Dewi Yuna
Siapakah Jaka indi ...
Jaka Indi adalah seorang anak
Indigo yang merupakan keturunan Jaka Tarub dan Dewi Nawang Wulan
Sebagai anak Indigo, ia punya
beberapa kemampuan seperti kemampuan Telepati ( komunikasi lewat fikiran ) ,
Raga Sukma atau Astral Projection, Mediumship ( berkomunikasi dengan mahluk
astral ) dan Telekinetik ( mampu menggerakkan benda dari jarak tertentu )
Sedang mengenai kepribadian, Jaka
Indi orangnya agak introvert tapi pribadinya cukup supel, berjiwa sosial, luhur
budi dan keterbukaan tangannya sungguh diatas rata-rata kebanyakan orang,
kadang Jaka Indi suka merenung dalam waktu yang lama, walau memiliki wajah yang
lumayan tampan dan postur yang ideal, tapi Jaka Indi sedikit bodoh dalam urusan
wanita, dalam dunia nyata tak pernah satu wanitapun dipacarinya, mungkin karena
ia juga enggan dan malas mendekati wanita. atau memang kurang percaya diri
Sifatnya, kadang acuh tak acuh,
suka bertindak berdasar suasana hatinya, apapun persoalan yang sedang dihadapi,
selama yang dilakukannya tidak merugikan orang lain, ia tak pernah ambil
perduli.
Mencuri, membunuh, berzina,
berjudi, kriminal, mabuk dan narkoba adalah hal yang pantang dilakukan Jaka
Indi. Bahkan Jaka indi juga pantang menyakiti hewan.
Jaka Indi juga punya kebiasaan,
yang ia lakukan setiap saat, diantaranya sedekah pagi. Jaka Indi biasa memberi
sedekah dipagi hari, pada dhuafa atau pemulung yang ditemuinya sebelum ia pergi
beraktifitas, untuk ukuran pemuda dijamannya ia terhitung pemuda sederhana
bahkan keadaannya saat ini bisa dibilang kekurangan materi.
Sesungguhnya ia bisa saja hidup
serba kecukupan, orang-tuanya adalah orang yang kaya raya, orang tuanya
almarhum mewariskan beberapa petak tanah, toko, dan beberapa rumah tinggal,
Seorang yang kaya raya karena mewarisi harta keluarganya bila tiba-tiba menjadi
hidup kekurangan secara materi, maka hanya ada tiga alasan, pertama karena dia
malas, kedua karena dia bodoh, ketiga memang nasibnya yang tidak bagus.
Jaka Indi tidaklah terhitung
bodoh, pekerjaan yang bisa dilakukan olehnya, jauh lebih bagus daripada umumnya
orang. Misalnya, dalam bidang pendidikan, ia bisa menyelesaikan pendidikan S1
dalam waktu kurang dari empat tahun, ia juga menguasai beberapa bahasa asing
dan bahasa daerah.
Dalam hal Beladiri, dari Pencak
silat, Karate, Aikido pernah dipelajariny .dan dikuasainya dengan cukup baik.
Bila kau sahabatnya dan kebetulan
mengunjunginya, ia tak segan memuliakanmu, dengan menyuguhkan kopi atau teh
panas dan beberapa kudapan serta mengolah masakan enak dengan tangannya
sendiri, membuat nasi goreng spesial dan ayam panggang serta ikan bakar adalah
salah satu keahliannya, Bila kau mencicipi masakannya, tanggung selama hidup
tak akan kau lupakan. Kepandaiannya memasak tidak kalah dari kepandaian Chef
ternama.
Iapun bisa memetik gitar sambil
membawakan lagu Klasik, Pop atau Rock, Bahkan lagu lagunya Beatles dan lagu
dangdutnya Rhoma Irama ia juga menguasainya.
Kecuali melahirkan anak, pekerjaan
apapun sepertinya, masih bisa ia lakukan. Diapun tidak terhitung malas. Dari
berdagang, kerja kantoran, sampai Pekerjaan Ojek On-Line juga pernah
dilakukannya. Lalu, kenapa Jaka Indi bisa kekurangan secara materi.
Ketika bekerja untuk pertama
kalinya, ia membuka Toko sembako, Waktu itu dia baru terjun ke dunia usaha, baru
selesai menjalankan masa berkabung karena kematian orang tuanya, rumah dan
asetnya sebahagian besar dikasihkan pada kakak perempuan satu-satunya, dan sisa
asetnya, yang dijual ada yang diberikan kepada sanak keluarga dan kerabatnya
yang miskin, juga ada yang dibagikan pada tetangganya yang kekurangan, ia hanya
menyisakan rumah kecil sederhana yang merupakan rumah pertama yang dimiliki
orang tuanya, dan beberapa pusaka warisan leluhurnya serta ada sisa uangnya
yang dipakai buat usaha toko sembako, hanya saja Jaka Indi tidak pernah tega
dengan pembelinya, bila pembelinya orang yang kurang mampu, seringkali
diberikan harga yang sangat murah, jauh dibawah harga yang seharusnya, bahkan
ada yang dibebaskan dari pembayaran, kalau ada yang berhutang, seringkali ia
tidak tega menagihnya, hanya dalam kurun waktu singkat, toko sembakonya gulung
tikar.
