Photo

Photo

Thursday, 16 May 2019

Jaka Indi Dan Dunia Astral, Bagian 6


Dewi Yuna
Siapakah Jaka indi ...

Jaka Indi adalah seorang anak Indigo yang merupakan keturunan Jaka Tarub dan Dewi Nawang Wulan

Sebagai anak Indigo, ia punya beberapa kemampuan seperti kemampuan Telepati ( komunikasi lewat fikiran ) , Raga Sukma atau Astral Projection, Mediumship ( berkomunikasi dengan mahluk astral ) dan Telekinetik ( mampu menggerakkan benda dari jarak tertentu )

Sedang mengenai kepribadian, Jaka Indi orangnya agak introvert tapi pribadinya cukup supel, berjiwa sosial, luhur budi dan keterbukaan tangannya sungguh diatas rata-rata kebanyakan orang, kadang Jaka Indi suka merenung dalam waktu yang lama, walau memiliki wajah yang lumayan tampan dan postur yang ideal, tapi Jaka Indi sedikit bodoh dalam urusan wanita, dalam dunia nyata tak pernah satu wanitapun dipacarinya, mungkin karena ia juga enggan dan malas mendekati wanita. atau memang kurang percaya diri

Sifatnya, kadang acuh tak acuh, suka bertindak berdasar suasana hatinya, apapun persoalan yang sedang dihadapi, selama yang dilakukannya tidak merugikan orang lain, ia tak pernah ambil perduli.

Mencuri, membunuh, berzina, berjudi, kriminal, mabuk dan narkoba adalah hal yang pantang dilakukan Jaka Indi. Bahkan Jaka indi juga pantang menyakiti hewan.

Jaka Indi juga punya kebiasaan, yang ia lakukan setiap saat, diantaranya sedekah pagi. Jaka Indi biasa memberi sedekah dipagi hari, pada dhuafa atau pemulung yang ditemuinya sebelum ia pergi beraktifitas, untuk ukuran pemuda dijamannya ia terhitung pemuda sederhana bahkan keadaannya saat ini bisa dibilang kekurangan materi.

Sesungguhnya ia bisa saja hidup serba kecukupan, orang-tuanya adalah orang yang kaya raya, orang tuanya almarhum mewariskan beberapa petak tanah, toko, dan beberapa rumah tinggal, Seorang yang kaya raya karena mewarisi harta keluarganya bila tiba-tiba menjadi hidup kekurangan secara materi, maka hanya ada tiga alasan, pertama karena dia malas, kedua karena dia bodoh, ketiga memang nasibnya yang tidak bagus.

Jaka Indi tidaklah terhitung bodoh, pekerjaan yang bisa dilakukan olehnya, jauh lebih bagus daripada umumnya orang. Misalnya, dalam bidang pendidikan, ia bisa menyelesaikan pendidikan S1 dalam waktu kurang dari empat tahun, ia juga menguasai beberapa bahasa asing dan bahasa daerah.

Dalam hal Beladiri, dari Pencak silat, Karate, Aikido pernah dipelajariny .dan dikuasainya dengan cukup baik.

Bila kau sahabatnya dan kebetulan mengunjunginya, ia tak segan memuliakanmu, dengan menyuguhkan kopi atau teh panas dan beberapa kudapan serta mengolah masakan enak dengan tangannya sendiri, membuat nasi goreng spesial dan ayam panggang serta ikan bakar adalah salah satu keahliannya, Bila kau mencicipi masakannya, tanggung selama hidup tak akan kau lupakan. Kepandaiannya memasak tidak kalah dari kepandaian Chef ternama.

Iapun bisa memetik gitar sambil membawakan lagu Klasik, Pop atau Rock, Bahkan lagu lagunya Beatles dan lagu dangdutnya Rhoma Irama ia juga menguasainya.

Kecuali melahirkan anak, pekerjaan apapun sepertinya, masih bisa ia lakukan. Diapun tidak terhitung malas. Dari berdagang, kerja kantoran, sampai Pekerjaan Ojek On-Line juga pernah dilakukannya. Lalu, kenapa Jaka Indi bisa kekurangan secara materi.

Ketika bekerja untuk pertama kalinya, ia membuka Toko sembako, Waktu itu dia baru terjun ke dunia usaha, baru selesai menjalankan masa berkabung karena kematian orang tuanya, rumah dan asetnya sebahagian besar dikasihkan pada kakak perempuan satu-satunya, dan sisa asetnya, yang dijual ada yang diberikan kepada sanak keluarga dan kerabatnya yang miskin, juga ada yang dibagikan pada tetangganya yang kekurangan, ia hanya menyisakan rumah kecil sederhana yang merupakan rumah pertama yang dimiliki orang tuanya, dan beberapa pusaka warisan leluhurnya serta ada sisa uangnya yang dipakai buat usaha toko sembako, hanya saja Jaka Indi tidak pernah tega dengan pembelinya, bila pembelinya orang yang kurang mampu, seringkali diberikan harga yang sangat murah, jauh dibawah harga yang seharusnya, bahkan ada yang dibebaskan dari pembayaran, kalau ada yang berhutang, seringkali ia tidak tega menagihnya, hanya dalam kurun waktu singkat, toko sembakonya gulung tikar.

