Tan Shot Yen
Entah kharisma apa yang
dimilikinya…? Tapi pasiennya rata-rata gak ada yang ngeyel atau mengelak saat
ditembak oleh Dr. Tan dengan pertanyaan yang tanarnya lebih mirip tuduhan….!
Habis mau ngeles gimana…? Namanya kepengen sembuh, mending jujur kali ya….?
Tampaknya itu yang terbersit di pikiran mereka.
Macam-macam “ tuduhan “ beliau,
mulai dari tidak patuh terhadap menu makan yang disepakati, kemalasan mereka
menggerakkan tubuh seperti perintah, atau nekat mengkonsumsi bahan makanan yang
dipantangkan bagi mereka.
Yang lebih kacau lagi, saat ia “
mengomeli “ seorang pasiennya yang nampaknya terserang stroke dan telah
berangsur sembuh namun masih enggan melepaskan diri dari tongkatnya. " Kalau
tidak mau lepas dari tongkat ini, secara fisik dan mental kamu merusak tubuh
kamu sendiri, coba lepas tongkat itu, lepas…! " Saat dilihatnya sang
pasien nampak ragu berdiri tanpa ditopang tongkat tersebut.
Kemudian Dr. Tan berbicara
macam-macam ke pasiennya untuk menggambarkan kondisi buruk yang mungkin terjadi
apabila ia bergantung pada tongkat tersebut, mulai dari penurunan fungsi otot,
organ yang terganggu sampai ke masalah psikis di mana ia suatu saat akan
menyalahkan lingkungan, mulai dari orang sekitarnya hingga ke anak-anak yang
dianggap tidak memperhatikan dirinya.
Entah semburan kalimat itu begitu
bombastis atau mengandung mantra, hehe…, mendadak sang pasien mampu berdiri
tanpa masalah walau tongkat itu telah dilepas.
" Lihat kan…! Apa rasanya
berdiri tanpa tongkat…? Tidak jatuh kan…? " tukas dr. Tan puas.
INTEROGASI
Di ruang praktek beliau dengan
belasan pasien. Walau bersesak-sesakan di ruang yang kecil, namun tidak ada
satupun pasien mengeluh atau protes.
Di sini Dr. Tan, langsung
berbicara " Silahkan mengenalkan diri masing-masing dan keluhannya, tapi
ingat…! Ini bukan ajang curahan hati, cukup kenalkan, sisanya biarkan saya yang
berbicara…! ". Wuih, teknik yang unik.
Perlahan-lahan satu persatu
pasien berbicara. Memperkenalkan diri dan kondisi masing-masing. Dr. Tan
mendengarkan dengan seksama, lalu ia memberondong pasien tersebut dengan
pertanyaan yang sifatnya personal terkait kondisi kesehatan mereka.
Dr. Tan : Kenapa Anda kesini…?
Pasien : Saya merasa obesitas,
dok…
Dr. Tan : Kenapa obesitas…?
Pasien : Karena keturunan di
keluarga saya…
Dr. Tan : Nonsens….! Kenapa….? ( mulai
meninggi nadanya )
Pasien : Ngg.. Anu, mm.. makan
saya banyak… ( mulai terintimidasi )
Dr. Tan : Kalau makan bener,
banyak juga gak pa-pa…! Kenapa…?
Pasien : Saya suka makan yang
manis-manis, dok
Dr. Tan : Nah, itu dia... Persis….!
( manggut-manggut puas )
" Jangan pernah ada yang
bilang, kalau kalian itu sakit karena keturunan, itu mayoritas bohong…! Sedikit
sekali penyakit yang menurun karena genetika, sedikit….!
Setelah itu Dr. Tan, dengan gaya
yang sangat ekspresif memukul meja di depan dan kemudian mencolokkan jari-jari
tangannya ke mulut. " Ini yang membuat penyakit seakan-akan muncul di
keluarga sebagai penyakit turunan..." katanya setengah membeliakkan
matanya " Keluarga, meja makan dan apa yang kalian makan di sana…! ".
Atau ini..
Dr. Tan : Kenapa pak….? "
Pasien : Saya darah tinggi, dok…
Dr. Tan : Berapa….?
Pasien : Sekarang sih lagi minum
obat jadi 120 - 80
Dr. Tan : Saya tanya nilai kamu,
bukan nilai bikinan guru les…!
Pasien : Heh…? ( bingung )
Dr. Tan : Itu kan bikinan dokter
kamu….? Bukan darah tinggimu…
Pasien : Hehe, iya dok…
Dr. Tan : Jadi kalau guru lesmu
matek, nilai kamu merah lagi…?
Pasien : Tambah bingung
Dr. Tan : Udah berapa taun minum
obat itu…?
