putri-putri kerajaan suralaya, akan kami rembuk dahulu dengan para putri yang bersangkutan bersama keluarga kerajaan, paling lambat besok lusa akan kami kabari, Sedang permohonan Resi Avatara baba dari pengunungan Himalaya, agar penduduk desa disekitar pegunungan himalaya, tidak lagi diganggu para astral dan tidak lagi ada yang kerasukan Jin sesat, kami akan segera mengirim utusan dua Peri Pelindung Istana, untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Sedang prihal pesan melalui surat dari Raja Kasepuhan haryodiningrat, yang disampaikan oleh Anindya dan Anindita, surat balasannya akan dihantar besok pagi oleh pengawal istana ketempat peristirahatan kalian berdua,

Buat para tamu undangan dan putri-putriku silahkah beristirahat ketempat masing-masing, karena hari sudah semakin larut, beberapa tamu lantas pamit berdiri dan meninggalkan ruang jamuan, menuju kereta kencana masing-masing.

Bersambung ...

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...