Saat ia lulus sarjana hukum, ia diterima bekerja di kantor pengacara yang cukup ternama, tetapi ketika ada klien kantornya dari pengusaha terpandang, yang meminta diurus perceraiannya, justru dinasehati panjang lebar oleh Jaka indi untuk tidak bercerai, saat datang Perusahaan ternama meminta dibela dalam perkara penggelapan pajak, justru kliennya dimakinya sehingga banyak klien Perusahaan yang tidak lagi memakai jasa Firma Hukumnya, dan membuat Jaka indi didepak dari tempat kerjanya.

Berikutnya Jaka indi bekerja sebagai driver ojek on line, Pelanggannya yang berusia lanjut, ibu hamil, bocah kecil dan pelajar acap kali digratiskannya, sehingga tidak jarang ia harus nombok untuk menutup biaya bensin dan makan siangnya, beberapa teman dan kerabatnya bahkan ada yang mengatakan kalau ia rada tolol dan suka bertindak bodoh, tapi Jaka Indi tak pernah menyesali atas apa yang dilakukannya. Ia memang senang melakukan sesuatu berdasar suasana hatinya.

Saat anak-anak Jaka indi pernah tinggal di pedesaan dirumah kakeknya, di suatu tempat di pinggir Sungai Bengawan Solo, disanalah kemudian ia pertama kali bertemu dengan Kanjeng Cakra Langit yang akhirnya menjadi guru spiritualnya.

Sebenarnya gurunya Kanjeng Cakra Langit memberi tugas padanya agar mencari kakak seperguruannya yang bernama Panji Dewantoro, Panji Dewantoro adalah murid pertama dari Kanjeng Cakra Langit yang pergi kedunia astral tapi tidak pernah kembali lagi kedunia asalnya.

Jaka indi kebetulan juga ingin mencari jejak leluhurnya Dewi Nawang Wulan, hanya saja karena kesibukannya dalan masalah duniawi, jaka indi belum sempat melakukan petualangan kedunia astral, baru kali ini, setelah tamat kuliah dan belum ada lagi pekerjaan tetap Jaka Indi punya cukup waktu untuk berkelana didunia astral.

Jaka Indi sungguh tidak menyangka dalam perjalanannya kedunia astral kali ini, ia akan sampai kenegeri para peri, dan wanita tercantik dari kalangan peri di Kerajaan Suralaya saat ini justru sudah menjadi istrinya dan berada dalam pelukannya.

Pagi ini cuaca terasa nyaman dan matahari tampak bersinar cerah, spoi angin pagi bertup lembut membawa udara segar membelai tubuh. Jaka Indi tengah duduk bersantai diteras kecil depan kamarnya, sambil membaca kitab kecil yang berisi catatan penting peninggalan leluhurnya. keindahan bunga-bunga mawar di sekelilingnya yang sedang harum bermekaran, pemandangan pagi yang cerah nan indah. Tak jua mampu mengalihkan pandangan Jaka Indi dari keseriusan yang mendalan atas bacaannya.

Bunga-bunga mawar semakin bersinar dan harum mewangi, semua bunga mengundang kumbang untuk menghisap madunya, musim penghujan memang telah berlalu, dan musim semi telah menjelang, cuaca di musim ini cenderung hangat dan ramah. Oleh karena itu, banyak binatang dan tumbuhan yang bereproduksi di musim ini.

Kali ini Jaka Indi telah menyelesaikan bacaannya, namun berkali-kali di carinya, Ia masih belum juga menemukan cara mengatasi " hubungan badan " dengan mahluk astral yang tidak mengakibatkan kematian, tapi dalam bab meditasi ada perihal mengatur pernafasan dan cara membuka maupun menutup hawa murni, serta ada pula perihal menghimpun dan menyalurkan hawa murni, dalam hal menghimpun hawa murni sekaligus menutup hawa murni adalah merupakan pertahanan dari kemungkinan tersedotnya hawa murni oleh pihak lawan, sedang menghimpun hawa murni juga dapat meningkatkan daya tahan kekebalan tubuh, mungkinkah menutup hawa murni merupakan cara mengatasinya, renung Jaka Indi seraya tersenyum gembira

Terlihat secangkir teh hangat tersaji diatas meja, Jaka Indi mulai mengambil posisi duduk menghadap halaman, sambil meneguk secawan teh hangat, teh disini tidak disajikan dengan menggunakan gula pasir, melainkan disajikan dengan gula aren ( gula merah ),  tapi walau dengan gula aren, Jaka Indi sangat menikmatinya. .

" Selamat pagi, istriku...," ucapnya sambil tersenyum dan menatap seorang wanita cantik, berjalan menuju teras depan kamar, dengan membawa dua mangkuk bubur sarang burung walet ditangannya.

" Apa seperti inikah, diduniamu.... dimana seorang istri umumnya bersikap pada suaminya, menyediakan sarapan pagi, menyiapkan teh hangat, dan menemani suami ngobrol, berbincang….? " tanya Dewi Yuna sambil tersipu manis.

Senyum Jaka indi cerah mengembang " ya... itulah yang kebanyakan diharapkan para suami diduniaku atas sikap istrinya.

" Istri yang tidak pernah mau menyiapkan sarapan, bangun selalu kesiangan, Suami berangkat bekerja bahkan masih lelap diatas ranjang, tentu bukan hal yang menggembirakan buat sang suami…" terang Jaka indi dengan tertawa ringan

Dewi Yuna hanya tersenyum manis.