Pasien : Lima tahun, dok…
Dr. Tan : LIMA TAHUN….! Dan gak
ada kemajuan, begitu-begitu saja…?
Pasien : Iya dok, tapi memang gak
pernah melonjak lagi…
Dr. Tan : Guobl*** sisan….!!! ( membentak
sembari memukul meja )
Kemudian sambil marah-marah pada
dirinya sendiri ia mengungkapkan keheranannya pada pasien yang mau saja berobat
bertahun-tahun pada seorang dokter tapi tidak menunjukkan gejala perbaikan,
hanya berada pada posisi stagnan. Dan pasien itu sudah cukup puas.
" Itu sebabnya pasien yang
kena darah tinggi, 'matek'-nya rata-rata bukan karena darah tingginya, tapi
karena liver atau ginjalnya ngambek…! Lha wong bertahun-tahun harus menelan
racun. Yang konyol ya, pasiennya.. Kok mau….? Dan dokternya juga.. Kok tega…? "
Ia menuding lagi ke bapak pasien
darah tinggi tadi. " 5 tahun ke dokter itu, pernah ndak, bapak dikasih
tau, kenapa sakit darah tinggi bisa terjadi…? Dan apa langkah pencegahannya
agar tidak sampai sakit, selain minum obat…? " Ketika sang bapak
menggeleng, Dr. Tan menghembuskan nafas kesal dan membanting tubuhnya ke
senderan kursi.
" Persis…! Guob*** tenan…! "
BUKAN SPESIALIS
Tapi bukan berarti dokter satu
ini lebih banyak mengomel dan memaki. Ia sangat taktis dalam memberikan
penjelasan beragam penyakit yang diderita pasiennya. Begitu taktisnya sampai
orang paling awam pun rasanya bisa mengerti dengan cukup mudah apa yang
dimaksud oleh beliau.
Bandingkan dengan mayoritas oknum
dokter yang cuma mendengar keluhan pasien, tanpa melihat mata pasien, kemudian
menuliskan resep, tanpa melihat mata, lalu mempersilahkan pasien keluar
ruangan, masih dengan tanpa melihat mata.
Dr. Tan lain, ia bahkan
memberikan bahasa tubuh yang sangat teatrikal untuk menggambarkan kondisi tubuh
yang mengalami masalah, ia juga tidak ragu-ragu berteriak kecewa, gembira atas
reaksi juga jawaban pasien yang sesuai atau tidak dengan harapannya. Sebenarnya
mengasyikan sekali melihat dokter satu ini saat berpraktek.
" Bawa saja, bagian tubuh
Anda yang sakit itu ke bengkel Astra, minta dibetulin di sana, kalau sudah
balikin dan pasang lagi…" Tiba-tiba salah satu kalimat pedas Dr. Tan
memutus lamunan saya. Ada apa nih…?
" Salah satu puncak
kegob***an dunia kedokteran adalah maraknya spesialisasi ini dan itu di
sana-sini. Lalu pasien yang dateng ke mereka diperlakukan layaknya onderdil
mobil, dikerjakan satu persatu apabila rusak, bukannya dilihat sebagai satu
kesatuan sistem, kapan mau sembuh beneran….? " Omelnya dengan nada sangat
keras.
Kemudian ia menjelaskan secara
sistematis, mengapa tubuh manusia tidak sepatutnya dilihat dari organ per
organ.
Penyumbatan koroner jantung
misalnya, tidak bisa tidak, penyebabnya hampir 100 persen berasal dari makanan,
tapi setiap kali pasien penderita jantung koroner pergi menjalani operasi bedah
jantung, entah di pasang ring atau treatment lainnya, jarang sekali dokter
jantung yang memberikan tuntunan panduan makan secara cermat kepada pasien.
Paling-paling pekerjaan ini
dilempar ke dokter ahli gizi, yang kita semua tahu mayoritas cuma bisa
memberikan resep langsing bukannya resep untuk hidup sehat.
Kalau yang satu ini saya punya
pengalaman pribadi, waktu diajak bekerja sama oleh salah satu dokter gizi
kondang di Jakarta. Waktu saya sodorkan pola makan anti stres dengan manipulasi
bahan makanan terkait dengan produksi zatneurotransmitter.
Dokter itu terbengong-bengong,
" Wah, saya mah taunya cuma bikin orang langsing doang. Gak tau nih
begini-beginian….? " Yak ampun….? Saya ini bukan ahli gizi, mosok lebih
tau konsep food therapy ketimbang dia…?
Jadi kembali ke kasus Dr. Tan
tadi. Bagaimana seorang pasien bisa sembuh secara paripurna, kalau dokternya
aja saling lempar-lemparan kasus….? Ia sekali lagi memaki konsep spesialisisasi
secara sembarang di dunia kedokteran.
