Ini cerita
yang cukup pilu untuk dituliskan. Seorang ibu rumah tangga dengan 5 orang anak
dan saat ini sedang mengandung pula, ditinggalkan suaminya tanpa kabar berita.
Ibu ini bukan sembarang ibu, dia adalah ibu yang saya tahu keshalihannya.
Setiap minggu dia mengaji dan memberi pengajian.
Suaminya
pun bukan lelaki buta agama, tapi mungkin inilah yang Allah SWT sebut sebagai
ujian. Dalam keadaan mengandung dan sebentar lagi akan melahirkan ibu ini
menanggung beban yang amat berat. Suami terlilit utang, biaya hidup khususnya
biaya sekolah anak tinggi, suami tak tahu keberadaannya di mana.
Dalam
keadaan sulit seperti ini sayangnya si ibu tidak memiliki keahlian sedikit pun.
Teman-temannya sudah banyak memberi ide usaha ini itu tapi tak satu pun yang
bisa dia lakukan. Teman-temannya juga sudah banyak yang membantu kebutuhan
hidup sehari hari tapi tentu tidak bisa membantu seterusnya. Mau tidak mau,
suka atau tidak suka ibu ini harus memiliki kemampuan untuk mengambil alih
nahkoda. Jika tidak, siapa yang paling menanggung beban kalau bukan anak-anak?
Memang
tugas mencari nafkah adalah tanggung jawab suami, tapi akan lebih baik jika
istri memiliki penghasilan. Tidak bekerja di luar rumah dan hanya mengurus
anak-anak itu baik, tapi akan lebih baik lagi tidak bekerja di luar rumah tapi
kita punya penghasilan.
Jika istri
punya penghasilan, ketergantungan kepada suami dapat dikurangi. Siapa yang bisa
menyangka suami kita akan baik-baik saja? Siapa yang bisa menjamin suami akan
selamanya mampu menafkahi keluarga? Siapa juga yang dapat menjamin suami kita
akan sehat selamanya?
Ada
orang-orang yang menghabiskan hidupnya untuk dakwah, tapi melupakan
kewajibannya kepada keluarga. Ada orang yang senantiasa sujud tersungkur dalam
lautan ibadah tapi bergelimang kemiskinan yang membuat sedih anak anaknya.
Seharusnya orang-orang seperti ini tidak berhak untuk miskin dan menderita.
Rumah dan
mobil bukan lagi barang mewah, keduanya adalah kebutuhan dasar yang harus
disediakan suami untuk keluarganya. Apalagi dalam keluarga itu punya lebih dari
empat anak, ga’ mungkin lagi kan pakai motor?
Makanan
yang bergizi itu bukan barang mewah tapi itu adalah kebutuhan dasar yang harus
disediakan suami untuk keluarganya agar anak-anak bisa tumbuh sehat dan cerdas?
Bagaimana kita bisa bersaing dengan musuh jika untuk memenuhi kebutuhan paling
dasar saja yaitu makan susah?
Saya tidak
mengajak kaum perempuan untuk materialistis atau keluar dari rumahnya dan
meninggalkan anak anaknya untuk bekerja. Bekerja tidak melulu di luar rumah
atau meninggalkan anak. Galilah potensi diri kita, apa yang bisa kita lakukan
untuk membantu perekonomian keluarga? Kita dapat memiliki penghasilan walaupun
kita tidak bekerja.
Semoga
Allah selalu meningkatkan keimanan di dada kita, memudahkan urusan kita,
melapangkan rezeki kita, menambah ilmu kita. Semoga saudara kita yang sedang
kesulitan dimudahkan segala urusannya, yang sedang terlilit utang dimudahkan
membayar utangnya, yang sedang dalam kesempitan dilapangkan urusannya, yang
sedang sedih dibahagiakan, yang sedang sakit segera disembuhkan, yang sedang
konflik dengan keluarga diharmoniskan kembali.
Walahualambishowab…
No comments:
Post a Comment