Saat ia lulus sarjana hukum, ia
diterima bekerja di kantor pengacara yang cukup ternama, tetapi ketika ada
klien kantornya dari pengusaha terpandang, yang meminta diurus perceraiannya, justru
dinasehati panjang lebar oleh Jaka indi untuk tidak bercerai, saat datang
Perusahaan ternama meminta dibela dalam perkara penggelapan pajak, justru
kliennya dimakinya sehingga banyak klien Perusahaan yang tidak lagi memakai
jasa Firma Hukumnya, dan membuat Jaka indi didepak dari tempat kerjanya.
Berikutnya Jaka indi bekerja sebagai
driver ojek on line, Pelanggannya yang berusia lanjut, ibu hamil, bocah kecil
dan pelajar acap kali digratiskannya, sehingga tidak jarang ia harus nombok
untuk menutup biaya bensin dan makan siangnya, beberapa teman dan kerabatnya
bahkan ada yang mengatakan kalau ia rada tolol dan suka bertindak bodoh, tapi
Jaka Indi tak pernah menyesali atas apa yang dilakukannya. Ia memang senang
melakukan sesuatu berdasar suasana hatinya.
Saat anak-anak Jaka indi pernah
tinggal di pedesaan dirumah kakeknya, di suatu tempat di pinggir Sungai
Bengawan Solo, disanalah kemudian ia pertama kali bertemu dengan Kanjeng Cakra
Langit yang akhirnya menjadi guru spiritualnya.
Sebenarnya gurunya Kanjeng Cakra
Langit memberi tugas padanya agar mencari kakak seperguruannya yang bernama
Panji Dewantoro, Panji Dewantoro adalah murid pertama dari Kanjeng Cakra Langit
yang pergi kedunia astral tapi tidak pernah kembali lagi kedunia asalnya.
Jaka indi kebetulan juga ingin
mencari jejak leluhurnya Dewi Nawang Wulan, hanya saja karena kesibukannya
dalan masalah duniawi, jaka indi belum sempat melakukan petualangan kedunia
astral, baru kali ini, setelah tamat kuliah dan belum ada lagi pekerjaan tetap Jaka
Indi punya cukup waktu untuk berkelana didunia astral.
Jaka Indi sungguh tidak menyangka
dalam perjalanannya kedunia astral kali ini, ia akan sampai kenegeri para peri,
dan wanita tercantik dari kalangan peri di Kerajaan Suralaya saat ini justru
sudah menjadi istrinya dan berada dalam pelukannya.
Pagi ini cuaca terasa nyaman dan
matahari tampak bersinar cerah, spoi angin pagi bertup lembut membawa udara
segar membelai tubuh. Jaka Indi tengah duduk bersantai diteras kecil depan
kamarnya, sambil membaca kitab kecil yang berisi catatan penting peninggalan
leluhurnya. keindahan bunga-bunga mawar di sekelilingnya yang sedang harum
bermekaran, pemandangan pagi yang cerah nan indah. Tak jua mampu mengalihkan
pandangan Jaka Indi dari keseriusan yang mendalan atas bacaannya.
Bunga-bunga mawar semakin
bersinar dan harum mewangi, semua bunga mengundang kumbang untuk menghisap
madunya, musim penghujan memang telah berlalu, dan musim semi telah menjelang,
cuaca di musim ini cenderung hangat dan ramah. Oleh karena itu, banyak binatang
dan tumbuhan yang bereproduksi di musim ini.
Kali ini Jaka Indi telah
menyelesaikan bacaannya, namun berkali-kali di carinya, Ia masih belum juga
menemukan cara mengatasi " hubungan badan " dengan mahluk astral yang
tidak mengakibatkan kematian, tapi dalam bab meditasi ada perihal mengatur
pernafasan dan cara membuka maupun menutup hawa murni, serta ada pula perihal
menghimpun dan menyalurkan hawa murni, dalam hal menghimpun hawa murni
sekaligus menutup hawa murni adalah merupakan pertahanan dari kemungkinan
tersedotnya hawa murni oleh pihak lawan, sedang menghimpun hawa murni juga
dapat meningkatkan daya tahan kekebalan tubuh, mungkinkah menutup hawa murni merupakan
cara mengatasinya, renung Jaka Indi seraya tersenyum gembira
Terlihat secangkir teh hangat
tersaji diatas meja, Jaka Indi mulai mengambil posisi duduk menghadap halaman,
sambil meneguk secawan teh hangat, teh disini tidak disajikan dengan
menggunakan gula pasir, melainkan disajikan dengan gula aren ( gula merah ), tapi walau dengan gula aren, Jaka Indi sangat
menikmatinya. .
" Selamat pagi,
istriku...," ucapnya sambil tersenyum dan menatap seorang wanita cantik,
berjalan menuju teras depan kamar, dengan membawa dua mangkuk bubur sarang
burung walet ditangannya.
" Apa seperti inikah,
diduniamu.... dimana seorang istri umumnya bersikap pada suaminya, menyediakan
sarapan pagi, menyiapkan teh hangat, dan menemani suami ngobrol, berbincang….?
" tanya Dewi Yuna sambil tersipu manis.
Senyum Jaka indi cerah mengembang
" ya... itulah yang kebanyakan diharapkan para suami diduniaku atas sikap
istrinya.
" Istri yang tidak pernah
mau menyiapkan sarapan, bangun selalu kesiangan, Suami berangkat bekerja bahkan
masih lelap diatas ranjang, tentu bukan hal yang menggembirakan buat sang suami…"
terang Jaka indi dengan tertawa ringan
Dewi Yuna hanya tersenyum manis.