" Makanya kalau ada orang
tanya saya ini spesialisasi apa…? Saya jawab, saya bukan mekanik bengkel, saya
dokter…! " Ini adalah salah satu kalimat pedas dari beliau yang diucapkan
saat dulu pertama bertemu saya.
MAKAN SEHAT & BERGERAK
Akhirnya Dr. Tan memberikan resep
sehat bagi setiap pasiennya. Bukan, beliau bukan mencatat kalimat-kalimat
berbahasa latin untuk diteruskan ke apoteker dan diubah menjadi tablet, pil,
salep atau obat cair, tidak….! Resep yang ditulis oleh Dr. Tan, jangankan
seorang apoteker, seorang tukang sayur yang biasa mampir ke rumah Anda
pagi-pagi pun bisa mengerti.
" Jangan ada yang protes, makanan yang
saya rujuk ini bisa membuat Anda menikmati hidup atau tidak…! Kalau mau sembuh,
ya…? Anda-Anda ini terlihat sekali adalah orang yang sudah hampir seumur hidup
menikmati hidup dengan memanjakan lidah ke makanan yang enak, tapi salah…! "
Dr. Tan sudah menekankan konsep ini di awal pemberian resep hidup sehatnya.
" Sekarang Anda harus
membayar harga nikmat tapi mematikan tersebut dengan berdisiplin mengikuti apa
yang saya berikan " Tukasnya dengan tatapan tajam.
Apa yang diminta oleh Dr. Tan
sangatlah sederhana untuk dimengerti dan dilakukan, tapi bagi para so called “
penikmat hidup “, pastilah sangat berat untuk dituruti.
Saran beliau :
1. " Tidak ada gula…! "
Orang sering dengan bodohnya
mengira bahwa penumpukan lemak itu lahir akibat konsumsi lemak yang berlebihan.
Padahal Dr. Tan mengatakan, " Manusia itu punya threshold untuk lemak,
yaitu rasa mual dan muak. Jarang ada manusia yang mengkonsumsi lemak lebih
banyak dari kemampuan tubuhnya menerima ".
Penumpukan lemak dalam tubuh
kita, mayoritas lebih kepada konsumsi gula yang berlebihan dalam segala bentuk.
Kandungan gula yang terlalu tinggi membuat tubuh mengeluarkan
insulin berlebihan untuk menormalkan lonjakan gula darah dan mengakibatkan
kelenjar pankreas lelah.
Kerusakan pankreas membuat
penyakit degeneratif yang sangat populer, Diabetes.
2. " Buah dan sayur sebagai sumber karbohidrat "
" Berhenti makan beras,
tepung atau sumber karbohidrat umum lainnya…! Kalau Tuhan mau kita makan beras,
kita sudah dikasih tembolok dari lahir…! "
Masih terkait dengan apa yang
diutarakan sebagai konsumsi gula berlebihan, Dr. Tan menekankan pada
karbohidrat akan berubah menjadi gula, dimana cadangan gula yang berlebihan
akan segera ditransformasikan oleh tubuh dalam bentuk glikogen ( disimpan dalam
hati – otot ) serta trigliserida ( lemak ).
Angka trigliserida tinggi adalah
sumber obesitas yang sekarang semakin marak menyerang kehidupan manusia.
" Jangan panik, dengan bilang, kalau gak makan nasi badan saya
lemas " Tukasnya sebelum ada pasien yang protes. " Tubuh
Anda membangun kebiasaan, bukan memenuhi kebutuhan. “
Pernah liat orang yang habis
makan, makanan Padang…? Setelah dua jam, bukannya semakin kuat, mereka malah
menjadi mengantuk…! So, Anda bilang Anda lemas, kalau tidak makan nasi…? "
Dr. Tan memberikan daftar
penggantinya segera. Buah dan sayur sebagai sumber karbohidrat. Ia menyajikan
urutan buah-buah yang memiliki kandungan fructose -gula alami buah- aman. Ia
juga menekankan cara menyajikan sayuran yang baik.
" Jangan bilang Anda sudah makan sayur kalau yang dimakan sayur
bening atau sayur cap cay, itu bukan sayur, itu sampah dalam bentuk sayur…! " Ucapnya dalam nada tinggi.
" Sayur dimasak sudah pasti
enzyme-nya mati, gak ada gunanya buat tubuh, paling cuma serat-seratnya saja.
Makan sayuran mentah yang dicuci bersih, kalau takut sama pestisida, ya beli
yang organic atau tanam sendiri di depan rumah…! "
3. Tidak ada susu binatang
" Sapi itu begitu anaknya sudah bisa berjalan, ia akan
segera berenti menyusui dan membiarkan anaknya mencari makan sendiri, manusia
itu satu-satunya species yang cukup gob*** untuk mati-matian mencari susu
spesies lain dan merasa membutuhkannya ".
