Suatu hari Almaghfullah Kyai
Syaichona Kholil ( Bangkalan – Madura ) sedang menemui tamu tamunya di ruangan
depan. Mbah Kholil yang juga Ulama besar
dan salah satu guru dari KH Hasyim Asy'ari ( pendiri NU / kakek Gus Dur ) duduk
dengan salah satu lutut tertekuk di depan perut beliau sambil bercengkerama
dengan para tamu tamunya di temani secangkir kopi yang ada di hadapan masing” .
Ketika sedang asyik mengobrol itu
tiba” datang seorang " gembel " dengan pakaian lusuh sambil menuntun
seekor anjing masuk ke ruangan, kontan saja semua tamu pada heran bercampur
geram apalagi tanpa salam tanpa bicara dan tanpa ijin tiba” si pengemis ini
menyeruput kopi milik Mbah Kholil hingga tinggal ampasnya, terlihat juga ingus
yang keluar dari hidung pengemis tak di undang ini.
Marah kah mbah Kholil…?
Tidak…! Mbah Kholil tampak
merubah posisi duduknya seperti orang posisi duduk orang sedang sholat, telapak tangannya menyatu di atas paha, kepalanya
menunduk tanpa berani menatap muka si pengemis.
Justru beberapa tamu bangkit
bermaksud mengusir orang aneh ini, tapi segera di cegah oleh Mbah cholil dengan
isyarat tangannya.
Beberapa saat suasana hening, Mbah
cholil tetap menunduk, tamu yang ada di ruangan itu tak satupun ada yang berani
bersuara sampai kemudian si pengemis berlalu tanpa sepatah katapun.
Selepas gelandangan itu pergi Mbah
Kholil membuka suara : siapa yang mau meminum kopi bekas tamuku tadi…?
Tentu saja tak seorangpun yang
mau, karena kopi itu bekas di minum seorang pengemis dengan ingus menempel di
bawah idung…! Ngeri…!
" Baiklah, kalau begitu biar
saya yang menghabiskan ", kata Mbah kholil sambil meminum sisa kopi di
cangkir.
Semua tamu semakin terheran heran, belum habis rasa penasaran
para tamu kemudian Mbah Kholil menyambung kata lagi : " taukah sampeyan
semua siapa tamu tadi, dia Nabi Khidir, beliau habis mengunjungi sahabatnya
seorang wali di Yaman dan Sudan, kemudian melanjutkan perjalanan kesini untuk menemui
sahabat”nya, para Waliyullah di tanah jawa. "
Kontan kemudian para tamu berebut
sisa kopi yang tinggal cangkirnya itu, bahkan ada yang berebut untuk mencuci
cangkirnya sekedar untuk " ngalab berkah " dari kesalehan Nabi Khidir
Alaihissalam.
Mbah Kholil terkekeh dengan
tingkah para tamunya ini, yah.. kebanyakan kita hanya melihat kulit, tanpa bisa
melihat hati, karena mata kita sudah tertutup oleh gemerlap dunia.
Semoga kita bisa mengambil Hikmah
di balik kisah ini, agar janganlah kita melihat & menilai pada sesama itu
dari Segi Dhahir & fisiknya semata ...
No comments:
Post a Comment