“ Duduklah disebelahku sini
temani aku minum the “
" Tapi aku tidak minum teh,
Raden, aku lebih suka minum sari buah atau air madu " Ujar Dewi Yuna
Kembali Jaka Indi tersenyum.
" Aku tahu. Tapi menemani minum teh tidak mesti harus ikut minum teh…"
" Aku akan menemanimu
sarapan bubur saja, ucap dewi Yuna dengan tawa ceria, seraya mengambil duduk disebelah
Jaka indi.
Jaka Indi tertawa lebar. Ia tahu,
suami istri yang sering duduk bersama, walau hanya saling diam sekalipun, akan
menambah kemesraan hubungan mereka. Bila membayangkan istrinya yang cantik dan
keadaannya saat ini, hatinya lantas terasa manis,
Sebenarnya cita-cita Jaka Indi
tidaklah terlalu istimewa, Ia hanya berharap suatu saat bisa memperistri gadis
kembang desa, tinggal di kaki pegunungan yang hijau dengan udara yang bersih,
punya sepetak sawah dan perkebunan kecil sendiri, tinggal dirumah yang mungil
dan asri bersama istri tercinta dan setiap pagi istrinya membuatkan secangkir
kopi tubruk dan sepiring kecil pisang goreng,
" aaiih..... andai itu semua
bisa terwujud, rasanya sudah sangat membahagiakan…"
Tetapi saat ini, bukan hanya
istri kembang desa yang ia dapat, melainkan seorang istri kembang Istana, yang
merupakan wanita tercantik di negeri ini. lembut, penurut, dan penuh cinta.
" Sungguh Tuhan memberikan
karunianya lebih dari apa yang kuharapkan, fabiaya-irobikum-matukadziban " bathin Jaka Indi dengan penuh rasa
syukur.
Hanya saja sekonyong-konyong,
Jaka Indi terbayang mereka yang berada didunia asalnya, kakak perempuannya, bik
Inah, Achitya, miauw kucing kesayangannya. Belum lagi... Tugas gurunya mencari
Panji Dewantoro, serta mencari-tahu beberapa persoalan terkait organisasi
pembunuh rahasia, dan Juga Perihal undangan Resi Avatara Baba. Haruskah aku
melupakan itu semua, dan menikmati sisa hidupku disini bersama Dewi Yuna ....
" Aghh ... Apa yang akan
terjadi besok... biarlah difikir besok, saat ini aku harus menikmati masa bulan
maduku bersama Dewi Yuna ....”
Kemudian disantapnya bubur sarang
burung walet sampai habis. Lalu ditariknya tangan Dewi Yuna kembali menuju
kekamar, seraya berbisik, “ yuuuk... kita lanjutkan apa yang semalam tertunda “
kata Jaka Indi seraya mengedipkan sebelah matanya dengan kedipan nakal
menggoda, yang disambut dengan senyum sipu dan wajah merah merona Dewi Yuna.
--==oOo==--
Matahari telah meninggi, terik
cahayanya menembus celah jendela kamar dan masuk menyinari ruang kamar Jaka
indi, udara dingin perlahan berganti menjadi hangat, Jaka Indi tetap menutupi
tubuhnya dengan selimut tebal hingga lehernya. Badannya terasa lelah, sendi
tulang-tulangnya seperti luluh lantah, tenaganya serasa terkuras habis .
"... punya istri Peri memang
luar biasa....." fikir Jaka indi.
Tapi hati Jaka indi sungguh
merasa puas, dan yang terpenting ia masih hidup, terkecuali badannya yang
merasa lemas lunglai, keadaan tubuh yang lainnya terasa baik-baik saja.
Didengarnya ada suara gemericik
air di kamar mandi, sepertinya Dewi Yuna sedang mandi membersihkan diri. Dimeja
kamar Jaka indi melihat sudah tersaji makan siang, dari berbagai buah segar,
dan ada dua mangkuk bubur sarang burung walet juga dua gelas madu dan sari
buah. Jaka indi turun dari pembaringan dan menuju lemari pakaian lalu
dikenakannya satu stel pakaian seperti piyama panjang.
Tak lama Dewi Yuna keluar dari
kamar mandi, ia hanya mengenakan handuk menutupi dada hingga atas lututnya, rambutnya
masih dalam keadaan basah, sisa air terlihat mengalir turun dari rambutnya dan
membasahi sebahagian wajah dan tubuh Dewi Yuna.
Melihat Jaka Indi sudah bangun, Dewi
Yuna tersenyum manis........
" Mas … itu dimakan, nanti kalau
buburnya sudah dingin, rasanya kurang enak.... " seraya menuju sandaran
bangku tempat pakaiannya diletakkan.
Saat Dewi Yuna melepas handuknya,
tertampak seluruh tubuh polosnya. Jaka indi segera memalingkan pandangannya dan
bergegas kekamar mandi.
" Aku mandi dulu.... kamu
aja yang makan duluan.....! Hadeuuuwh.... punya istri seperti ini..... kalau
gak pandai-pandai menahan diri.... bisa mati lemes beneran....." Batin
Jaka Indi dengan perasan geli sendiri.
Mandi air dingin terasa
menyegarkan tubuhnya, semangatnya lantas terasa pulih kembali. Sehabis mandi
Jaka Indi, mengenakan celana pendek putih semacam celana boxer dan kembali mengenakan
baju piyama panjangnya, celana jeans dan t-shirt satu-satunya telah dititipkan
Dewi Yuna di paviliun Induk untuk dicucikan.
