Photo

Photo

Friday, 1 March 2019

Celana Komprang Dan Sarung


Satu ketika ada seorang santri mualaf yang bertanya kepada kyainya, " Pak Kyai, manakah yang lebih baik, mengenakan celana komprang ( celana longgar yang panjangnya antara mata kaki dan lutut ) dengan memakai sarung...?

Lalu Pak Kyai menjawab dengan  spontan, " Ya  jawabannya bisa berbeda tergantung kamu tanya sama siapa, dimana, dan dalam posisi sedang apa. “

Si santri malah jadi bingung, " Maksudnya bagaimana Pak Kyai….?

Pak Kyai menjawab, " Kalau kamu tanya sama saya disini, ya jawabannya lebih baik pakai sarung, karena kamu liat sendiri kan, saya pakai sarung, kamu juga pakai sarung. Kalo kamu tanya sama orang Arab / Timur Tengah sana, ya jawabannya lebih baik memakai celana komprang. Karena budaya dan adat istiadat setiap negara, bahkan setiap daerah itu berbeda.

Lalu Si Santri berkomentar menimpali sambil mengernyitkan dahi, " Tapi Pak Kyai, bukankah Islam mengajarkan kita untuk mengikuti Sunnah Rasul..? Kan Rasulullah pakai celana komprang, dan belum pernah sekalipun memakai sarung. Jadi bukankah lebih baik memakai celana komprang…?

Pak Kyai menjawab sambil tersenyum, " Iya betul, Rasulullah tidak pernah memakai sarung.

Dan kalaupun kamu menghendaki memakai celana komprang pun tidak ada yang melarang dan pasti Rasulullah ridlo. Akan tetapi jangan dikira, kalo ada yang memakai  sarung itu lantas langsung divonis tidak mengikuti Sunnah Rasulullah, malah justru sebaliknya lho…., karena sejatinya, mengikuti Sunnah Rasul yang paling diharapkan adalah mengikuti akhlak dan Uswatun Hasanahnya yang sangat menghargai budaya dan adat istiadat ditiap-tiap daerah yang dijumpainya

Bahkan tidak sedikit diantara budaya-budaya orang kafir pun dijadikan ikon Islam oleh beliau. Contohnya seperti kubah masjid. Dulu sebelum adanya Islam zaman nabi, gereja-gereja di Eropa arsitektur bangunannya menggunakan kubah, kemudian setelah Islam masuk ke sana, banyak dibangun bangunan masjid yang juga memasang kubah sama persis dengan gereja yang ada disana, dan Rasulullah tidak melarangnya.

Dan sekarang di Indonesia, ada nggak mesjid yang nggak ada kubahnya….? Pasti rata-rata ada kubahnya. Paling ada satu atau dua, itupun karena mengikuti budaya / Kearifan lokal daerah setempat, seperti masjid Demak, masjid Kasepuhan Cirebon dan masih banyak masjid lainnya. Kalau cuma mengikuti Rasulullah dalam  pakaiannya saja tapi mengabaikan budaya dan kearifan lokal daerah setempat, ya itu masih jauh yang diharapkan Rasulullah dan masih belum afdol karena tidak ada Hablum minannasnya dan tidak ada hubungan sosial yang kuat dengan orang sekitarnya.

Kemudian Si Santri menjawab lagi dengan raut wajah yang semakin penasaran, " Berati alangkah lebih afdol lagi kalau kita mengikuti dua-duanya dong Pak Kyai..., Pakai celana komprang juga, menghargai budaya juga. Kan jadi dapet semua...

Pak Kyai mulai tertantang dengan jawaban Si santri lantas mejawabnya, " Ternyata kamu orangnya kritis juga ya, tapi ga’ apa apa kok... malah bagus ( sambil mengacungkan jempol ), sikap kritis itu perlu untuk menambah keyakinan dan menghilangkan rasa penasaran secara tuntas tanpa ada yang mengganjal.

Gini ya... Saya jelaskan, Islam itu agama / anutan / keyakinan dan kepercayaan yang ditanamkan didalam jiwa, bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad Saw itu utusan Allah. Kata ISLAM itu sendiri adopsi dari bahasa Arab yang artinya Damai / tentram. Karena  makhluk Allah yang paling sempurna itu manusia, maka Allah mengutus Malaikat Jibril untuk menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai manusia yang akan menjadi contoh suri tauladan yang baik agar bisa beragama Islam dengan baik dan benar.

Dengan misi utama mengislamkan ( mendamaikan / menentramkan ) semua makhluk di bumi agar tidak kembali ke zaman jahiliyyah. Nah disini kadang kebanyakan orang salah mempersepsikan untuk mengikuti Sunnah Rasulullah. Kebanyakan orang beranggapan bahwa mengikuti Sunnah Rasul itu harus  melakukan semuanya, dan jangan melakukan apapun yang belum pernah dilakukannya. Mereka justru tidak memprioritaskan inti jantung dalam beragama Islam itu sendiri dengan cara  mengikuti beliau berdakwah itu seperti apa, dan bagaimana cara beliau mulai dari raut wajah, tutur kata, dan akhlak beliau saat berbicara, dan berhadapan dengan sesama manusia, saat bertemu orang yang tidak seiman dengan beliau, saat bertemu ketidaksamaan budaya. 

Kebanyakan dari kita malah secara sporadis mengaku paling " nyunnah " sambil memamerkan pakaian " ala nabi " nya dan menganggap yang tidak sama dengannya berarti Islamnya belum kaffah, bahkan cenderung menjelek-jelekkan, dan mengakfir-kafirkan tanpa dia sadari bahwa dia telah  mengabaikan cara Rasulullah menghargai perbedaan-perbedaan budaya yang sifatnya sudah qudrati ( kekuasaan Allah ).
 
Islam itu tidak bisa lepas dari budaya. Sangat mustahil bisa hidup damai kalau kita tidak bisa menghargai budaya itu sendiri.

Islam itu ibarat ruh, sedangkan jasadnya adalah budaya. Maka sangat wajar apabila disetiap negara, budayanya berbeda meskipun agamanya sama. Contohnya di Indonesia, orang Islam sholat pakai sarung, sedangkan orang Arab solat nya pakai celana komprang.
 
Dan yang paling penting adalah, marilah kita  bersama-sama saling menebar cinta dan kasih sayang, saling berlomba dalam kebaikan dan menghargai diantara sesama, meski budaya kita berbeda. Semoga kita masuk surga semua bersama-sama dengan  Rasulullah SAW". 

Kemudian Si Santri bilang dengan paras wajah yang dipenuhi rasa puas " terima kasih Pak Kyai atas wejangannya. Ternyata selama ini saya telah salah menilai orang karena hanya melihat dari penampilannya saja.

#Santri
#Nahdlatululama
#NKRI
#Merawatbudaya

No comments:

Post a Comment

Bill Gates Jelaskan Mengapa Anaknya Tidak Bisa Menikah Dengan Orang Miskin

Sambil nunggu update terbaru yang masih tertutup formasi ilusi  --------- "Beberapa tahun yang lalu saya menghadiri konferensi di Ameri...