“ Duduklah disebelahku sini temani aku minum the “

" Tapi aku tidak minum teh, Raden, aku lebih suka minum sari buah atau air madu " Ujar Dewi Yuna

Kembali Jaka Indi tersenyum. " Aku tahu. Tapi menemani minum teh tidak mesti harus ikut minum teh…"

" Aku akan menemanimu sarapan bubur saja, ucap dewi Yuna dengan tawa ceria, seraya mengambil duduk disebelah Jaka indi.

Jaka Indi tertawa lebar. Ia tahu, suami istri yang sering duduk bersama, walau hanya saling diam sekalipun, akan menambah kemesraan hubungan mereka. Bila membayangkan istrinya yang cantik dan keadaannya saat ini, hatinya lantas terasa manis,

Sebenarnya cita-cita Jaka Indi tidaklah terlalu istimewa, Ia hanya berharap suatu saat bisa memperistri gadis kembang desa, tinggal di kaki pegunungan yang hijau dengan udara yang bersih, punya sepetak sawah dan perkebunan kecil sendiri, tinggal dirumah yang mungil dan asri bersama istri tercinta dan setiap pagi istrinya membuatkan secangkir kopi tubruk dan sepiring kecil pisang goreng,

" aaiih..... andai itu semua bisa terwujud, rasanya sudah sangat membahagiakan…"

Tetapi saat ini, bukan hanya istri kembang desa yang ia dapat, melainkan seorang istri kembang Istana, yang merupakan wanita tercantik di negeri ini. lembut, penurut, dan penuh cinta.

" Sungguh Tuhan memberikan karunianya lebih dari apa yang kuharapkan, fabiaya-irobikum-matukadziban  " bathin Jaka Indi dengan penuh rasa syukur.

Hanya saja sekonyong-konyong, Jaka Indi terbayang mereka yang berada didunia asalnya, kakak perempuannya, bik Inah, Achitya, miauw kucing kesayangannya. Belum lagi... Tugas gurunya mencari Panji Dewantoro, serta mencari-tahu beberapa persoalan terkait organisasi pembunuh rahasia, dan Juga Perihal undangan Resi Avatara Baba. Haruskah aku melupakan itu semua, dan menikmati sisa hidupku disini bersama Dewi Yuna ....

" Aghh ... Apa yang akan terjadi besok... biarlah difikir besok, saat ini aku harus menikmati masa bulan maduku bersama Dewi Yuna ....”

Kemudian disantapnya bubur sarang burung walet sampai habis. Lalu ditariknya tangan Dewi Yuna kembali menuju kekamar, seraya berbisik, “ yuuuk... kita lanjutkan apa yang semalam tertunda “ kata Jaka Indi seraya mengedipkan sebelah matanya dengan kedipan nakal menggoda, yang disambut dengan senyum sipu dan wajah merah merona Dewi Yuna.

--==oOo==--

Matahari telah meninggi, terik cahayanya menembus celah jendela kamar dan masuk menyinari ruang kamar Jaka indi, udara dingin perlahan berganti menjadi hangat, Jaka Indi tetap menutupi tubuhnya dengan selimut tebal hingga lehernya. Badannya terasa lelah, sendi tulang-tulangnya seperti luluh lantah, tenaganya serasa terkuras habis .
"... punya istri Peri memang luar biasa....." fikir Jaka indi.

Tapi hati Jaka indi sungguh merasa puas, dan yang terpenting ia masih hidup, terkecuali badannya yang merasa lemas lunglai, keadaan tubuh yang lainnya terasa baik-baik saja.

Didengarnya ada suara gemericik air di kamar mandi, sepertinya Dewi Yuna sedang mandi membersihkan diri. Dimeja kamar Jaka indi melihat sudah tersaji makan siang, dari berbagai buah segar, dan ada dua mangkuk bubur sarang burung walet juga dua gelas madu dan sari buah. Jaka indi turun dari pembaringan dan menuju lemari pakaian lalu dikenakannya satu stel pakaian seperti piyama panjang.

Tak lama Dewi Yuna keluar dari kamar mandi, ia hanya mengenakan handuk menutupi dada hingga atas lututnya, rambutnya masih dalam keadaan basah, sisa air terlihat mengalir turun dari rambutnya dan membasahi sebahagian wajah dan tubuh Dewi Yuna.

Melihat Jaka Indi sudah bangun, Dewi Yuna tersenyum manis........
" Mas … itu dimakan, nanti kalau buburnya sudah dingin, rasanya kurang enak.... " seraya menuju sandaran bangku tempat pakaiannya diletakkan.

Saat Dewi Yuna melepas handuknya, tertampak seluruh tubuh polosnya. Jaka indi segera memalingkan pandangannya dan bergegas kekamar mandi.

" Aku mandi dulu.... kamu aja yang makan duluan.....! Hadeuuuwh.... punya istri seperti ini..... kalau gak pandai-pandai menahan diri.... bisa mati lemes beneran....." Batin Jaka Indi dengan perasan geli sendiri.

Mandi air dingin terasa menyegarkan tubuhnya, semangatnya lantas terasa pulih kembali. Sehabis mandi Jaka Indi, mengenakan celana pendek putih semacam celana boxer dan kembali mengenakan baju piyama panjangnya, celana jeans dan t-shirt satu-satunya telah dititipkan Dewi Yuna di paviliun Induk untuk dicucikan.