Saat Jaka indi selesai dari
pemandian, Dewi Yuna sudah terlihat rapih dengan daster merah jambunya,
rambutnya diikat tali pita, sehingga terlihat leher putihnya yang jenjang.
" Mas... yuuk makan.."
ajaknya.
Rupanya Dewi Yuna belum menyentuh
makanan, menunggu Jaka Indi selesai mandi.
Sebenarnya kursi dikamar itu
hanya satu, tapi saat ini sudah ada dua kursi, rupanya Dewi Yuna telah meminta
bantuan pengawal untuk menghantar kursi.
Dewi Yuna hanya makan satu buah
apel dan minum satu gelas madu dan sari buah.... dua mangkuk bubur sarang
burung walet yang dibuat Dewi Yuna, memang diperuntukkan suaminya.
Jaka Indi sedang makan bubur
sarang burung walet, meski banyak dia makan tapi makannya tidaklah cepat, ia
makan bubur dengan memulainya dari pinggir mangkok secara perlahan, sesuap
bubur yang masuk mulutnya pasti dikunyahnya dengan cermat baru kemudian
ditelannya, ia sangat menikmati rasa bubur sarang burung walet ini, habis
mangkuk pertama dilanjutkan dengan mangkuk berikutnya
Jaka indi bukan hanya menikmati
bubur tersebut tapi ia juga ingin menyerap segenap kalori pada makanan itu untuk
memulihkan stamina tubuhnya, sebagai seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan
keluarga kraton, walau Jaka Indi sangat lapar tapi Jaka indi makan dengan
tertib dan perlahan, bahkan saat mengunyah dan mengecap makanan mulutnya tidak
menimbulkan suara.
Dewi Yuna duduk bertopang dagu
dan memandang suaminya dengan termanggu. Belum pernah dilihatnya seorang yang makan
dengan cara sesopan itu dan terlihat sedemikian menikmati dan menghargai
makanannya.
Begitulah Jaka indi menikmati
makanannya dengan perlahan dan penuh cita rasa, setiap bulir bubur dimakannya
hingga bersih, habis itu barulah ia menaruh kembali mangkuk dan sendoknya, lalu
diminumnya segelas kecil madu dan sari buah kemudian ia mengembus napas puas.
" Sudah kenyangkah…? "
tanya Dewi Yuna lembut.
Saat hasrat sudah terpenuhi, nafsu
makan pun bertambah besar, untuk saat ini andai tersedia semeja makan penuh
nasi padang berikut lauknya, bahkan Jaka Indi merasa sanggup menghabiskannya, bathin
Jaka Indi dalam hati
Tapi Jaka Indi hanya menjawab
dengan mengangguk " Sungguh sangat menarik caramu makan " ujar Dewi
Yuna dengan tertawa manis, kau terlihat lapar dan kau makan dua kali lipat dari
porsi yang biasanya, tapi cara makanmu tetap sopan dan penuh cita rasa.
Jaka indi hanya tersenyum ringan,
hanya saja cara Jaka indi tersenyum mempunyai ciri khas, saat bibirnya
tersenyum matanya seperti juga ikut tersenyum lalu memancar keseluruh bagian
wajahnya.
Memandangi senyuman yang
menghiasi wajah Jaka indi, Dewi Yuna jadi terkesima.
" Mas Jaka ... bagaimana
kalau kita pindah ketempatku di Istana, disana sudah disediakan ibu paviliun
terpisah untuk kita "
" Ada hal-hal yang kusukai
tinggal bersama orang yang kucintai ditempat yang kecil atau rumah yang mungil,
karena lebih mudah aku melihatnya dan lebih sering aku menemuinya, jadi dalam
beberapa hari ini biar disini saja dahulu, setelah itu baru kita pindah kesana,
" ucap Jaka Indi lembut
" memangnya kamu suka
melihatku belum mandi, sedang bekerja didapur atau dalam keadaan badan masih
kotor…? "
" he… eh.... " kata
Jaka Indi sambil menganggukan kepalanya
Dewi Yuna tersenyum manis, ada
suatu perasaan hangat dihatinya, saat mendengar ucapan Jaka Indi. Mendadak dewi
Yuna berucap, " Agaknya kau lupakan sesuatu…"
" melupakan apa...? "
tanya Jaka indi
" Bukankah pagi ini kita
seharusnya berkeliling negeri ini, untuk kuperkenalkan keadaan negeri Suralaya
ini, tapi sudah siang hari begini malah masih duduk disini…"
" ehm... kita bisa
menundanya esok hari, hari ini aku hanya ingin bersamamu ujar jaka indi dengan
senyum menggoda..."
" Sekarang dapatlah kupahami
sesuatu urusan."
" Urusan apa….? " tanya
Jaka indi.
" Betapapun bagusnya sesuatu
makanan, bila di dalamnya tidak diberi garam, makanan itu pasti akan terasa hambar
dan ada yang kurang…."
" Ya, pasti hambar, "
tukas Jaka Indi dengan tersenyum.
" Dan wanita juga begitu, "
sambung Dewi Yuna.
" Mengapa bisa kau
persamakan dengan wanita….? " Jaka Indi merasa tidak paham.
