Garwo adalah istilah jawa dari
istri. Garwo adalah akronim ( singkatan ) dari kata " sigarane nyowo "
( belahan hati ) Dan belahan hati adalah penentu sang buah hati.
KH. Maimoen Zuber pernah dawuh :
" Neng Al Qur-an , Istri iku
ladang kanggo suami. Sepiro apike bibit tapi nek tanahe atau ladange ora apik,
ora bakal ngasilno pari apik ".
Artinya : “ Di dalam Al Qur’an,
Istri itu ibarat sebuah ladang bagi suami. Seberapa bagus bibit tetapi kalau
tanah dan ladangnya tidak bagus, maka tidak akan menghasilkan padi yg bagus
pula "
Maka, beliau menawarkan konsep
dalam mencari istri itu hendaknya :
" Nek milih bojo iku sing
ora patiyo ngerti dunyo, mergo sepiro anakmu sholeh, sepiro sholehahe ibune ".
Artinya : “ Jika memilih istri
sebaiknya ( wanita yang ) tidak begitu suka dunia, karena seberapa sholeh
anakmu tergantung dari seberapa sholeh ibunya ".
Seirama dengan beliau, KH. M.
Anwar Manshur pun berpesan :
" Carilah wanita yang
memiliki nasab baik, karena itu akan mempengaruhi nasib yang baik pula. Tapi
andai kata jodohmu bukanlah orang yang memiliki nasab, maka buatlah nasab
sendiri dan bangun nasib dengan nasab yang kamu bangun "
Kemuadian Mbah Maimoen mengambil
i'tibar dari kisah para sahabat Rasulullah :
“ Sohabat Abbas iku nduwe bojo
ora seneng dandan, nganti sohabat Abbas isin nek metu karo bojone. Tapi beliau
nduwe anak ngalime poll, rupane Abdulloh bin Abbas ".
Artinya : “ Sahabat Abbas
mempunyai istri yang tidak suka berdandan, sampai sahabat Abbas malu jika
keluar rumah bersama istrinya. Tapi beliau memiliki anak yang sangat alim
sekali, yaitu Abdullah bin Abbas ".
“ Sayyidina Husain nduwe bojo
anake Rojo Rustam ( rojo Persia ). Walaupun asale putri Rojo, sakwise dadi
bojone Sayyidina Husain wis ora patiyo seneng dunyo. Mulane nduwe putro Ali
Zainal Abidin bin Husain, ngalim-ngalime keturunane Kanjeng Nabi ".
Artinya : “ Sayyidina Husain ( cucu
Rosulullah SAW ) memiliki istri dari putri Raja Rustam ( Raja Persia ).
Walaupun berasal dari putri raja, setelah menjadi istri Sayyidina Husain sudah
tidak begitu suka dunia. Makanya beliau memiliki putra bernama Ali Zainal
Abidin bin Husain, keturunan Rosulullah yang paling alim ".
Beliau juga memberikan contoh
bukti real pentingnya peranan " garwo " di zaman now :
“ Kiai-Kiai Sarang ngalim-ngalim
koyo ngono, mergo mbah-mbah wedo'e do seneng poso ".
Artinya : “ Para kiyai dari
Sarang bisa alim seperti itu, sebab para mbah perempuannya suka berpuasa ".
Beliau pun memberikan contoh
ulama besar Mekkah berdarah Padang Sumatra Barat. Tokoh berdarah Nusantara itu
bernama Abu Al-Faidh’ Alam Ad Diin Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani, bergelar “
Almusnid Dunya ” ( ulama ahli sanad dunia ) karena keahliannya dalam hal ilmu
periwayatan hadist. Maka banyak para ulama-ulama dunia berbondong-bondong untuk
mendapat Ijazah Sanad hadist dari beliau. Bahkan Al-‘Allamah Habib Segaf bin
Muhammad Assegaf salah seorang ulama dan waliyulloh dari Tarim Hadromaut sangat
mengagumi keilmuan Syekh Yasin Al-Fadani hingga menyebut Syekh Yasin dengan ” Sayuthiyyu
Zamanihi ” ( imam Al Hafid Assayuthy pada zamannya ).
Mbah Maimoen dawuh :
“ Syekh Yasin Al Fadani iku nduwe
istri pinter dagang, nduwe putro loro. Sing siji dadi ahli bangunan sijine
kerjo neng transportasi. Kabeh anake ora ono sing nerusake dakwahe Syekh Yasin ".
Artinya : “ Syekh Yasin Al Fadani
itu mempunyai istri yang pandai dalam berdagang, mereka memiliki dua putra.
Yang satunya ahli dalam bangunan, yang satunya bekerja dalam bidang
transportasi. Semua anaknya tidak ada yang meneruskan dakwah Syekh Yasin ".
Beliau memberikan konklusi ( kesimpulan
) bahwa :
“ Intine iso nduwe anak ngalim,
nek istrine ora patiyo ngurusi dunyo lan khidmah poll karo suamine ".
Artinya : “ Intinya untuk
memiliki anak yang alim, jika istrinya tidak begitu mengurusi masalah dunia dan
totalitas berkhidmah ( patuh ) kepada suaminya ".
“ Nek kowe milih istri pinter
dunyo, kowe sing kudu wani tirakat. Nek ora wani tirakat, yo lurune istri sing
ahli dzikir, kowene sing mikir dunyo alias kerjo ".
Artinya : " Jika kamu
memilih istri yang pandai mengurus masalah dunia, kamu harus berani untuk
tirakat. Jika kamu tidak berani, yang kedua carilah istri yang ahi dalam
berdzikir, kamu yang berpikir masalah dunia alias bekerja ".
Dan saya ingat dawuh ipun Maulana
Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya :
" Semangat bekerja,
bertanggung jawab, tidak meninggalkan sholat lima waktu dan mau mendekati Ulama
dan orang-orang Sholeh. Insya Allah akan membawa kebaikan, baik duniawi maupun
ukhrawi. Yang masih single semoga segera mendapat jodoh, yang membawa maslahat
dunia dan akhirat. “
No comments:
Post a Comment