Ungkapan “ ra mbeling ra dadi
kiyai ” ( Kalau tidak nakal, tidak akan jadi kiai ) memang sangat tidak pantas dipublikasikan.
Suka gak suka itu urusan
masing-masing, setuju tak setuju itu hak asasi masing-masing pribadi, yang
pasti pasti ada hikmah dibalik sebuah kisah. Ambil hikmahnya dan buang ketidak
pantasannya wal hasil hati kita akan adem tentren kerto raharjo.
Kyai Umar, beliau adalah Kyai
yang sangat di segani oleh masyarakat. Santrinya banyak. Dan juga banyak yang mbeling,
bahkan ndalem sering kecolongan, karena banyaknya yang mbeling, hingga pengurus
pondok kuwalahan.
Dan akhirnya Sang Kyai turun
tangan. Beliau meminta Lurah pondok untuk mendata / merengking santri-santri mbelink.
Karena sang lurah juga sudah jengkel, ia berpendapat “ Ini saatnya bikin kapok
santri-santri badung, di hajar langsung sama Mbah Yai, ”
Karena sudah mendapatkan mandat
dari Romo Yai, sang lurah langsung bertindak. Di lembaran kertas besar, dia mencatat
santri-santri mbeling. Lalu diserahkan pada Romo Kyai.
“ Niki Romo, jumlah santri
mbeling 70, ”
“ Yo wes, matur nuwun yo, ” jawab
Mbah Yai Umar.
Lalu di tunggu-tunggu hampir 1
bulan tak ada perubahan dari Romo Kyai. Lalu lurah itu bertanya pada Romo Kyai.
“ Punten Romo Yai, setelah
ditulis daftar santri-santri mbelink, kok belum ada tindakan dari Romo Yai…? ”
“ He he…. Gini loh le, santri
mbeling itu wajar, masuk pondok keadaan nakal kok, maka dari itu mereka mondok
biar gak nakal, biar bisa ngaji. Aku memerintah kamu mendata santri nakal itu,
kalo aku sedang tahajud, santri-santri yang mbelink aku khususkan doanya
daripada santri lainnya, ”.
Lurah hanya mlongo.
Setelah beberapa tahun dari
kejadian itu, ada salah seorang kyai muda, ganteng, dengan ribuan santri di
pesantren sedang mengadakan haul. Sebagai pembicara adalah Gus Mus. Ketika Gus
Mus bertausiah, beliau menceritakan santri-santri mbelink di pesantrennya Romo
Kyai Umar.
Semua jama’ah tertawa, hanya kyai
muda itu yang tertunduk lesu. Setelah tausiah Gus Mus selesai, Kyai muda itu langsung
memeluk Gus Mus.
“ Ada apa Kyai, dari tadi kok
lesu saja…? ” tanya Gus Mus.
“ Yai, yang anda ceritakan tadi,
tentang santri-santri mbelink di pondok Kyai Umar, saya adalah santri ternakal
yang dicatat di urutan teratas, Yai. untung Yai tidak menyebut nama santri
Termbeling itu. Terima kasih, Yai.
Giliran Gus Mus yang tertawa
terbahak-bahak.
“ Oalah, jadi itu sampeyan to,
Hahahahaha,….”
No comments:
Post a Comment