Dengan tersenyum Dewi Yuna
menjawab, " Betapa cantiknya seorang wanita, kalau tidak ada lelaki yang
mencintainya. hidupnya tentu akan terasa hambar “
Wajahnya yang bersemu merah itu
sungguh sangat menggiurkan hati Jaka Indi
Tiba-tiba... terdengar suara pintu
kamar diketuk seseorang. Kemudian Jaka indi berdiri dan membukakan pintu. Tampak
seorang prajurit dalam keadaan masih tergopoh berkata..... " maaf tuan
raden.... tapi Dewi Yuna dipanggil Bunda Ratu....."
Dewi Yuna bergegas mengenakan
mantel hitamnya dan berkata “ mari raden, temani aku “ kata Dewi Yuna.
“ Sebaiknya kamu pergi sendiri, mungkin
ada hal yang bersifat pribadi yang akan disampaikan ibumu, kalau ibumu
memintaku untuk datang, tentu sudah disampaikannya apa yang menjadi maksutnya
pada prajurit ini..”
Dewi Yuna termenung sesaat, lalu
dikeluarkannya seikat buntalan kain kecil dan diletakkannya di genggaman tangan
Jaka Indi " ini sejumlah uang... gunakanlah kalau mas Jaka Indi mau
jalan-jalan sambil menanti aku kembali. "
Berikutnya dewi Yuna juga memberi
sebuah plakat emas yang ukurannya sedikit lebih besar dari kartu nama, yang
terdapat gambar bunga wijaya kusuma.
" Tunjukkanlah plakat emas
ini bila diperlukan, maka para pengawal dan prajurit Suralaya akan membantu
Raden. Plakat emas ini menunjukkan bahwa Raden adalah keluarga kerajaan. "
Dewi Yuna lantas mencium pipi
Jaka indi dan kemudian ikut bersama prajurit pergi berlalu.
Setelah Dewi Yuna pergi
berlalu...
Dibukanya buntalan kain yang ada
di tangannya, yang ternyata berisi banyak kepingan koin logam emas dan perak. Ternyata
di alam astral Suralaya alat pembayaran menggunakan emas dan perak, batin Jaka
indi.
Jaka Indi teringat saat masih
anak-anak, ia pernah diceritakan temannya, kalau uang dikalangan mahluk astral
itu berupa daun.
Wkwkwk...... aya...aya...wae
euy...
Kemudian Jaka Indi memperhatikan
plakat emas berlambang bunga wijaya kusuma, yang ternyata ada rantai kalungnya,
yang bisa dibongkar pasang. Oleh Jaka Indi plakat emas itu lalu disimpan dalam
tas pinggang hitamnya.
Beberapa saat kemudian datang
dayang istana yang membawakan pakaian Jaka indi yang telah dicuci bersih dan
telah rapih disetrika. Setelah menjama sholat dhuhur dan asharnya, Jaka Indi
lantas mengganti piyamanya dengan celana Jeans dan T-Shirt putih miliknya,
hanya saja kali ini ia mengambil mantel hitam panjang dari lemari pakaian untuk
dikenakan menutupi Kaos T-shrtnya..
Ada baiknya aku cari Resi Baba, ketika
Jaka Indi telah berada diluar kamar, ditanyakanlah keberadaan Resi Baba pada
para pengawal dan juga dayang-dayang yang ditemuinya, tapi tak satupun dari
mereka yang tahu keberadaan Resi baba. Hanya menurut petugas yang berjaga di
pintu gerbang Pavilliun kaputran, kemungkinan Resi Baba sudah meninggalkan
kerajaan Suralaya .
Jaka Indi kemudian mengarahkan
langkah kakinya menuju satu-satunya taman yang ada disitu, tidak satupun peri
yang berada disana, memang peri disini hanya suka berkumpul di pagi hari dan
sore hari. Kemudian dicarinya tempat terbuka yang cukup lapang, lalu Jaka indi
mulai meditasi. Sebenarnya Jaka indi memang lebih suka meditasi di alam
terbuka, selain udaranya lebih segar juga dapat menyerap energi alam dan energi
sinar matahari.
Saat itu hari telah senja, Jaka
indi telah menyelesaikan meditasinya dan kembali kekamarnya, tapi Dewi Yuna
masih belum kembali juga, kemudian ditanyakanlah pada prajurit yang melintas
didepannya.
" Pengawal.... apakah aksi
pertunjukan di danau asmoro malam ini masih ada…? "
" Masih ada tuan raden....
Seiama bulan purnama pertunjukan berlangsung selama tiga hari, dan ini malam
terakhir. Apa raden mau kami hantar kesana ...? ucap pengawal itu.
“ Ah... tidak usah.... tolong
pinjamkan aku kuda unicorn yang ada saja, biar aku jalan kesana sendiri. "
" Siap Raden ... “ berikutnya
Kuda unicorn putih sudah siap didepan Jaka indi...
Oh..iya .... bagaimana cara
mengendarainya..... “ tanya jaka Indi, teringat kalau dirinya belum pernah
mengedarai kuda Unicorn.
" Bila ingin terbang
perintahkan saja terbang, bila ingin jalan pelan katakan saja agar jalan pelan,
ia mengerti pembicaraan tuan Raden.... " ujar pengawal tersebut.
Kemudian Jaka indi lompat keatas
kuda unicorn dan duduk diatas punggungnya, lalu membisikan ketelinga kuda
unicorn, bawa aku ke danau asmora, jalanlah secepatnya, kuda unicorn langsung melesat
cepat terbang diudara.
