Photo

Photo

Sunday, 7 April 2019

Beberapa Kisah Kemuliaan Akhlak Abah Guru Sekumpul


Diantara sifat ketawadhuan / rendah hatinya Abah Guru Sekumpul, yang diceritakan oleh Amang Dullah, salah seorang anak murid Abah Guru.

Di malam Senin sekitar jam 11 malam, Amang Dullah yang rumahnya berdekatan atau sekomplek dengan Abah Guru dalam komplek Ar Raudah Sekumpul menelpon Abah Guru, kata beliau, “ Lagi dimana Bah…? ”

Kata Abah Guru, ” Aku dibelakang Langgar ( Mushalla ). ”

Begitu didatangi Amang Dullah, ternyata Abah Guru Sekumpul ada di sekitar WC umum Musholla Arraudhah sendirian membersihkan WC yang banyak itu, tanpa ada orang yang membantu, Saat itu terkejutlah Amang Dullah melihat Abah Guru membersihkan WC yang banyak itu sendirian.

Kemudian Amang Dullah mendatangi Abah Guru dan lekas-lekas memberikan sabun untuk Abah Guru untuk membersihkan tangan Abah Guru, dengan rasa malu sekaligus takjub melihat ulama besar membersihkan WC² itu sendirian saja.

Sesudah itu Amang Dullah tersebut bertanya, “ Kenapa Pian Bah menggawi ini…? ”

Kata Abah Guru, “ Ini semua saya lakukan hanya ingin membantu membersihkan bekas yang dipakai oleh anak dan cucu yang hadir pengajian dan maulidan di sini ”

Sejak itulah maka dibentuk dan ditugaskan panitia yang lain untuk membersihkan WC musholla secara teratur.

Inilah ketawadhuaan beliau sebagai Ulama Besar yang patut kita tiru dan kita teladani beliau tidak menghiraukan kedudukan atau derajat beliau, apapun yang beliau kerjakan beliau lakukan dengan sendiri…

Kelembutan Tutur Kata Abah Guru

Sekitar Tahun 1990 an, Abah Guru Sekumpul menerima tamu kurang lebih sebelas orang wanita nakal yang bekerja di tempat hiburan malam.

Kesebelas wanita ini bermaksud minta nasihat & petuah dari Abah Guru.

Dengan agak gemetar mereka satu persatu menceritakan kenapa mereka sampai tercebur ke dunia hitam.

Di antaranya : terpaksa bekerja karena membiayai anak-anaknya yang masih kecil, ada yang terpaksa bekerja karena mengongkosi orangtua yang sudah tua renta, ada yang untuk menghidupi keluarga, sekolah, dan lain-lain sebagainya.

Abah Guru Sekumpul diam sejenak dan berkata, “ Kalian tahu…? Sebenarnya pekerjaan kalian semua ini mulia…”.

Spontan semua wanita ini terkejut mendengar ucapan Abah Guru, dan tiba-tiba menangis semua. Suasana meharukan dengan isak tangisan ini.

Mereka tidak menyangka akan kata-kata yang keluar dari lisan Abah Guru sedemikian santun lembut sangat menyentuh ke-hati mereka.

Lalu Abah Guru Berkata Lagi : “ Hanya saja kedudukannya sajalah yang salah….”.

Abah Guru lalu masuk kamar dan keluar lagi sambil membawa sesuatu, sambil menyaksikan isak tangis para wanita itu.

Setelah tangisan mereka mereda. Abah Guru kemudian membagi-bagikan amplop satu persatu kepada kesebelas wanita ini.

Mereka yang menangis, mengambilnya sambil gemetar.

Kata Abah Guru : “ Ini ampun pian ( amplop ) dari saya, lumayan di jadikan modal untuk bangun usaha. Sekarang, pulanglah ke tempat asal kalian masing-masing, dan taubat yang sebenar-benarnya pada Allah, jangan kalian ulangi lagi….”

Demikianlah akhlaknya Abah Guru Sekumpul yang penuh kasih sayang terhadap sesama hamba Allah.

Menyembunyikan Rasa Sakit

Pada waktu tangan dan kaki beliau bengkak, ada rombongan habib sekitar 20 orang lebih yang datang.

Beliau lalu menjamu para tamu tersebut dan beliau sama sekali tidak menampakkan sakit beliau. Beliau tampak sehat, seolah-olah beliau tidak merasakan sakit sedikitpun di tangan dan kaki beliau.

Namun setelah tamu pergi berlalu, beliau baru kesakitan, dan menundukkan wajah beliau serta memegangi tangan beliau dengan menyebut nama; Allaaah, Allaaah, Allaaaah.