Saat Jaka indi selesai dari pemandian, Dewi Yuna sudah terlihat rapih dengan daster merah jambunya, rambutnya diikat tali pita, sehingga terlihat leher putihnya yang jenjang.

" Mas... yuuk makan.." ajaknya.

Rupanya Dewi Yuna belum menyentuh makanan, menunggu Jaka Indi selesai mandi.

Sebenarnya kursi dikamar itu hanya satu, tapi saat ini sudah ada dua kursi, rupanya Dewi Yuna telah meminta bantuan pengawal untuk menghantar kursi.

Dewi Yuna hanya makan satu buah apel dan minum satu gelas madu dan sari buah.... dua mangkuk bubur sarang burung walet yang dibuat Dewi Yuna, memang diperuntukkan suaminya.

Jaka Indi sedang makan bubur sarang burung walet, meski banyak dia makan tapi makannya tidaklah cepat, ia makan bubur dengan memulainya dari pinggir mangkok secara perlahan, sesuap bubur yang masuk mulutnya pasti dikunyahnya dengan cermat baru kemudian ditelannya, ia sangat menikmati rasa bubur sarang burung walet ini, habis mangkuk pertama dilanjutkan dengan mangkuk berikutnya

Jaka indi bukan hanya menikmati bubur tersebut tapi ia juga ingin menyerap segenap kalori pada makanan itu untuk memulihkan stamina tubuhnya, sebagai seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga kraton, walau Jaka Indi sangat lapar tapi Jaka indi makan dengan tertib dan perlahan, bahkan saat mengunyah dan mengecap makanan mulutnya tidak menimbulkan suara.

Dewi Yuna duduk bertopang dagu dan memandang suaminya dengan termanggu. Belum pernah dilihatnya seorang yang makan dengan cara sesopan itu dan terlihat sedemikian menikmati dan menghargai makanannya.

Begitulah Jaka indi menikmati makanannya dengan perlahan dan penuh cita rasa, setiap bulir bubur dimakannya hingga bersih, habis itu barulah ia menaruh kembali mangkuk dan sendoknya, lalu diminumnya segelas kecil madu dan sari buah kemudian ia mengembus napas puas.

" Sudah kenyangkah…? " tanya Dewi Yuna lembut.

Saat hasrat sudah terpenuhi, nafsu makan pun bertambah besar, untuk saat ini andai tersedia semeja makan penuh nasi padang berikut lauknya, bahkan Jaka Indi merasa sanggup menghabiskannya, bathin Jaka Indi dalam hati

Tapi Jaka Indi hanya menjawab dengan mengangguk " Sungguh sangat menarik caramu makan " ujar Dewi Yuna dengan tertawa manis, kau terlihat lapar dan kau makan dua kali lipat dari porsi yang biasanya, tapi cara makanmu tetap sopan dan penuh cita rasa.

Jaka indi hanya tersenyum ringan, hanya saja cara Jaka indi tersenyum mempunyai ciri khas, saat bibirnya tersenyum matanya seperti juga ikut tersenyum lalu memancar keseluruh bagian wajahnya.

Memandangi senyuman yang menghiasi wajah Jaka indi, Dewi Yuna jadi terkesima.

" Mas Jaka ... bagaimana kalau kita pindah ketempatku di Istana, disana sudah disediakan ibu paviliun terpisah untuk kita "

" Ada hal-hal yang kusukai tinggal bersama orang yang kucintai ditempat yang kecil atau rumah yang mungil, karena lebih mudah aku melihatnya dan lebih sering aku menemuinya, jadi dalam beberapa hari ini biar disini saja dahulu, setelah itu baru kita pindah kesana, " ucap Jaka Indi lembut

" memangnya kamu suka melihatku belum mandi, sedang bekerja didapur atau dalam keadaan badan masih kotor…? "

" he… eh.... " kata Jaka Indi sambil menganggukan kepalanya

Dewi Yuna tersenyum manis, ada suatu perasaan hangat dihatinya, saat mendengar ucapan Jaka Indi. Mendadak dewi Yuna berucap, " Agaknya kau lupakan sesuatu…"

" melupakan apa...? " tanya Jaka indi

" Bukankah pagi ini kita seharusnya berkeliling negeri ini, untuk kuperkenalkan keadaan negeri Suralaya ini, tapi sudah siang hari begini malah masih duduk disini…"

" ehm... kita bisa menundanya esok hari, hari ini aku hanya ingin bersamamu ujar jaka indi dengan senyum menggoda..."

" Sekarang dapatlah kupahami sesuatu urusan."

" Urusan apa….? " tanya Jaka indi.

" Betapapun bagusnya sesuatu makanan, bila di dalamnya tidak diberi garam, makanan itu pasti akan terasa hambar dan ada yang kurang…."

" Ya, pasti hambar, " tukas Jaka Indi dengan tersenyum.

" Dan wanita juga begitu, " sambung Dewi Yuna.

" Mengapa bisa kau persamakan dengan wanita….? " Jaka Indi merasa tidak paham.

