Al-Imam Al-Quthub Al-Habib
Abdulloh bin Alwy Al-Haddad RA ( shohiburrotib ), beliau mengagumi orang orang
yang menziarahi para Aulia ( para wali ) dan beliau tidak senang kepada orang
yang tidak senang berziarah, bahkan beliau menilai orang tersebut sebagai orang
yang malas dan tidak memiliki perhatian kepada agamanya.
Al-Imam Al-Quthub Asy-syeikh Ali
bin Abi Bakar Assakron selalu berziarah ke makam para wali bahkan dalam sehari
beliau mengulangnya hingga 4 kali.
Dalam sebuah riwayat disebutkan,
bahwa Al-Imam Ali bin abi Bakar Assakron pernah pulang dari ziarah tetapi
beliau kembali lagi ke tempat ziarah sebelum tiba ke rumahnya dan ia berkata,
" Aku akan kembali karena aku telah niat ziarah kembali. "
Diriwayatkan dalam kitab
Al-Qirthos, syarah dari Rotibul athos :
من زار و ليا غفر ذنوبه
" Barang siapa menziarahi
seorang wali maka ALLAH Ta'ala mengampunkan dosanya. "
Orang yang berziarah ke makam
para wali dengan tujuan tabarruk, maka ziarah tersebut dapat mendekatkannya
kepada ALLAH Subhanahu wa Ta’ala dan tidak menjauhkannya dari ALLAH Subhanahu
wa Ta’ala.
Orang yang berpendapat bahwa
ziarah wali dengan tujuan tabarruk itu syirik, jelas keliru. Ia tidak punya
dalil, baik dari Al-Qur’an maupun dari hadits Nabi ﷺ.
Al-Hafizh Waliyyuddin al-’Iraqi
berkata ketika menguraikan maksud hadits :
أَنَّ مُوْسَى u قَالَ: رَبِّ أَدْنِنِيْ مِنَ اْلأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ رَمْيَةً بِحَجَرٍ وَأَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «وَاللهِ لَوْ أَنِّيْ عِنْدَهُ لأَرَيْتُكُمْ قَبْرَهُ إِلَى جَنْبِ الطَّرِيْقِ عِنْدَ الْكَثِيْبِ الْأَحْمَرِ».
“ Sesungguhnya Nabi Musa AS
berkata, “ Ya ALLAH, dekatkanlah aku
kepada tanah suci sejauh satu lemparan dengan batu. ”
Nabi ﷺ bersabda
:
“ Demi ALLAH, seandainya aku ada
di sampingnya, tentu aku beritahu kalian letak makam Musa, yaitu di tepi jalan
di sebelah bukit pasir merah. ”
Ketika menjelaskan maksud hadits
tersebut, al-Hafizh al-’Iraqi berkata :
وَفِيْهِ اسْتِحْبَابُ مَعْرِفَةِ قُبُوْرِ الصَّالِحِيْنَ لِزِيَارَتِهَا وَالْقِيَامِ بِحَقِّهَا، وَقَدْ ذَكَرَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لِقَبْرِ السَّيِّدِ مُوْسَى u عَلاَمَةً هِيَ مَوْجُوْدَةٌ فِيْ قَبْرٍ مَشْهُوْرٍ عِنْدَ النَّاسِ اْلآَنَ بِأَنَّهُ قَبْرُهُ، وَالظَّاهِرُ أَنَّ الْمَوْضِعَ الْمَذْكُوْرَ هُوَ الَّذِيْ أَشَارَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ.
“ Hadits tersebut menjelaskan
anjuran mengetahui makam orang-orang sholeh untuk dizarahi dan dipenuhi haknya.
Nabi ﷺ telah
menyebutkan tanda-tanda makam Nabi Musa AS, yaitu pada makam yang sekarang
dikenal masyarakat sebagai makam beliau. Yang jelas, tempat tersebut adalah
makam yang ditunjukkan oleh Nabi ﷺ.”
( Tharh al-Tatsrib, {3/303} ).
Pada dasarnya ziarah kubur itu
sunnah dan ada pahalanya.
Al-Imam Al-Quthbul Wujud
Asy-Syahir Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, Shohib Simthud Durror berkata :
“ Kalian berziarah datang dari
jauh, sungguh yang akan kalian dapatkan adalah keuntungan yang begitu besar.
Hati kalian yang sebelumnya kosong kini akan penuh terisi dengan berbagai
kebaikan, pertolongan dan keberkahan. ”
Mereka menjawab :
“ Tetapi, kami datang bukan
dengan hati yang kosong, Habib. Melainkan kami datang dengan hati yang telah
penuh dengan dosa, penyakit dan kesalahan. ”
Lalu Al-Habib Ali Bin Muhammad
Al-Habsyi menjawab :
“ Keberkahan dari berziarah akan
menyembuhkan semua penyakit itu. Juga mengikis habis dosa-dosa itu, lalu
kemudian di isinya dengan segala macam kebaikan-kebaikan. ”
والله اعلم بالصواب
No comments:
Post a Comment