Mengapa manusia butuh mensucikan
jiwa…?
" Setiap kalian adalah
pemimpin dan setiap pemimpin dimintakan tanggung jawab atas kepemimpinannya
itu."
Jadi Allah akan meminta
pertanggungjawabkan pada diri kita semua, karena setiap orang adalah pemimpin,
minimal memimpin keluarga dan dirinya sendiri.
" Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,
yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. " ( QS. 66 : 6 )
Abdullah bin Abbas menerangkan
bahwa kata pelihara ini berarti "mendidik" diri dan keluarganya.
Ingat doa yang diajarkan Rasul SAW :
" Ya Allah karuniakanlah
pada jiwa ini ketakwaan kepada-Mu dan sucikanlah jiwaku, karena engkaulah
pelindung dan pemiliknya. "
Tahap Mensucikan Jiwa
1. At-Tathahharu
2. At-Takhaluq
3. Al-Iqtida'
At-Tathahharu
Artinya: Mengangkat dan
membersihkan jiwa dari segala penyakitnya.
Pembersihan diri ini diawali
dengan taubat. Taubat yaitu kembali pada pangkuan dan pelukan Allah, meninggalkan
segala dosa dan maksiat serta berusaha untuk tidak melakukannya lagi. Dan kemudian
memulai hari-hari anda dengan indah yang dihiasi dengan keimanan dan keta'atan.
Diri anda akan terasa ringan dan " plong " apabila anda berhasil
mengangkat penyakit-penyakit hati atau penyakit jiwa/batin.
Apa saja penyakit jiwa…?
Kufur, Nifaq. Yaitu ingkar kepada
Allah. Bila seseorang ditimpa bencana dan ancaman kematian, maka ia akan
memohon kepada Allah dalam segala posisi saking takutnya, tetapi setelah
bencana itu diangkat oleh Allah, ia lupa bahwa dengan kekuasaan Allahlah hal
itu terjadi.
Syirik & Riya’. Syirik :
menyekutukan Allah dengan selain Allah.
Riya’: syirik kecil, karena
adanya pada diri manusia itu sendiri. Perumpamaan Rasul SAW : “Riya’ itu bagaikan
semut hitam, di atas batu hitam, di dalam hutan belantara yang gelap pada waktu
malam hari. "
Riya’ menyebabkan seluruh amal
yang kita kerjakan karena Riya’ akan ditolak oleh Allah. Ingat salah satu doa
yang diajarkan Rasulullah yang termuat dalam Al-Ma’tsurat:“Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu terhadap apa-apa
yang aku ketahui. Dan ampunilah aku terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui. ”
Hubbud dunya, atau cinta dunia ( wahn
).
" Dijadikan indah pada ( pandangan
) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia;
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik ( surge ). " ( QS 3: 14 ).
Hasad (kedengkian). Orang yang
hasad tidak senang bila orang lain mendapatkan rezeki, nikmat, dll dari Allah.
Rasulullah menasehati kita, “Jauhi sifat hasad, karena tanpa terasa kebaikan
amal kita habis seperti api menghabiskan sepotong kayu.” Ingat kisah seorang
sahabat miskin ( seorang buruh panggul ) yang dikatakan Rasul SAW sebagai ahli
syurga padahal ketika diselidiki oleh seorang sahabat lain amalan lainnya biasa
saja. Ternyata rahasianya adalah bahwa tiap malam ia berdoa agar terhindar dari
sifat hasad dan mendoakan orang lain yang berniat atau telah melakukan
kezaliman atas dirinya untuk diampuni oleh Allah.
Ujub, yaitu kekaguman seseorang
terhadap dirinya sendiri. Kekaguman itu bisa terhadapkekaguman fisiknya ( narsisme
), ilmu pengetahuan yang dimiliki, dan yang paling bahaya adalah terhadap amal perbuatannya
sendiri. Yang disebut terakhir Allah menggambarkan dalam surat 49:17 bahwa
orang yang ujub merasa telah memberikan ni’mat ( rezeki, sedekah ) kepada orang
lain dan merasa bangga disebut sebagai yang menyedekahi. Dengan kata lain ia
melakukan amal perbuatannya karena ingin dilihat orang lain. Silakan dicek pula
surat 7 : 44 ( bacaan para penghuni surga ketika masuk surge ).
Takabbur, atau sombong. Awal dari
takabbur ini adalah sifat ujub. Bermula kagum pada diri sendiri kemudian ia
merendahkan orang lain. Cukup banyak ayat yang menerangkan sifat takabbur ini.
Lihat surat An-Nahl ( 16 ) : 22 – 25. Cara untuk menghilangkan sifat ini adalah
banyak berdzikir ( kagum pada Allah ).
Ittiba’ul Hawa, atau selalu
mengikuti hawa nafsu. Orang yang mengikuti hawa nafsu tidak mau dibatasi.
Allah mengijinkan disalurkannya
nafsu, tetapi semua ada batasnya. Oleh karena itu fungsi kajian
Tazkiyatun Nafs ini adalah supaya
nafsu tersalurkan sesuai porsinya.
Dan masih banyak lagi
penyakit-penyakit hati yang nampak maupun tersirat dalam jiwa dan batih manusia,
yang mengakar dalam hati insan.
No comments:
Post a Comment