Dengan tersenyum Dewi Yuna menjawab, " Betapa cantiknya seorang wanita, kalau tidak ada lelaki yang mencintainya. hidupnya tentu akan terasa hambar “

Wajahnya yang bersemu merah itu sungguh sangat menggiurkan hati Jaka Indi

Tiba-tiba... terdengar suara pintu kamar diketuk seseorang. Kemudian Jaka indi berdiri dan membukakan pintu. Tampak seorang prajurit dalam keadaan masih tergopoh berkata..... " maaf tuan raden.... tapi Dewi Yuna dipanggil Bunda Ratu....."

Dewi Yuna bergegas mengenakan mantel hitamnya dan berkata “ mari raden, temani aku “  kata Dewi Yuna.

“ Sebaiknya kamu pergi sendiri, mungkin ada hal yang bersifat pribadi yang akan disampaikan ibumu, kalau ibumu memintaku untuk datang, tentu sudah disampaikannya apa yang menjadi maksutnya pada prajurit ini..”

Dewi Yuna termenung sesaat, lalu dikeluarkannya seikat buntalan kain kecil dan diletakkannya di genggaman tangan Jaka Indi " ini sejumlah uang... gunakanlah kalau mas Jaka Indi mau jalan-jalan sambil menanti aku kembali. "

Berikutnya dewi Yuna juga memberi sebuah plakat emas yang ukurannya sedikit lebih besar dari kartu nama, yang terdapat gambar bunga wijaya kusuma.

" Tunjukkanlah plakat emas ini bila diperlukan, maka para pengawal dan prajurit Suralaya akan membantu Raden. Plakat emas ini menunjukkan bahwa Raden adalah keluarga kerajaan. "

Dewi Yuna lantas mencium pipi Jaka indi dan kemudian ikut bersama prajurit pergi berlalu.

Setelah Dewi Yuna pergi berlalu...

Dibukanya buntalan kain yang ada di tangannya, yang ternyata berisi banyak kepingan koin logam emas dan perak. Ternyata di alam astral Suralaya alat pembayaran menggunakan emas dan perak, batin Jaka indi.

Jaka Indi teringat saat masih anak-anak, ia pernah diceritakan temannya, kalau uang dikalangan mahluk astral itu berupa daun.
Wkwkwk...... aya...aya...wae euy...

Kemudian Jaka Indi memperhatikan plakat emas berlambang bunga wijaya kusuma, yang ternyata ada rantai kalungnya, yang bisa dibongkar pasang. Oleh Jaka Indi plakat emas itu lalu disimpan dalam tas pinggang hitamnya.

Beberapa saat kemudian datang dayang istana yang membawakan pakaian Jaka indi yang telah dicuci bersih dan telah rapih disetrika. Setelah menjama sholat dhuhur dan asharnya, Jaka Indi lantas mengganti piyamanya dengan celana Jeans dan T-Shirt putih miliknya, hanya saja kali ini ia mengambil mantel hitam panjang dari lemari pakaian untuk dikenakan menutupi Kaos T-shrtnya..

Ada baiknya aku cari Resi Baba, ketika Jaka Indi telah berada diluar kamar, ditanyakanlah keberadaan Resi Baba pada para pengawal dan juga dayang-dayang yang ditemuinya, tapi tak satupun dari mereka yang tahu keberadaan Resi baba. Hanya menurut petugas yang berjaga di pintu gerbang Pavilliun kaputran, kemungkinan Resi Baba sudah meninggalkan kerajaan Suralaya .

Jaka Indi kemudian mengarahkan langkah kakinya menuju satu-satunya taman yang ada disitu, tidak satupun peri yang berada disana, memang peri disini hanya suka berkumpul di pagi hari dan sore hari. Kemudian dicarinya tempat terbuka yang cukup lapang, lalu Jaka indi mulai meditasi. Sebenarnya Jaka indi memang lebih suka meditasi di alam terbuka, selain udaranya lebih segar juga dapat menyerap energi alam dan energi sinar matahari.

Saat itu hari telah senja, Jaka indi telah menyelesaikan meditasinya dan kembali kekamarnya, tapi Dewi Yuna masih belum kembali juga, kemudian ditanyakanlah pada prajurit yang melintas didepannya.

" Pengawal.... apakah aksi pertunjukan di danau asmoro malam ini masih ada…? "

" Masih ada tuan raden.... Seiama bulan purnama pertunjukan berlangsung selama tiga hari, dan ini malam terakhir. Apa raden mau kami hantar kesana ...? ucap pengawal itu.

“ Ah... tidak usah.... tolong pinjamkan aku kuda unicorn yang ada saja, biar aku jalan kesana sendiri. "

" Siap Raden ... “ berikutnya Kuda unicorn putih sudah siap didepan Jaka indi...

Oh..iya .... bagaimana cara mengendarainya..... “ tanya jaka Indi, teringat kalau dirinya belum pernah mengedarai kuda Unicorn.

" Bila ingin terbang perintahkan saja terbang, bila ingin jalan pelan katakan saja agar jalan pelan, ia mengerti pembicaraan tuan Raden.... " ujar pengawal tersebut.

Kemudian Jaka indi lompat keatas kuda unicorn dan duduk diatas punggungnya, lalu membisikan ketelinga kuda unicorn, bawa aku ke danau asmora, jalanlah secepatnya, kuda unicorn langsung melesat cepat terbang diudara.