Ia kemudian menyambung lagi,
" Anak kecil di atas usia 2 tahun dipaksa minum susu, orang tuanya tidak
sadar bahwa anak itu akan mengalami kesulitan pencernaan, karena cadangan
enzyme-nya akan terkuras untuk mencerna bahan makanan yang semestinya tidak ia
konsumsi lagi ".
Pendapat yang sejalan dengan apa
yang diungkapkan oleh Hiromi Shinya tentang Enzyme pangkal atau miskonsepsi
dimana intoleransi laktosa kadang dianggap tidak ada saat sang anak tidak
mencret waktu minum susu. Padahal sang anak menunjukan gejala alergi lain,
infeksi kulit, eksim, gatal-gatal, sembelit, obesitas, mudah terserang penyakit
hingga asma.
Saya sih sudah tahu persis fakta
bahaya susu sapi. Dari sisilactose intolerant, casein, non absorb calcium juga
gak ada guna-gunanya sedikitpun bagi tubuh. Tapi orang lain…?
Fakta satu ini membuat mereka
terkaget-kaget. Maklum jor-joran uang yang digelontorkan pabrikan susu memang
membuat kampanye kebutuhan manusia terhadap cairan produksi binatang ini terasa
begitu membahana dan menguasai kehidupan kita.
" Kurang apa kalau kita gak
minum susu….? Kalsium…? Bohong pabrikan itu, kalau gak minum susu kita
kekurangan kalsium. Kalsium di susu sapi gak bisa diserap tubuh manusia, titik….!
" Ia kemudian menunjukan fakta kelicikan produsen susu untuk berkelit dari
upaya penipuan saat orang yang minum susu tetap terserang osteoporosis.
" Pasti ada tulisan kecil,
sangat kecil, di salah satu sudut kotak atau kaleng susu, yang menuliskan
kalimat semacam “ Harus disertai dengan aktivitas fisik yang rutin' “, jadi
mereka bisa mengelak dari pasal penipuan ke masyarakat ". Ia juga
menertawakan satu produsen susu sapi yang begitu gencar memasarkan produk susu
kalsium tapi diembel-embeli dengan kalimat 'berjalan 10.000 langkah perhari'.
" Anda mau nyuruh
kakek-nenek yang renta berjalan 10 kilometer sehari…? Gak keropos bener, tapi
yang ada mereka matek, kecape'an " ujarnya dengan logat Jawa sangat
kental.
4. " Banyak bergerak "
Sistem limfatik tubuh cuma bisa
berfungsi kalau kita bergerak dengan baik.
Usaha mati-matian di satu sisi
tapi melewatkan sisi yang lain, adalah upaya yang kadang tidak membuahkan hasil
maksimal. Menjaga makanan tanpa pernah aktif menggerakan tubuh secara benar
akan membuat fitalitas kita terganggu. Demikian pula hal sebaliknya.
KESEMBUHAN HAKIKI
Dr. Tan ini Berhadapan dengan
segerombolan pasien yang telah menyia-nyiakan kesehatan mereka dengan berbagai
cara, ia harus berlaku keras dan kejam, untuk membuat pasiennya sadar dan
mengubah gaya hidup mereka sesuai dengan kebutuhan. " Kita boleh dibilang
galak dan saklek. Tapi kalau mau merubah kebiasaan buruk orang, kita gak boleh
kompromi. “
Terserah mereka mau melakukan
atau tidak, it's a matter of choice kok " Benar…! If you don't like what
we do, don't come to us, but if you think what we do can help you, so come….!.
Sederhana kan….?
Kesehatan itu harus bersifat
hakiki. Kalau kita sakit, harus dicari penyebabnya, bukan cuma gejalanya yang
diatasi, itu bukan penyembuhan, tapi mengulur-ngulur permasalahan…"
Ia mengarahkan padangannya kepada
bapak yang terkena darah tinggi tadi.
Dr. Tan Shot Yen
Adalah salah satu ikon dunia
kesehatan kelas utama di Indonesia, terutama saat pengobatan naturopati mulai
mewabah akibat menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan
konvensional.
Metodenya yang unik namun ampuh
membuat pasien beliau berkembang layaknya bilangan yang dipangkatkan dari waktu
ke waktu. Belum lagi tulisan-tulisannya yang trengginas serta mengena bagi
banyak pihak, membuat gaung nama beliau makin menggema di seantero jagad negeri
ini. To make things even bolder, buku yang ditulisnya menjadi salah satu mega
seller di negeri ini.
No comments:
Post a Comment