Etnis
Tionghoa memang punya kemampuan unik dalam bidang ekonomi. Mereka merajai
berbagai usaha besar di tanah air: dari daftar 10 orang terkaya di Indonesia
yang dikeluarkan Forbes pada tahun 2013, misalnya, 6 diantaranya adalah mereka
yang memiliki darah Tionghoa. Pernah penasaran gak sih kenapa mereka yang
datang dari latar belakang etnis ini selalu sukses dalam pekerjaan?
Disini
penulis akan memaparkan berbagai kultur dan kebiasaan etnis Tionghoa yang jadi
salah satu faktor penting kesuksesan mereka. penulis tidak ingin
mengatakan bahwa etnis ini lebih baik dari etnis yang lain. Namun, melihat
keberhasilan mereka nggak salah dong kalau kita belajar dari apa yang sudah
mereka lakukan?
1. Paham
Wu-Lun Dari Kepercayaan Kong Hu Chu.
Tersohornya
kesuksesan orang besar yang datang dari etnis Tionghoa gak bisa dilepaskan dari
paham yang mereka anut. Konghucu atau lebih dikenal
dengan confucianism adalah sistem norma dan filosofi yang dianut oleh
kebanyakan etnis Tionghoa. Dalam sistem kepercayaan ini, diatur hierarki
hubungan antar individu yang biasa disebut Wu-Lun.
Jenis hubungan
dalam Wu-Lun dibagi 5:
Loyalitas
dan tanggung jawab : hubungan bawahan ke atasan
Cinta dan
kepatuhan : ikatan orang tua dan anak
Kewajiban
dan penyerahan diri: hubungan suami-istri
Senioritas
: senior ke junior
Kepercayaan
: hubungan pertemanan
Pembagian
interaksi sosial ini membuat orang yang datang dari etnis Tionghoa terbiasa
menempatkan diri mereka secara tepat di berbagai jenis hubungan. Mereka tahu
kapan harus profesional, kapan harus menurut dan kapan perlu jadi hangat ke
orang lain. Walau terkesan kaku, namun “tahu kapan dan bagaimana menempatkan
diri” bisa jadi pelajaran penting yang layak diambil.
2. Mematuhi
Rutinitas.
Ini nih,
jadwal harian mereka yang akan berbeda dari kegiatanmu sehari-hari. Jadwal ini
adalah rangkaian kegiatan tipikal etnis Tionghoa di Cina (data diambil dari
sini)
Jam 06.00
: bangun, mandi, olah raga
Jam 12.00:
kembali ke rumah, makan siang di rumah, tidur siang
Jam 18.00:
selesai bekerja, pulang ke rumah dan memasak makan malam
Jam 20.30
: mandi dan bersiap tidur
Berbeda
dengan orang kebanyakan yang rutinitasnya berubah-ubah, mereka yang beretnis
Tionghoa cenderung berpegang teguh pada jadwal ini. Kebiasaan sederhana ini
ternyata memang membawa banyak manfaat. Bangun pagi dan berolahraga mampu
menurunkan tingkat stres secara signifikan. Mandi sebelum tidur memberikan
sinyal pada tubuh agar beristirahat dan memberi kesempatan agar bisa
memanfaatkan waktu tidur secara optimal.
3. Tradisi
Bisnis “Guanxi”.
Guanxi adalah
budaya Cina yang berarti membangun jejaring. Tradisi Tionghoa menekankan
pentingnya membangun jejaring, yang dapat membawa keuntungan bagi semua pihak
yang berada di dalam hubungan tersebut. Dan memang benar, jejaring adalah kunci
penting kesuksesan seseorang. Sepintar apapun kamu, kalau gak bisa membangun
hubungan dengan orang lain ya akan sama aja seperti orang kebanyakan.
Sebagai
contoh, tradisi ini menekankan pentingnya menjamu orang. Sebaiknya, kamu tidak
pelit mengeluarkan uangmu untuk mengajak rekan kerjamu makan malam. Sebab suatu
hari, uang itu akan kembali dalam bentuk kemudahan yang lain. Karena menekankan
pada “hubungan yang menguntungkan kedua belah pihak” terkadang jadi terlihat pilih-pilih. Tapi jika bisa
diambil sisi positifnya, tradisi untuk terus membangun jejaring dengan siapapun
ini perlu banget kita tiru.
Walaupun
Punya Tradisi Oke, Tapi Sebenarnya Bukan Hanya Kultur Yang Membuat Mereka Jadi
Super Sukses
4.
Menekankan Pada “Chinese Ways” — Keunikan-Keunikan Cina
Dalam
sebuah penelitian, disebutkan bahwa kultur Cina sebenarnya tidak sesuai dengan
nilai-nilai yang menentukan kesuksesan pebisnis. Jadi, mereka tidak tumbuh
dengan sendok emas di mulut. Sama seperti semua orang, mereka juga berusaha
agar menjadi kaya.