Jaka indi jadi teringat khodamnya Paman Hamzah harimau putih, kalau Jaka Indi memerlukan sesuatu cukup dengan cara berkominikasi biasa, dan khodamnya juga bisa menjawabnya. Hanya saja kalau dengan kuda unicorn ini, komunikasinya hanya bisa satu arah, karena sekalipun kuda unicorn ini mengerti pembicaraan, tapi tidak bisa menjawab dan menyampaikan pembicaraan

Tatkala tiba didanau Asmoro, kaget dan heran Jaka indi melihat suasana ditempat itu, bukan karena keindahan danaunya, bukan pula karena ramainya pengunjung dan meriahnya suasana, ataupun banyaknya lampion dan pelita yang menerangi hampir setiap tepi danau. Melainkan karena mereka yang hadir ternyata tidak hanya dari kalangan peri, tapi banyak pula mahluk astral lain termasuk ada pula manusia seperti dirinya.

Beberapa kedai dan pedagang terlihat memenuhi hampir setiap sudut tepi danau Asmoro, ada kedai yang menjual minyak wangi, persenjataan, pakaian, alat rumah tangga, bahkan juga ada yang menjual barang antic, Jaka Indi merasa suasana ini seperti suasana pasar malam.

Ada sekitar delapan Panggung terbuka yang cukup besar yang berdiri megah di sekitar tepi danau Asmoro dan ada delapan kedai makan dan minum yang masing-masing berada dekat dengan kedelapan panggung terbuka tersebut.

Jaka Indi memilih menghampiri kedai minum yang menghadap Panggung terbuka yang diisi oleh atraksi ketrampilan beladiri, Panggung atraksi pertunjukan beladiri merupakan panggung yang paling ramai ditonton pengunjung, Kedai minumnya juga kedai yang paling banyak diisi para tamu yang datang, kedai yang dikunjungi Jakai indi mempunya dua bagian ruang, yaitu bagian, bawah untuk umum yang sudah penuh terisi, dan loteng atas untuk mereka yang berkocek tebal dengan biaya masuk serta tarif makan dan minum yang lebih mahal, bisa duduk diatas loteng yang terbuka, dan dapat menyaksikan susana diatas panggung pertunjukan dengan lebih jelas.

Dilihatnya di kedai tersebut ada sepuluh meja dan setiap meja tersedia empat bangku, hanya tiga meja yang bangku nya terisi penuh pengunjung, yang diisi oleh Pria dari kalangan Peri, sedang tujuh meja lainnya setiap mejanya hanya diisi dengan satu orang.

Bagian terdepan duduk seorang Pria yang berbadan tegap berusia tiga puluh tahunanan, posturnya tinggi sekitar 180 cm, mengenakan jubah panjang warna ungu, tampangnya kereng, sikapnya serius, duduk dengan tegak dan membusungkan dada, kedua tangan ditaruh di atas paha, sejak mula tidak buka suara, matanya menatap ke atas panggung, saat melihatnya Jaka Indi merasa pria ini sehirip dengan pangeran Corwin. Jaka Indi mencoba duduk di sampingnya juga seperti tidak dilihatnya sama sekali.

Jaka indi mencoba tersenyum padanya, orang itu tidak mengacuhkannya, dia juga tidak ambil peduli, saat bokongnya mulai diletakkan dibangku, tiba-tiba Pria jubah ungu itu membentak dengan suara bernada dingin , " carilah tempat lain Jangan duduk semeja denganku. "

Jaka Indi melenggong, lalu tersenyum, katanya, " Baiklah..."

Ia batal duduk, dan berpindah ke meja lain. Yang duduk di meja kedua adalah seorang pemuda tampan dari kalangan peri, berpakaian sutra halus warna putih, sebilah pedang panjang diletakkan diatas meja. sebelum Jaka indi duduk di depannya, segera dia berkata dengan ketus, " kau tak sepadan duduk denganku  "

" Ooo...," Jaka Indi tanpa banyak bicara, langsung menuju ke meja ketiga.

Meja ketiga berduduk seorang peri jelita bermata sipit dari busananya yang serupa kimono jepang, sepertinya gadis itu bukan dari negeri Suralaya, berpakaian serba merah dengan motif kembang-kembang, dengan tatapan tajam dan dingin dia awasi kedatangan Jaka Indi, ia berkerut kening dengan muka ditekuk dan mulut cemberut, Jaka Indi cukup tahu diri, segera dia menuju meja keempat.

Seorang Pria berwajah seperti kera yang tampilannya sehirip dengan golongan Pangeran Abhinaya, berbusana layaknya perwira tinggi, mendadak berucap, " jangan coba-coba duduk disini, " katanya dengan nada mengancam.

Dengan tersenyum Jaka Indi mengurungkan niatnya duduk bersama manusia yang tubuhnya dipenuhi bulu lebat menyerupai kera, ia melangkah menuju meja kelima.

