“ Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal. ( yaitu ) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata ) : “ Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau (سبحانك), maka
peliharalah kami dari siksa neraka ” ( QS. Ali Imraan : 190-191 )
“ Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al
Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. Al-Israa’: 1).
“ Dan sungguh, Kami mengetahui
bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah engkau diantara orang yang
bersujud.” ( QS.Al-Hijr : 97-98 )
Jadi soal “ subhanallah ” & “
masya Allah ” untuk bagaimana benarnya berdasar syar’i biar Guru kita yang nanti meluruskan.
Namun secara pribadi, ketika saya
melihat sesuatu yang menakjubkan & qolbu saya secara otomatis terhubung dengan
Allah, menyadari itu kuasa Allah & mengingatkan pada kebesaran Allah, maka
saya selalu ucapkan tasbih. Contoh melihat fr yang otomatis itu sudah jelas”
media & keilmuan paguyuban hanya perantara kuasa Allah.
Tetapi ketika melihat suatu yang
menakjubkan itu kiranya sesuatu yang membuat saya lupa kebesaran Allah, atau
terfokus pada kebendaan atau dunia, saya ucapkan Masya Allah. Contoh ketika
melihat kecantikan, melihat anak bayi kok menggemaskan, melihat berlian kok
cantik sekali, begitu kehadiran Allah itu sangat minim dalam dada saya, saya
sahut dengan Masya Allah. Selain mengingatkan diri agar tidak lalai, juga agar
tidak terjadi ‘ain pada yang kita kagumi.
Di atas adalah pendapat pribadi
saya, selebihnya kita tunggu pemaparan ringan dari Ustadz kita yang lebih
kredible..
Tentang Sumbangan : Lebih
tepat sasaran kalau disumbangkan ke kaum yatim piatu, Kalau ke pengemis
takutnya memupuk sifat malas & minta "
Meminta & membutuhkan adalah
sesuatu samar namun berbeda.. Karna kita sudah terbiasa dalam bahasan
substansi, jadi yang membuat kita harus memberi itu karena diminta atau karena
ada yang butuh…?, maka sudah lebih tepat adalah yang butuh. Meminta adalah
teknis. Membutuhkan adalah substansi keadaan. Maka kita sudah semestinya pada
substansi.
Makanya jaman dulu kalau cewek
saya minta cium, saya tanya dulu, kamu minta cium cuma minta apa karena butuh…?
Lalu dia tanya “ emang kenapa
& bedanya apa…? ”
Saya jawab “ kalo cuma minta ya
aku cium, kalo lagi butuh ya tambah tak cium..”
Hahaha….
Bercanda sedulur...
Saya doakan semuanya kaya raya..
No comments:
Post a Comment