Etnis
Tionghoa tidak sepenuhnya “menyerah” pada kebudayaan dan nilai turun-temurun mereka, dan itulah
mengapa mereka unik.
Misalnya,
hubungan hierarkis yang diatur dalam Wu-Lun seharusnya akan membuat
para penganutnya sulit beradaptasi, tapi para etnis Tionghoa mengikuti budaya
mereka dengan rasionalitas. Rasionalitas ini mencegah nilai-nilai tradisi
menghambat keluwesan mereka dalam bisnis.
Para etnis
Tionghoa selalu berusaha menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.
Contohnya saja Li Ka-Shing, orang terkaya di Hong Kong dan Asia Timur. Dia
selalu tahu kapan harus bertahan dengan kehidupan sederhana, kapan harus
mencoba menarik hati orang lain, dan apa saja yang harus ia lakukan agar bisa
mengantongi pundi-pundi uang.
5. Sedari
Kecil, Mereka Dididik Dengan (Sangat) Keras
Kerja
keras dan sifat tidak mudah mengeluh jadi hal yang telah diakrabi sejak kecil.
Dalam memoar berjudul Battle Hymn of a Tiger Mother diceritakan bagaimana Amy
Chua seorang ibu beretnis Tionghoa mendidik putri-putrinya. Walau dianggap
super keras dan melanggar hak asasi anak tapi didikan ini memang mengantarkan
anak-anaknya ke pintu gerbang kesuksesan. Ini nih yang selalu dilakukan oleh
ibu-ibu etnis Tionghoa:
Tugas
sekolah harus selalu diutamakan
Nilai
A- itu jelek. Yang bagus cuma nilai A
Anak-anaknya
harus 2 kali lebih pintar dari teman sekelas mereka
Jangan
pernah memuji anakmu di depan publik, nanti mereka merasa bisa dan malas
berusaha
Kalau
ada perselisihan antara guru dan anak, selalu dukung guru. Mereka lebih tahu.
Anak-anak
cuma boleh ikut kegiatan yang bisa mereka menangkan. Tak ada yang boleh
dilakukan cuma untuk senang-senang.
Mereka
harus selalu juara 1 dimanapun
Didikan
keras plus minimnya penghargaan di publik membuat mereka haus akan pencapaian.
Inilah sumber awal sifat kerja keras berasal. Sampai mereka super sukses,
mereka belum akan merasa cukup. Karena sedari kecil selalu ditanamkan bahwa
yang mereka lakukan belum ada apa-apanya dibanding orang lain.
6. Selalu
Optimis
Kegagalan
jadi bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah proses menuju kesuksesan. Untuk
menghadapi kegagalan dengan gagah berani, dibutuhkan optimisme tingkat tinggi.
Inilah yang selalu dimiliki oleh mereka yang beretnis Tionghoa. Dan kamu yang
bukan pun juga pasti bisa melakukannya.
Mereka
tidak pernah mengeluh pada kebijakan pemerintah yang menyulitkan. Saat orang
lain merasa nggak mungkin bisa, orang-orang ini akan gigih berkata: “Aku pasti bisa!”. Gak percaya? Jack Ma, Li Ka
Shing, Wu-Shi Hong — semua mencapai kesuksesan mereka
lewat jalan yang dianggap orang tidak masuk akal. Namun keyakinan dan
determinasi mereka membuat semua yang tidak mungkin menjadi mungkin.
7. Menjaga
Reputasi Dan Integritas
Etnis
Tionghoa memiliki keyakinan kuat pada pentingnya menjaga reputasi dan
integritas. Budaya Timur membuat nama baik menjadi hal yang sangat krusial
untuk terus dijaga. Mereka selalu berupaya untuk menepati janji, berlaku baik
kepada orang lain dengan keyakinan bahwa semua hal baik yang dilakukan akan kembali
pada mereka.
Tidak
hanya nama baik diri sendiri, integritas keluarga juga sangat perlu terus
dipertahankan. Kesuksesan selalu integral dengan sebuah keluarga yang harmonis
dan bahagia. Bagi mereka, sukses tidak akan ada artinya saat keluargamu kacau balau.
Rasa gengsi yang tinggi untuk terus menjaga nama baik membuat mereka selalu
berusaha untuk memberikan kualitas nomor 1 di setiap pekerjaan yang dilakukan
Sekali
lagi, penulis gak pengen bilang
bahwa ada sebuah etnis yang lebih baik dari etnis yang lain. Toh ternyata bukan
cuma nilai budaya yang membuat mereka sukses. Kita memang tidak bisa memilih
dilahirkan dalam etnis apa, namun kita selalu punya pilihan untuk menentukan
jalan apa yang mau kita tempuh. So, udah siap meretas jalan menuju
sukses?
No comments:
Post a Comment