Yang duduk di meja kelima adalah seorang pemuda berkulit coklat gelap yang cukup tampan, wajahnya dipenuhi bulu-bulu halus dan memiliki jenggot lebat yang indah, hanya saja pada kepalanya memiliki dua tanduk melingkar yang besar, layaknya tanduk domba gunung, matanya kecil tapi memiliki sorot yang tajam,

Pemuda itu bertelanjang dada, hanya mengenakan celana warna hitam sampai betisnya, tapi sorot matanya ramah dan tak acuh atas keadaan sekitar, saat Jaka Indi akan duduk semeja dengan pemuda bertanduk seperti domba gunung itu, tiba-tiba dari meja sebelah seorang tertawa dan berkata, " Kisanak... eh...Kangmas yang bermantel hitam, silakan duduk di sini…"

Jaka indi menoleh, dilihatnya yang bicara adalah seorang pria dari kalangan manusia, usia kisaran 30 tahunan, rambut agak ikal dan gondrong dan berkumis, mengenakan belangkon dan baju garis-garis warna coklat, potongannya mengingatkan Jaka Indi dengan seorang paranormal Ki Joko Bodo, tapi pria ini posturnya lebih gagah, badannya lebih tinggi dan lebih kekar, dikedua jari tangannya banyak mengenakan cincin batu akik ia memanggil dengan tertawa lagi melambaikan tangan kepadanya, belum sampai di meja pria belangkon itu, hidung Jaka Indi sudah mengendus bau asem dan kecut dari pria itu, mungkin pria itu sudah lama tidak mandi dan ganti pakaian, tapi dengan senyum lebar dan wajah gembira Jaka indi duduk di kursi yang ditunjuk, katanya dengan tertawa kepada pria itu,

" Banyak terima kasih.... banyak-banyak... terima kasih. " sambil mengulurkan tangannya

" Jaka Indi…." katanya memperkenalkan diri.

Yang dijawab dengan pria itu, " Indrajit " seraya menggengam tangan Jaka indi kencang dengan telapak tangannya yang besar.

Terlihat Indrajit menunjukan ekspresi senang dan sangat gembira, bertemu dengan sesama manusia sejenisnya..

" Kang mas sampeyan dari Jakarta  ya.... ? " tanyanya seketika

" Kok tau ....? " Seru Jaka Indi heran ...

" Pakaianmu itu lho..."

" Wow... anak Jakarta biasa ke mall, kok iso tekan kene ( bisa nyampe sini ) " ucapnya sambil tertawa lepas.

" Kalau Mas Indrajit asal Jogya ya... ? "

" asalku Banyuwangi.... mas "

" Wuaah... Mas Jaka hebat... katanya sambil memegang bahu Jaka Indi dan mengguncangnya perlahan.

" Tahu gak mas.... orang dijaman kita, yang pernah sampai denegeri astral ini hanya beberapa gelintir saja. “ Seraya menatap Jaka Indi lekat-lekat dengan pandangan kagum.

" Eih.... Mas Jaka, ndak usah tersinggung sama sikap mereka, sambil sorot matanya beralih melirik kearah mahluk astral dibeberapa bangku depan, "

" sebahagian mahluk astral memang tidak senang berdekatan dengan manusia, hawa tubuh kita bikin mereka merasa panas, "

" Umumnya manusia juga begitu banyak yang gak suka berdekatan dengan mahluk astral, terutama dari golongan Jin.... bikin merinding dan bulu kuduk berdiri... wkwkwkwk... " ujar Mas Indrajit sambil tertawa lepas....

" Oh iya... Mas Jaka disini tinggal dimana …? "

" tinggal di sekitar sini juga.... di Wisma kaputran istana Suralaya. "

" Welleeh... wellehh..... dilingkungan istana pula...... manteep mas, katanya sambil mengacungkan dua Jempol. "

" Lho... memangnya Mas indrajit tinggal dimana…? "

“ Aku tinggal dikerajaan Kahuripan, kira-kira setengah hari perjalanan kearah selatan kalau menggunakan kuda unicorn, kerajaan tersebut dibangun oleh beberapa pengikut Raja Airlangga yang pindah kealam astral “ kemudian Mas Indrajit berkata lirih “ di tempatku itu cukup banyak manusia sejenis kita, hanya saja mereka orang-orang jadul mas ( orang kuno, orang jaman dulu kala ) “

" apa iya..... bisa pindah ke alam astral secara rombongan gitu Mas...? " tanya Jaka indi heran

" Mas Jaka pernah dengar cerita Prabu Siliwangi hilang bersama Kerajaannya atau memindahkan kerajaannya ke alam astral....? "

Jaka Indi hanya menganggukkan kepalanya...

" nah... sebelum Prabu Siliwangi .... juga pernah ada beberapa Raja dan Satria yang juga pindah kealam astral, serta adapula yang pindah berikut balatentaranya dan pengikutnya. Bahkan konon istana Raja Sulaiman, yang pintunya terbuat dari kayu zaitun. Lantainya dari kristal yang berkilau laksana kaca, serta dindingnya terbuat dari emas dan perak, juga pindah ke alam astral, dan sampai saat ini, masih dijaga oleh bala tentara Jin yang setia kepada nabi Sulaiman. Makanya Pemerintahan israel nyari harta peninggalannya Raja Sulaiman gak pernah ketemu-ketemu , lha wong sudah ngumpet di alam astral..." gkgkgkgkgk ....katanya sambil geli tertawa.

Jaka Indi hanya bisa melenggong dan terpana mendengar cerita Mas Indrajit

Kemudian Mas Indrajit melanjutkan ceritanya " Saya pernah mendengar dari salah seorang Penasihat Spiritual Raja di Kahuripan, bahwa harta peninggalan Raja Sulaiman dan juga peninggalan raja-raja Nusantara, dan harta terpendam atau harta tersembunyi lainnya, jelang akhir jaman akan diketemukan dan digunakan untuk kesejahteraan seluruh umat manusia, bersamaan dengan munculnya Ratu Adil, yaitu Pemimpin dunia yang bersifat adil dan berbudi pekerti baik ."

