Kemuliaan bulan Rajab bukan hanya
milik manusia-manusia di Makkah. Atau orang-orang yang shalat di depan Ka’bah.
Bulan Rajab itu, di sudut Baitul Makdis, seorang perempuan dengan tekun
menghadap tuhannya. Bukan hanya bulan Rajab sebenarnya. Ia juga rajin beribadah
di bulan-bulan sebelumnya. Namun khusus bulan itu, ia membaca surat al Ikhlas
sebelas kali setiap harinya.
Demi mengagungkan mengagungkan
bulan itu, ia juga enggan memakai pakaian yang indah. Ia menggantinya dengan
pakaian lusuh. Dengan keengganannya itu ia seperti ingin melepaskan segala ego
dan kepentingan duniawi, dan memilih mendedikasikan dirinya untuk beribadah dan
berbakti.
Di tengah ketekunannya itu, ia
jatuh sakit. Sakit yang parah. Sebegitu parahnya, ia bahkan merasa tak bakal
sembuh. Ia pun berwasiat kepada putranya, barangkali maut menjemput
sewaktu-waktu. “ Anakku, ketika aku meninggal nanti, kuburkan aku dengan kain
lusuh. ” Ia sepertinya benar-benar telah memutus hubungannya dengan nafsu duniawi.
Dan tibalah waktu itu. ia
meninggalkan dunia tempatnya memunajatkan harapan dan permohonan-permohonan.
Sayangnya, satu permohonan yang ia pintakan pada anaknya ternyata tak terwujud.
Sang anak tidak melakukan apa yang ibunya inginkan. Sebaliknya, ia memilih
mengkafani ibunya denga kafan yang baru. Akan sangat memalukan bagi dirinya
kalau saja ibundanya dikafani dengan kain lusuh. Apa kata masyarakat nanti.
Seusai pemakaman, ia terlelap.
Dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu ibunya. “ Anakku, mengapa tak kau tunaikan
wasiat dariku…? ” sang anak merasa ada sesuatu yang mengganjal hatinya : rasa
bersalah. “ Aku tak meridloimu. ”
Seperti mendengar sambaran petir,
ia sontak bangun dari tidur. Ia merenung. Sedih. Takut. Hatinya dipenuhi rasa
bersalah yang teramat sangat. Tanpa menunggu waktu, ia bergegas menuju
pemakaman ibunya. Ia gali kembali kuburan ibunya. Ia tak menemukan apapun
selain tanah yang kosong. Jenazah ibunya tak ada. Kesedihannya semakin
menjadi-jadi. Hatinya hancur. Jiwanya remuk. Ia hanya bisa menangis. Tersedu
sedan.
Tiba-tiba ada suara yang
berbicara di dekatnya. Barangkali suara itulah yang menghibur dirinya nanti. “
Tak tahukah engkau bahwa bulan Rajab adalah bulan agung. Orang yang
memuliakannya tak akan dibiarkan di dalam tanah sendirian . ”
Ia masih bersedih. Ia menyesal
karena tak memenuhi permohonan terakhir dari ibunya. Tetapi tentu ia juga
bahagia. Kini ia tahu ke mana jenazah dan jiwa ibunya ada di tempat istimewa di
samping tuhannya.
No comments:
Post a Comment