Kedermawanan Abah Guru

Suatu hari, Habib Maksum dari Pasuruan bertamu ke rumah Abah Guru Sekumpul.

Di perjalanan ia berkata, “ Jika guru Zaini itu betul² wali Allah, maka hutangku 21 juta rupiah lunas ”.

Sampai di kediaman Abah Guru ia pun disambut dengan ramah lalu dipersilakan duduk.

Ketika sedang bercakap² beberapa saat, tiba² datang seseorang menyerahkan cek kepada Abah Guru.

Lalu Abah Guru memberikan cek tersebut begitu saja kepada Habib Maksum.

Padahal Abah Guru belum sempat melihat jumlah yang tertera di kertas itu.

Kata Abah Guru, “ Untuk melunasi hutang ”.

Lalu Habib melihat jumlah yang tertera di cek itu.

Astaghfirullah…! Ia pun terkejut, jumlahnya 21 juta, persis jumlah hutang yang dia miliki.

Padahal Habib belum mengatakan apa-apa pada Abah Guru tentang hutangnya itu.

Di sini kita melihat karomah beliau sekaligus kemurahan hati beliau dan bersihnya hati beliau dari cinta dunia.

Kisah Abah Guru Dan Pemancing.

Suatu saat abah berjalan menuju sawah bersama khadam beliau, ketika itu di jalan beliau bertemu orang yang sedang asyik memancing ikan, sambil berjalan beliau melihat buih dan gelembung-gelembung udara di sekitaran kail orang tersebut.

Biasanya bila ada gelembung-gelembung udara tersebut menandakan ada ikan gabus bersama kerumunan anak-anaknya…


Kebiasaan yang terjadi adalah karena terganggu dengan mata kail, Ikan gabus dan kerumunan anaknya, maka induknya pasti akan marah lalu menyambar mata kail pemancing itu…

Waktu itu Abah Guru dan khadamnya menyaksikan di dekat pemancing itu, ia begitu gembira karena kailnya dipatuk induknya ikan gabus tersebut…

Namun sebaliknya, raut muka Abah Guru berubah kerena merasa kasihan pada anak-anak ikan yang kehilangan induknya.

Kemudian Abah Guru mendekati pemancing itu dengan niat hendak membeli ikan gabus yang didapatnya tadi.

Akhirnya terjadi tawar-menawar, walaupun harganya lebih mahal dari harga di pasaran, tetapi tetap dibeli oleh Abah Guru.

Setelah selesai akad jual beli, pemancing itu lalu pulang…

Tertinggal Abah Guru dan khadam beliau.

Apa yang diperbuat Abah Guru….?

Ternyata induk ikan gabus yang dibeli Abah dengan harga mahal tadi dilepaskan Abah Guru kembali ke sungai di dekat anak-anaknya tadi…

Subhanallah…!

Begitu kasih sayangnya Abah Guru dengan Makhluk Allah Ta’ala

Tetap Mengajar Meskipun Sakit

Abah Guru adalah seorang guru yang menghimpunkan Syariat, Hakikat dan Tarekat.

Beliau ajarkan kepada puluhan ribu, bahkan sampai ratusan ribu murid beliau yang hadir.

Beliau selalu ikhlas dan istiqomah dalam mengajar bahkan di saat sakit, dan disuruh dokter untuk istirahat pun beliau tetap mengajar…

Kata beliau “ini demi umat rasululullah, dalas hancur awak asal umat Rasulullah himung ” ( Ini demi umat Rasulullah biar hancur badan asal umat Rasulullah gembira ).

Nafas beliau pun saat menderita sakit ngos-ngosan, tapi wajah beliau saat mengajar tidak menggambarkan kesakitan.

Bahkan beliau sering menghibur murid beliau yang hadir dengan kisah-kisah yang lucu.

Menjaga Perasaan Sesama Umat Manusia

Abah Guru Sekumpul saat berobat di Rumah Sakit Budi Mulia Surabaya, kebetulan ketika itu menjelang Idul Fitri.

Beliau memanggil salah seorang murid dan menyerahkan uang untuk dibelikan beras dan dibagi sebagai zakat fitrah.

Ternyata uang tersebut cukup untuk membeli beberapa kwintal beras.

Tak hanya itu, beliau juga menambahkan uang tunai. Semuanya dibagikan.

Padahal di tempat itu bukan hanya dari kalangan muslim namun juga non muslim.