Jaka indi jadi teringat khodamnya
Paman Hamzah harimau putih, kalau Jaka Indi memerlukan sesuatu cukup dengan
cara berkominikasi biasa, dan khodamnya juga bisa menjawabnya. Hanya saja kalau
dengan kuda unicorn ini, komunikasinya hanya bisa satu arah, karena sekalipun
kuda unicorn ini mengerti pembicaraan, tapi tidak bisa menjawab dan
menyampaikan pembicaraan
Tatkala tiba didanau Asmoro, kaget
dan heran Jaka indi melihat suasana ditempat itu, bukan karena keindahan
danaunya, bukan pula karena ramainya pengunjung dan meriahnya suasana, ataupun
banyaknya lampion dan pelita yang menerangi hampir setiap tepi danau. Melainkan
karena mereka yang hadir ternyata tidak hanya dari kalangan peri, tapi banyak
pula mahluk astral lain termasuk ada pula manusia seperti dirinya.
Beberapa kedai dan pedagang
terlihat memenuhi hampir setiap sudut tepi danau Asmoro, ada kedai yang menjual
minyak wangi, persenjataan, pakaian, alat rumah tangga, bahkan juga ada yang
menjual barang antic, Jaka Indi merasa suasana ini seperti suasana pasar malam.
Ada sekitar delapan Panggung
terbuka yang cukup besar yang berdiri megah di sekitar tepi danau Asmoro dan
ada delapan kedai makan dan minum yang masing-masing berada dekat dengan kedelapan
panggung terbuka tersebut.
Jaka Indi memilih menghampiri
kedai minum yang menghadap Panggung terbuka yang diisi oleh atraksi ketrampilan
beladiri, Panggung atraksi pertunjukan beladiri merupakan panggung yang paling
ramai ditonton pengunjung, Kedai minumnya juga kedai yang paling banyak diisi
para tamu yang datang, kedai yang dikunjungi Jakai indi mempunya dua bagian
ruang, yaitu bagian, bawah untuk umum yang sudah penuh terisi, dan loteng atas
untuk mereka yang berkocek tebal dengan biaya masuk serta tarif makan dan minum
yang lebih mahal, bisa duduk diatas loteng yang terbuka, dan dapat menyaksikan
susana diatas panggung pertunjukan dengan lebih jelas.
Dilihatnya di kedai tersebut ada
sepuluh meja dan setiap meja tersedia empat bangku, hanya tiga meja yang bangku
nya terisi penuh pengunjung, yang diisi oleh Pria dari kalangan Peri, sedang
tujuh meja lainnya setiap mejanya hanya diisi dengan satu orang.
Bagian terdepan duduk seorang
Pria yang berbadan tegap berusia tiga puluh tahunanan, posturnya tinggi sekitar
180 cm, mengenakan jubah panjang warna ungu, tampangnya kereng, sikapnya
serius, duduk dengan tegak dan membusungkan dada, kedua tangan ditaruh di atas
paha, sejak mula tidak buka suara, matanya menatap ke atas panggung, saat
melihatnya Jaka Indi merasa pria ini sehirip dengan pangeran Corwin. Jaka Indi
mencoba duduk di sampingnya juga seperti tidak dilihatnya sama sekali.
Jaka indi mencoba tersenyum
padanya, orang itu tidak mengacuhkannya, dia juga tidak ambil peduli, saat
bokongnya mulai diletakkan dibangku, tiba-tiba Pria jubah ungu itu membentak
dengan suara bernada dingin , " carilah tempat lain Jangan duduk semeja
denganku. "
Jaka Indi melenggong, lalu
tersenyum, katanya, " Baiklah..."
Ia batal duduk, dan berpindah ke
meja lain. Yang duduk di meja kedua adalah seorang pemuda tampan dari kalangan
peri, berpakaian sutra halus warna putih, sebilah pedang panjang diletakkan
diatas meja. sebelum Jaka indi duduk di depannya, segera dia berkata dengan
ketus, " kau tak sepadan duduk denganku "
" Ooo...," Jaka Indi
tanpa banyak bicara, langsung menuju ke meja ketiga.
Meja ketiga berduduk seorang peri
jelita bermata sipit dari busananya yang serupa kimono jepang, sepertinya gadis
itu bukan dari negeri Suralaya, berpakaian serba merah dengan motif
kembang-kembang, dengan tatapan tajam dan dingin dia awasi kedatangan Jaka
Indi, ia berkerut kening dengan muka ditekuk dan mulut cemberut, Jaka Indi
cukup tahu diri, segera dia menuju meja keempat.
Seorang Pria berwajah seperti
kera yang tampilannya sehirip dengan golongan Pangeran Abhinaya, berbusana
layaknya perwira tinggi, mendadak berucap, " jangan coba-coba duduk
disini, " katanya dengan nada mengancam.
Dengan tersenyum Jaka Indi
mengurungkan niatnya duduk bersama manusia yang tubuhnya dipenuhi bulu lebat
menyerupai kera, ia melangkah menuju meja kelima.
