Suatu hari seorang Alumni pondok
pesantren mendapat undangan ceramah disebuah kota. Hamdalah, sholawat dan salam
telah usai diucapkan. Para hadirin dan segenap undangan begitu khidmad dan
khusyu' mendengarkan materi yang disampaikan. Saat ditengah-tengah menyampaikan
ceramahnya Sang Da'i secara tak sengaja melihat teman kelasnya ketika dulu
masih mondok di Pesanteren berada ditengah-tengah kerumunan para hadirin.
Sahdan, pengajian pun selesai,
Sang Da'i tak pelak mencari teman kelasnya yang tiba-tiba menghilang dari
deretan hadirin dan para undangan. Hari demi hari pun berlalu, Sang Da'i terus
memikirkan dan berharap bisa bertemu kembali dengan teman kelasnya. Hingga pada
suatu waktu, Alloh mempertemukan dua teman yang lama tak bersua ini di suatu
tempat.
Sang Da'i bertanya pada temannya
: " Kenapa tempo hari kamu tiba-tiba menghilang saat dipengajian itu…? "
" Aku malu, setelah tahu
yang ceramah itu adalah kamu, teman kelasku…". Jawab Sang Teman, sembari
menunduk.
Sang Da'i bertanya : " Kenapa
kau harus malu….? Bukankah aku adalah teman kelasmu. Kita pernah bersama-sama
susah senang mengais ilmu di Pondok Pesantren mulai sejak Ibtidaiyah hingga kita lulus
tugas.
Sang teman menjawab : " Aku
malu pada diriku sendiri, dengan keadaanku saat ini. Hidupku miskin, serba
kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan istriku saja, setiap malam aku
terpaksa memburu katak ( kodok ) dari sawah ke sawah atau dari sungai ke sungai
untuk aku jual ke pengepul seharga 20 ribu. Itu pun kalau malam itu aku dapat
banyak, tapi kalau sedang apes dan tak seekor katak aku peroleh, maka aku harus
pulang dengan tangan kosong. Untuk beli beras dan lauknya aku harus hutang
ketetangga terdekat ".
" Apakah kamu selama ini
tidak pernah berkunjung ke Pondok Pesantren untuk sekedar ke Pesarean ( makam
Masyaikh ) atau sowan kepada Kyai…? Atau setidaknya kamu mengikuti kegiatan
IASS baik ngaji kitab atau istighosah setiap bulannya…? ". Tanya Sang Da'i
bertanya pada temannya.
" Aku tidak pernah mengikuti
kegiatan IASS sama sekali, apalagi berkunjung ke Pondok atau sowan kepada Kyai.
Entalah, aku merasa malu bercampur takut karena tak punya uang untuk sungkem kepada Kyai dan tidak punya
banyak ongkos untuk ikut ngaji kitab di IASS setiap bulan ". Cerita Sang
Teman dengan kejujurannya.
Di suatu kesempatan, Sang Da'i
mengajak temannya untuk sowan kepada Kyai nya. Sang Teman tentu saja menolak
dengan alasan yang sama-tidak punya uang. Namun setelah Sang Da'i memberi
beberapa pertimbangan dan saran serta siap memberinya uang untuk sowan,
akhirnya Sang Teman pun mau ikut sowan ke Kyai.
Sesampainya di kediaman Kyai, Sang
Da'i menghaturkan semua cerita pahit yang dialami temannya dengan rinci kepada
Kyai.
" Pohon saja kalau tidak
pernah disiram air, maka akarnya akan mati. Begitu juga seorang Santri ( Alumni
), kalau tidak pernah disirami do'a-do'a para Masyaikh dan khidmah serta
pengabdian di masyarakat demi membawa bendera kalimatillah tentu hidupnya akan
redup dan mati. Maka hendaklah kamu ikuti segala kegiatan yang diadakan IASS
dan kalau ada waktu senggang sowanlah ke Pesarean ( makam Masyaikh ). Ini aku
beri ijazah wirid, amalkan selama tujuh hari jangan sampai putus. Setelah itu
pergilah kau ke arah selatan ". Dawuh Kyai
Tujuh hari pun berlalu dan semua
wirid yang diijazahkan Kyai dibacanya hingga usai, lalu Sang teman berjalan
keluar dari rumahnya menuju ke arah selatan sesui pentunjuk yang diperintahkan
Kyai. Jauh dia melangkah ke arah selatan, meninggalkan rumahnya. Tak ada dalam
benaknya kecuali hanya melaksanakan titah Kyai hingga akhirnya dia bertemu
dengan orang sedang menebang pohon besar di hutan.