Hal inilah yang membuat seorang perawat rumah sakit keheranan dan bertanya, “ Abah, mereka tidak semuanya muslim, bagaimana….? ”

Jawab Abah Guru Sekumpul, ” Bagaimana perasaan hatinya bila melihat temannya menjinjing beras….? ”

Beliau menyambungi, ” Inilah bukti bahwa Allah Swt Maha Pemurah dan Rasulullah pemurah ”.

Begitu lah akhlak abah guru sekumpul, selalu menjaga perasaan orang lain, kelembutan hati beliau yang tidak ingin orang lain tersakiti, meskipun dia bukan ber agama islam.

Menghadiri Undangan Orang Miskin

Ada satu keluarga yang sangat miskin penghidupannya sehari-hari.

Hingga pada suatu saat, mereka mempunyai hajatan / selamatan.

Karena kecintaannya yang sangat luar biasa kepada Abah Guru Sekumpul, lalu akhirnya sang kepala keluarga / ayah pun memberanikan diri berjalan kaki menuju rumah kediaman Abah Guru Sekumpul.

Dia tidak bisa bertemu dengan Abah Guru saat itu, maka sang ayah hanya mengundang kepada Abah Guru Sekumpul lewat Khadam beliau saja.

Maka pulanglah sang ayah dengan perasaan harap-harap cemas didalam hatinya.

“ Ya Allah, mudahan sidin bisa datang ke hajatan / selamatan ulun malam kena. Aamiin…

Maka tibalah saat selamatan atau hajatan itu dimulai.

Beberapa kali sang Ayah keluar masuk rumah untuk melihat keadaan jalan yang gelap gulita itu.

Para undangan sekitar rumahnya pun mulai berdatangan.

Sampai-sampai sang ayah seperti berputus asa, “ Apakah mungkin beliau akan datang kerumah yang reot ini, rumah seorang yang miskin ini…”

Sampai akhirnya suasana kampung pun berubah… Terlihat orang-orang berlarian ke suatu tempat.

Maka sang ayah pun ikut mendatangi ke keramaian itu untuk mengetahui ada apa gerangan…?

Masya Allah…!!! Terlihat Abah Guru Sekumpul dan beberapa orang yang mengikuti beliau di belakang beliau, berjalan menuju ke rumah sang ayah yang fakir lagi miskin itu.

Langsung tanpa isyarat, sang ayah menyambut tangan Abah Guru Sekumpul dan dengan semangat yang menggebu-gebu dan rasa gembira dan haru yang luar biasa, sang ayah menunjukkan rute menuju ke rumahnya.

Sampailah Abah Guru ke rumah reot yang tidak layak huni itu.

Tanpa berkata-kata apapun, Abah Guru Sekumpul langsung masuk ke dalam rumah dan beliau langsung memimpin pembacaan Tahlil sampai dengan selesai.

Tidak lama setelah itu, Abah Guru berpamitan untuk pulang kepada Tuan rumah.

Abah guru bersalaman dengan sang ayah / kepala keluarga tersebut sambil memberikan amplop.

“ Ini uang untuk mengganti biaya pian selamatan, sisanya untuk pian berdagang ” ucap Abah Guru.

Maka pulanglah Abah Guru beserta rombongan menuju ke mobil beliau.

Setelah semua undangan pulang, dan setelah selesai membersihkan piring-piring dan gelas, keluarga itu lalu berkumpul.

Sang ayah di hadapan isteri dan anak-anaknya lalu membuka amplop yang diberikan oleh Abah Guru Sekumpul tadi…

Masya Allah…!!! Betapa terkejutnya keluarga itu, melihat uang yang diberikan oleh Abah Guru Sekumpul kepada mereka, adalah jumlah uang yang besar pada masa itu.

Memang benarlah sebagian dari akhlak Abah Guru Sekumpul, apabila beliau datang atau berhadir ke suatu acara atau hajatan, maka beliau tidak pernah datang dengan tangan kosong. Beliau selalu memberikan amplop atau uang kepada Panitia, ataupun yang memiliki hajatan.

Inilah akhlak Rasulullah yang selalu ditampakkan oleh abah Guru Sekumpul.

Semoga kita bisa meneladani dan mengikuti sifat beliau. dan dengan membaca manaqib akhlak Waliyullah, kita diberi curahan rahmat yang luas, mendapat ampunan segala dosa, terkumpul dalam surga firdaus bighairi hisab dengan Rasulullah dan Abah Guru Sekumpul.

Aamiiin ya robbal ‘alamiin.

No comments:

Post a Comment

Bill Gates Jelaskan Mengapa Anaknya Tidak Bisa Menikah Dengan Orang Miskin

Sambil nunggu update terbaru yang masih tertutup formasi ilusi  --------- "Beberapa tahun yang lalu saya menghadiri konferensi di Ameri...