“ Ehm.... mungkin maksutnya Imam Mahdi “ fikir Jaka Indi.

" Oh… iya … Mas Jaka melakukan perjalanan kesini...atas misi dari kelompok tertentu atau atas keinginan pribadi…? " Tanya Mas Indrajit dengan rasa ingin tahu.

" atas kemauan pribadi, sekedar jalan-jalan kealam astral saja mas "  jelas Jaka indi.

" Mas Jaka apa pernah dengar nama Satria Bayangan...? "

" Kalau Pasukan Bayangan saya pernah dengar Mas.....,"
" Pasukan Bayangan kadang disebut juga Pasukan Hitam, adalah pasukan yang dibentuk oleh salah satu petinggi negeri, yang merupakan kumpulan atau gabungan orang-orang yang memiliki " kemampuan istimewa ", seperti ahli makrifat, ahli spiritual, ahli kebatinan, bahkan juga paranormal. Pasukan hitam ini memiliki tugas-tugas khusus, kalau tidak salah itu adanya sekitar tahun sembilan puluhan di era orde baru,  dan saat ini sudah tidak ada lagi. "

" Satria Bayangan itu ya sama saja dengan Pasukan hitam, " Hitam disini adalah gelap, alias tidak terlihat, bersifat  " sangat rahasia ", Jelas Mas Indrajit

" Satria bayangan ini sudah ada dari jaman pemerintahan raja-raja nusantara terdahulu, setiap kerajaan umumnya punya pasukan yang bersifat rahasia semacam ini. nah... dipemerintahan sekarang Satria bayangan atau pasukan hitam tetap ada, tapi tugasnya bukan mengamankan kepentingan Raja atau Penguasa seperti dimasa dahulu, melainkan visi dan misinya adalah menyelamatkan dan mengamankan negeri. khususnya dari setiap gangguan yang bersifat ghaib atau supranatural. "

" Satria bayangan ini terdiri dari empat puluh orang, bila ada anggota yang gugur, akan ada anggota baru yang menggantikannya, hingga jumblah anggotanya selalu sebanyak empat puluh orang. "

" Sayangnya, saat ini sangat sukar mencari orang yang punya kemampuan linuwih, hingga tak jarang jumlahnya tak bisa mencapai empat puluh orang lagi. " Terang Mas Indrajit dengan panjang lebar..

" Ouh... begitu.... Lantas ... siapakah yang menjadi pemimpin kelompok satria bayangan ini…? " tanya jaka Indi.

Kemudian Mas Indrajid maju mendekat dan membisikan sebuah nama pada Jaka Indi, Jaka Indi hanya tercenung mendengar nama tersebut...

" ini rahasia lho mas... jangan sampai ada yang tahu, katanya mengingatkan...."

" oh iya... kapan saja mas Jaka ingin ikut bergabung, aku akan membantu agar Mas Jaka bisa menjadi anggotanya. Kebetulan aku anggota senior di kelompok satria bayangan tersebut.." ujarnya dengan tertawa ringan

" Maaf Mas Indrajit... aku bukan satria, dan gak bisa apa-apa..."

" Eiih... gak usah merendah begitu....! " ucap mas indrajit

Sambil matanya menatap kearah kerumunan penonton yang berada didepan panggung. Bersamaan dengan itu tiba-tiba terdengar suara riuh tepuk tangan penonton menyaksikan ketrampilan sepasang peri cantik memainkan senjata pedang yang dapat membelah daun yang berjatuhan dari atas .

Jaka indi kemudian memanggil pelayan dan memesan dua minuman sari-buah yang dicampur madu.

 "Apa Mas Indrajit pernah mendengar nama Panji Dewantoro...? " tanya Jaka Indi memecah lamunan Mas Indrajit.

Mas Indrajit seperti kurang memperhatikan pertanyaan Jaka indi, tetapi justru matanya menatap tajam pada salah satu pengunjung yang ada dikerumunan didepan panggung, sepertinya ia mengenali seseorang yang ada disana.

Kemudian Mas Indrajit mengambil secarik kertas dan pensil dari sakunya dan menuliskan sesuatu, “ sampeyan ( kamu ) datanglah ketempatku, ini alamatnya Nanti kita ngobrol sepuasnya “ katanya sambil menepuk bahu jaka Indi dan bergegas pergi.

Sampai-sampai mas indrajit lupa meminum sari buah plus madu yang dipesan Jaka indi untuknya, saat Jaka Indi melihat kearah perginya Mas indrajit terlihat Mas Indrajit sedang membuntuti seorang wanita berbaju hitam dengan rambut panjang sebahu, entah mengapa Jaka indi seperti merasa pernah melihat wanita tersebut.

Bersambung ...

No comments:

Post a Comment

Bill Gates Jelaskan Mengapa Anaknya Tidak Bisa Menikah Dengan Orang Miskin

Sambil nunggu update terbaru yang masih tertutup formasi ilusi  --------- "Beberapa tahun yang lalu saya menghadiri konferensi di Ameri...