Photo

Photo

Sunday, 17 February 2019

Mbah Mangli


Bagi orang Jawa Tengah, khususnya daerah Magelang nama Kyai Haji Hasan Asy’ari atau Mbah Mangli hampir pasti langsung mengingatkan pada sosok kyai sederhana yang penuh karomah.

Beliau lahir dengan nama Muhammad Bahri di Dukuh Nepen Desa Krecek, Kecamatan Pare, Kediri pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 02.00 malam.

Beliau adalah putra bungsu dari Muhammad Ishak keturunan dari Maulana Hasanudin putra Sunan Gunung Jati . Sedangkan ibunya keturunan dari Kiyai Ageng Hasan Besari yang masih keturunan dari Sunan Kalijaga .

Menurut almarhum KH Hamim Jazuli atau Gus Miek , walau Mbah Mangli memiliki banyak usaha dan termasuk orang yang kaya-raya, namun Mbah Mangli adalah wali Allah yang hatinya selalu menangis kepada Allah, menangis melihat umat dan menangis karena rindu kepada Allah.

Mbah Mangli adalah mursyid Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah (TQN). Mbah Mangli adalah salah satu tokoh yang mendirikan Asrama Pendidikan Islam di Magelang yang santrinya berasal dari seluruh Indonesia.

Mbah Mangli dikaruniai karomah “ melipat bumi ” yakni bisa datang dan pergi ke berbagai tempat yang jauh dalam sekejap mata. Di sisi lain, beliau dikenal sebagai seorang yang memiliki kemampuan psikokinesis tinggi. Misal, dia dapat mengetahui tamu yang akan datang beserta maksud dan tujuannya.

Mbah Mangli juga ikut Toriqoh Alawiyah. Beliau sering mengikuti maulid di Masjid Arriyad yang dipimpin oleh Habib Anis Bin Alwi Alhabsyi setiap malam jumat sejak zaman Habib Alwi Bin Ali Alhabsyi .

Adapun wiridan wajib dipondok pesantren Mbah Mangli adalah Rotib Al Haddad, Rotib Al Athos dan Rotib Syakron sampai sekarang.

Pada 1959, Mbah Mangli mendirikan pondok pesantren salafiyah namun tidak memberikan nama resmi. Lambat laun pondok tersebut dikenal dengan nama Ponpes Mangli dan sosok Hasan Asy’ari dikenal masyarakat dengan nama Mbah Mangli karena bermukim di dusun Mangli, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

Berdasar cerita yang beredar di masyarakat, Mbah Mangli bisa mengisi pengajian di beberapa tempat sekaligus dalam waktu bersamaan. Ia bisa mengisi pengajian di Mangli, namun pada saat bersamaan juga mengaji di Semarang, Wonosobo, Jakarta dan bahkan Sumatera.

Ia juga tidak memerlukan pengeras suara untuk berdakwah seperti halnya kebanyakan kiai lainnya. Padahal jamaah yang menghadiri setiap pengajian Mbah Mangli mencapai puluhan ribu orang.Anehnya seluruh yang hadir itu, dengan jelas mendengar suara beliau.

Mbah Mangli-lah yang berhasil mengislamkan kawasan yang dulu menjadi markas para begal dan perampok tersebut. Pada masa itu daerah tersebut dikuasai oleh kelompok begal kondang bernama Merapi Merbabu Compleks (MMC).

Gus Dur ( KH Abdurrahman Wahid ) semasa hidupnya sering berziarah ke makam Mbah Mangli ( wafat pada tahun 2007 ) yang telah berjasa menyebarkan Islam di lereng pegunungan Merapi-Merbabu-Andong-Telomoyo.

No comments:

Post a Comment

Bill Gates Jelaskan Mengapa Anaknya Tidak Bisa Menikah Dengan Orang Miskin

Sambil nunggu update terbaru yang masih tertutup formasi ilusi  --------- "Beberapa tahun yang lalu saya menghadiri konferensi di Ameri...