Banyak yang mengisyaratkan ikhlas
itu seperti lilin yang di bakar.
Itulah para ahli hakikat, mereka
banyak menderita, tetapi mereka tidak pernah mengeluh.
Seperti lilin yang membakar
dirinya untuk menerangi di sekitar nya tanpa sedikitpun ada keluhan.
Jika mereka ( para ahli hakikat )
mengeluh, mereka tidak dapat menanggung beban orang lain.
Seorang wali berdoa pada
Tuhannya, " Wahai Tuhanku, bukalah Pintu-Mu untukku. "
Ia terus berdoa, berdoa dan
berdoa... memohon Tuhannya untuk membukakan pintu untuknya.
Kemudian Tuhan menjawab, " Engkau
ingin agar pintu-Ku dibukakan untukmu…? "
Wali itu menjawab, " Ya, aku
akan merasa terhormat. "
Dia berfirman, " Kalau
begitu engkau harus menjadi pembawa kesulitan bagi hamba-hamba-Ku. "
" Engkau harus menjadi
tempat di mana mereka dapat membuang segala masalah dan kesulitannya. Pada saat itu, barulah Aku akan membukakan
pintu-Ku. "
Kalian tidak bisa
bersantai-santai, bersenang-senang dan berkata, " Oh, aku senang, aku
tidak peduli dengan orang lain. "
Tidak….!
Ahli hakikat harus menampung
kesulitan mereka.
Mereka harus menjaga manusia dan
memberikan apa yang mereka butuhkan ( semampu kita dalam mengupayakan ).
Dan mereka memberinya dari HATI
mereka, meskipun mereka menderita…!
Seperti lilin ini, ia menderita
sekarang... tetapi ia tidak mengeluh…!
Seseorang berkata pada saya
bahwa, " Sufi itu adalah orang-orang yang toleran, mereka dapat bersikap
toleran terhadap apa saja.... para ahli riyahdoh itu harus dapat bertenggang rasa.
"
Saya katakan, " Toleransi
saja tidak cukup…! Kalian dapat
mentoleransi orang hingga ke titik tertentu, tetapi yang paling penting adalah
penerimaan untuk semua kalangan…! "
Kalian harus dapat menerima
mereka dengan segala kondisi mereka, kalian harus toleran pada mereka dan
menerima mereka.
Tidak hanya toleran tetapi
kemudian tidak menerima mereka dengan mengatakan, " Tidak, mereka salah. "
" Aku toleran pada mereka
hanya karena.... aku merasa bahwa aku harus membangun jembatan dengan mereka kepada
Tuhan-Ku. "
Tidak, itu tidak cukup.
Membangun jembatan di antara
masyarakat itu tidak cukup, tetapi kita harus juga dapat menerima mereka,
menerima kehadiran dan keberadaan mereka sebagaimana kalian menerima kehadiran
dan keberadaan kalian di hidup kalian saat ini.
Itulah sebabnya mengapa lilin ini
bersikap toleran dan menerima dirinya terbakar untuk memberikan Cahaya pada
kita…!
Dan setelah beberapa saat,
panjenengan saksikan bahwa mereka lenyap sepenuhnya dan tidak ada yang
tersisa...
Artinya ia mengorbankan dirinya
untuk manfaat bagi orang lain.
Itulah kesadaran spiritualitas.
Kesadaran Spiritualitas adalah
mengorbankan diri kalian, dengan menanggung kesulitan orang lain dan memberi
mereka apa yang dapat kalian tawarkan bagi mereka, agar mereka dapat hidup
dengan damai dan hidup dengan bahagia.
Itulah cinta tanpa syarat di
ajarankan dan cinta universal bagi manusia.
Kenapa kita kok sibuk dengan
bermanfaat sesama ….?
Kenapa kita sibuk dengan Hidup
kita sendiri dulu, membenahi yang di sekitar dulu, baru untuk orang lain….?
Saya jawab, hehehe…. jika
panjenengan melihat Kanjeng nabi Muhammad SAW memerintah kan putrinya ( sayyidatina
Fatimah as Zahra ) untuk belajar kepada manusia lain ( ibu Siti muti'ah ), apakah
beliau kurang cukup menjadi uswah ( contoh ) bagi panjenengan bahwa beliau pun
mengajak dan mengajar kepada kita untuk belajar pada manusia lain di sekitar
kita….?
Jangan merasa benar, hanya dengan
halal dan haram belaka, salah dan benar saja, terlebih” menyatakan kebenaran
dengan nada kebencian.
No comments:
Post a Comment