Apabila kita melihat apa yang
Allah anugerah kepada hambanya, hasud yang ada dalam diri kita akan hilang.
Karena kita melihat Allah bukan apa yang diberikan.
Pohon berdampingan, pisang, sawo,
mangga dll. Satu tanah melahirkan berbagai macam rasa.
Kita akan merasakan nikmat
menikmati berbagai macam rasa buah. Apabila lidah terjangkit sariawan, manis
pun jadi pahit. Begitupula ketika seseorang sudah sakit hatinya terjangkit
dengan penyakit hasud.
Dengan bergaul, kita akan bisa
melihat aneka nikmat yang Allah berikan kepada yang lain. Tidak akan menjadi
orang yang mau menang sendiri.
Kita kembali kepada Allah dalam
hal apapun. Termasuk dalam menikmati karunia Allah. Seperti makan, niat untuk
menjemput nikmat Allah yang lain.
Oleh karena dalam doa makan
diakhiri, وقنا عذاب النار, " jauhkan
kami dari siksa neraka ". Supaya rizki yang kita nikmati tidak
mengantarkan kita kepada perilaku maksiat.
Inilah pentingnya adab dalam
thariqat, saling menghormati makhluk Allah, mengkritik dengan etika dan adab,
karena kita selalu kembali kepada Allah. Bukan malah ingin membuat keributan.
Kita ini faqir kepada Allah. Bisa
gak kita saling bergandeng tangan sesama fuqara. Bukan malah mau menang-menang
sendiri.
Kalau kita membahas bencana dan
musibah kita harus menata hati. Jangan musibah membawa musibah lain, karena
menganggap musibah sebagai adzab. Darimana kita tahu itu adzab? Dari maksiat?
Ini namanya sudah jatuh tertimpa tangga. Jangan main tuduh.
Kita jangan saling hasud, senang
kalau antara umat pecah saling fitnah. Menjauhkan umat kepada ulama, lebih jauh
lagi kecintaan kita kepada TNI dan POLRI dan seterusnya.
Kalau kita bisa menjaga persatuan
insya Allah bencana semakin jauh. Kalau ingin bencana terus turun, kita
lanjutkan saling fitnah bangsa ini, sampai hancur bangsa ini. Yang bisa
menangkal dan menepis itu adalah kasih sayang sesama kita, sesama anak bangsa.
Wallahu A'lam Bishawab
No comments:
Post a Comment