Yang duduk di meja kelima adalah
seorang pemuda berkulit coklat gelap yang cukup tampan, wajahnya dipenuhi
bulu-bulu halus dan memiliki jenggot lebat yang indah, hanya saja pada
kepalanya memiliki dua tanduk melingkar yang besar, layaknya tanduk domba
gunung, matanya kecil tapi memiliki sorot yang tajam,
Pemuda itu bertelanjang dada,
hanya mengenakan celana warna hitam sampai betisnya, tapi sorot matanya ramah
dan tak acuh atas keadaan sekitar, saat Jaka Indi akan duduk semeja dengan
pemuda bertanduk seperti domba gunung itu, tiba-tiba dari meja sebelah seorang
tertawa dan berkata, " Kisanak... eh...Kangmas yang bermantel hitam,
silakan duduk di sini…"
Jaka indi menoleh, dilihatnya
yang bicara adalah seorang pria dari kalangan manusia, usia kisaran 30 tahunan,
rambut agak ikal dan gondrong dan berkumis, mengenakan belangkon dan baju
garis-garis warna coklat, potongannya mengingatkan Jaka Indi dengan seorang
paranormal Ki Joko Bodo, tapi pria ini posturnya lebih gagah, badannya lebih
tinggi dan lebih kekar, dikedua jari tangannya banyak mengenakan cincin batu
akik ia memanggil dengan tertawa lagi melambaikan tangan kepadanya, belum sampai
di meja pria belangkon itu, hidung Jaka Indi sudah mengendus bau asem dan kecut
dari pria itu, mungkin pria itu sudah lama tidak mandi dan ganti pakaian, tapi
dengan senyum lebar dan wajah gembira Jaka indi duduk di kursi yang ditunjuk,
katanya dengan tertawa kepada pria itu,
" Banyak terima kasih....
banyak-banyak... terima kasih. " sambil mengulurkan tangannya
" Jaka Indi…." katanya
memperkenalkan diri.
Yang dijawab dengan pria itu, "
Indrajit " seraya menggengam tangan Jaka indi kencang dengan telapak
tangannya yang besar.
Terlihat Indrajit menunjukan ekspresi
senang dan sangat gembira, bertemu dengan sesama manusia sejenisnya..
" Kang mas sampeyan dari Jakarta
ya.... ? " tanyanya seketika
" Kok tau ....? " Seru
Jaka Indi heran ...
" Pakaianmu itu lho..."
" Wow... anak Jakarta biasa
ke mall, kok iso tekan kene ( bisa nyampe sini ) " ucapnya sambil tertawa
lepas.
" Kalau Mas Indrajit asal
Jogya ya... ? "
" asalku Banyuwangi.... mas "
" Wuaah... Mas Jaka hebat...
katanya sambil memegang bahu Jaka Indi dan mengguncangnya perlahan.
" Tahu gak mas.... orang
dijaman kita, yang pernah sampai denegeri astral ini hanya beberapa gelintir
saja. “ Seraya menatap Jaka Indi lekat-lekat dengan pandangan kagum.
" Eih.... Mas Jaka, ndak
usah tersinggung sama sikap mereka, sambil sorot matanya beralih melirik kearah
mahluk astral dibeberapa bangku depan, "
" sebahagian mahluk astral
memang tidak senang berdekatan dengan manusia, hawa tubuh kita bikin mereka
merasa panas, "
" Umumnya manusia juga
begitu banyak yang gak suka berdekatan dengan mahluk astral, terutama dari
golongan Jin.... bikin merinding dan bulu kuduk berdiri... wkwkwkwk... " ujar
Mas Indrajit sambil tertawa lepas....
" Oh iya... Mas Jaka disini
tinggal dimana …? "
" tinggal di sekitar sini
juga.... di Wisma kaputran istana Suralaya. "
" Welleeh... wellehh.....
dilingkungan istana pula...... manteep mas, katanya sambil mengacungkan dua
Jempol. "
" Lho... memangnya Mas
indrajit tinggal dimana…? "
“ Aku tinggal dikerajaan
Kahuripan, kira-kira setengah hari perjalanan kearah selatan kalau menggunakan
kuda unicorn, kerajaan tersebut dibangun oleh beberapa pengikut Raja Airlangga
yang pindah kealam astral “ kemudian Mas Indrajit berkata lirih “ di tempatku
itu cukup banyak manusia sejenis kita, hanya saja mereka orang-orang jadul mas
( orang kuno, orang jaman dulu kala ) “
" apa iya..... bisa pindah
ke alam astral secara rombongan gitu Mas...? " tanya Jaka indi heran
" Mas Jaka pernah dengar
cerita Prabu Siliwangi hilang bersama Kerajaannya atau memindahkan kerajaannya
ke alam astral....? "
Jaka Indi hanya menganggukkan
kepalanya...
" nah... sebelum Prabu
Siliwangi .... juga pernah ada beberapa Raja dan Satria yang juga pindah kealam
astral, serta adapula yang pindah berikut balatentaranya dan pengikutnya. Bahkan
konon istana Raja Sulaiman, yang pintunya terbuat dari kayu zaitun. Lantainya
dari kristal yang berkilau laksana kaca, serta dindingnya terbuat dari emas dan
perak, juga pindah ke alam astral, dan sampai saat ini, masih dijaga oleh bala
tentara Jin yang setia kepada nabi Sulaiman. Makanya Pemerintahan israel nyari
harta peninggalannya Raja Sulaiman gak pernah ketemu-ketemu , lha wong sudah
ngumpet di alam astral..." gkgkgkgkgk ....katanya sambil geli tertawa.