Sang teman bertanya : " Bapak
menebang pohon ini untuk apa….? ".
" Aku menebang pohon ini
untuk aku jual Nak…! Apakah kau mau membelinya…? Biar aku berikan padamu
seharga 1 juta. Jawab Si Penebang Pohon.
Ah, tidak Pak….! Aku tidak punya
cukup uang untuk membelinya. Sahut Sang Teman.
Sudahlah…! Bawa saja kayu ini
kalau kau berminat membelinya. Jangan kau pikirkan masalah uangnya, nanti kalau
kayu ini sudah laku kamu tinggal mengembalikan modalnya. Serah Si Penebang
Pohon .
Dengan penuh semangat Sang Teman
membawa kayu itu ke desa terdekat. Alhamdulillah, tanpa disangka kayu yang
dibawanya laku 2 juta.
Setelah itu, keesokan hari Sang
teman bersama Sang Da'i sowan kembali ke Kyai.
Sesampainya di tempat Kyai, Sang
teman ditanya oleh Kyai : " Bagaimana…! Sudah mendapatkan rezeki…?
" Ya, Alhamdulillah Kyai…!
Kemarin saya mendapat rezeki 1 juta ". Jawab Sang Teman sembari tersenyum
simpul.
" Kalau begitu, wirid yang
aku berikan padamu amalkan lagi selama tujuh hari, sama seperti yang aku
perintah minggu yang lalu. Perintah Kyai.
Tujuh hari pun juga berlalu, Sang
teman telah menyelesaikan wirid yang diperintahkan Kyai. Seperti sebelumnya dia
pun keluar rumah dan berjalan ke arah selatan. Ketika sampai di suatu desa Sang
Teman bertemu dengan orang yang sedang panen buah jeruk.
Iya, bertanya kepada Si Petani
Jeruk : " Sedang panin jeruk Pak…?
" Iya benar….! Apakah
kisanak, hendak memborong ( membeli ) jeruk ini…? " Semua jeruk ini aku
beri harga 5 juta saja. Kalau kisanak minat silahkan…! ". Jawab dan tanya
Si Petani Jeruk.
" Aku tidak punya uang Pak…!
untuk membeli semua jeruk Bapak. Aku cuma ingin tahu saja ". Jawab Sang
Teman sedikit malu-malu.
" Tidak usah malu-malu dan
memikirkan soal uangnya. Asalkan Kisanak minat, sudah bawa semua jeruk ini. Aku
percaya Kisanak orang yang bisa dipercaya, masalah uang nanti belakangan. Kalau
sudah laku, Kisanak tinggal membayar modalnya saja. Ujar Sang Petani Jeruk.
Tanpa basa-basi lagi Sang Teman,
langsung membawa semua jeruk itu ke pasar. Alhamdulillah, semua jeruk yang
dibawanya laku 10 juta dan dia hanya tinggal mengembalikan 5 juta kepada Sang
Petani jeruk.
Singkat cerita, Sang Teman yang
dulu hidup susah di bawah garis kemiskinan dan hanya bekerja memburu kodok
setiap malam, sudah mulai berbahagia dengan penghasilan yang cukup untuk
memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Subhanalloh….! Aku ucapkan. Sahabat sejati
tentu tak akan pernah rela melihat sahabatnya hidup dalam kesusahan dan
keterpurukan.
Semoga kisah nyata ini bisa
menjadi inspirasi dan diambil hikmahnya bagi semua Alumni Pesantren.
Semoga Alloh selalu memberikan
kita kesehatan, keluasan rezeki dan waktu untuk bisa sowan kepada guru-guru
kita khususnya Para Masyaikh di Pesantren tempat kita belajar ilmu Alloh
Kisah ini, diceritakan oleh
Alumni Senior Santri, dengan tujuan sebagai ibroh dan pelajaran bagi kita
selaku Alumni Pesantren dan tidak ada maksud untuk menyinggung siapa pun yang
mungkin kehidupannya ketepatan sama seperti cerita di atas.
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد
No comments:
Post a Comment