Jaka Indi hanya bisa melenggong
dan terpana mendengar cerita Mas Indrajit
Kemudian Mas Indrajit melanjutkan
ceritanya " Saya pernah mendengar dari salah seorang Penasihat Spiritual
Raja di Kahuripan, bahwa harta peninggalan Raja Sulaiman dan juga peninggalan
raja-raja Nusantara, dan harta terpendam atau harta tersembunyi lainnya, jelang
akhir jaman akan diketemukan dan digunakan untuk kesejahteraan seluruh umat
manusia, bersamaan dengan munculnya Ratu Adil, yaitu Pemimpin dunia yang
bersifat adil dan berbudi pekerti baik ."
“ Ehm.... mungkin maksutnya Imam
Mahdi “ fikir Jaka Indi.
" Oh… iya … Mas Jaka
melakukan perjalanan kesini...atas misi dari kelompok tertentu atau atas
keinginan pribadi…? " Tanya Mas Indrajit dengan rasa ingin tahu.
" atas kemauan pribadi, sekedar
jalan-jalan kealam astral saja mas " jelas Jaka indi.
" Mas Jaka apa pernah dengar
nama Satria Bayangan...? "
" Kalau Pasukan Bayangan
saya pernah dengar Mas.....,"
" Pasukan Bayangan kadang
disebut juga Pasukan Hitam, adalah pasukan yang dibentuk oleh salah satu
petinggi negeri, yang merupakan kumpulan atau gabungan orang-orang yang memiliki
" kemampuan istimewa ", seperti ahli makrifat, ahli spiritual, ahli
kebatinan, bahkan juga paranormal. Pasukan hitam ini memiliki tugas-tugas
khusus, kalau tidak salah itu adanya sekitar tahun sembilan puluhan di era orde
baru, dan saat ini sudah tidak ada lagi.
"
" Satria Bayangan itu ya
sama saja dengan Pasukan hitam, " Hitam disini adalah gelap, alias tidak
terlihat, bersifat " sangat rahasia
", Jelas Mas Indrajit
" Satria bayangan ini sudah
ada dari jaman pemerintahan raja-raja nusantara terdahulu, setiap kerajaan
umumnya punya pasukan yang bersifat rahasia semacam ini. nah... dipemerintahan
sekarang Satria bayangan atau pasukan hitam tetap ada, tapi tugasnya bukan
mengamankan kepentingan Raja atau Penguasa seperti dimasa dahulu, melainkan
visi dan misinya adalah menyelamatkan dan mengamankan negeri. khususnya dari
setiap gangguan yang bersifat ghaib atau supranatural. "
" Satria bayangan ini
terdiri dari empat puluh orang, bila ada anggota yang gugur, akan ada anggota
baru yang menggantikannya, hingga jumblah anggotanya selalu sebanyak empat
puluh orang. "
" Sayangnya, saat ini sangat
sukar mencari orang yang punya kemampuan linuwih, hingga tak jarang jumlahnya
tak bisa mencapai empat puluh orang lagi. " Terang Mas Indrajit dengan
panjang lebar..
" Ouh... begitu.... Lantas
... siapakah yang menjadi pemimpin kelompok satria bayangan ini…? " tanya
jaka Indi.
Kemudian Mas Indrajid maju
mendekat dan membisikan sebuah nama pada Jaka Indi, Jaka Indi hanya tercenung
mendengar nama tersebut...
" ini rahasia lho mas...
jangan sampai ada yang tahu, katanya mengingatkan...."
" oh iya... kapan saja mas
Jaka ingin ikut bergabung, aku akan membantu agar Mas Jaka bisa menjadi anggotanya.
Kebetulan aku anggota senior di kelompok satria bayangan tersebut.."
ujarnya dengan tertawa ringan
" Maaf Mas Indrajit... aku
bukan satria, dan gak bisa apa-apa..."
" Eiih... gak usah merendah
begitu....! " ucap mas indrajit
Sambil matanya menatap kearah
kerumunan penonton yang berada didepan panggung. Bersamaan dengan itu tiba-tiba
terdengar suara riuh tepuk tangan penonton menyaksikan ketrampilan sepasang
peri cantik memainkan senjata pedang yang dapat membelah daun yang berjatuhan
dari atas .
Jaka indi kemudian memanggil
pelayan dan memesan dua minuman sari-buah yang dicampur madu.
"Apa Mas Indrajit pernah mendengar nama
Panji Dewantoro...? " tanya Jaka Indi memecah lamunan Mas Indrajit.
Mas Indrajit seperti kurang
memperhatikan pertanyaan Jaka indi, tetapi justru matanya menatap tajam pada
salah satu pengunjung yang ada dikerumunan didepan panggung, sepertinya ia
mengenali seseorang yang ada disana.
Kemudian Mas Indrajit mengambil
secarik kertas dan pensil dari sakunya dan menuliskan sesuatu, “ sampeyan ( kamu
) datanglah ketempatku, ini alamatnya Nanti kita ngobrol sepuasnya “ katanya sambil
menepuk bahu jaka Indi dan bergegas pergi.
Sampai-sampai mas indrajit lupa
meminum sari buah plus madu yang dipesan Jaka indi untuknya, saat Jaka Indi
melihat kearah perginya Mas indrajit terlihat Mas Indrajit sedang membuntuti
seorang wanita berbaju hitam dengan rambut panjang sebahu, entah mengapa Jaka
indi seperti merasa pernah melihat wanita tersebut.
No comments:
Post a Comment