Tanah Jowo, jika dilihat dari
Negara lain, laksana istana berlian, terang seperti lampu. Seluruh orang di
dunia ingin datang dan ingin memiliki pulau Jawa.
Pada waktu itu, pulau Jawa
angkernya bukan main, setiap ada orang yang mau datang ke pulau Jawa, belum
sampai menginjakkan kakinya, sudah meninggal dunia.
Karena pulau Jawa dihuni oleh
jutaan bangsa jin, rajanya jin bernama Eyang Noyo Genggong. Alhasil, seluruh
dunia, tidak ada yang bisa menaklukkan tanah Jawa.
Ada satu orang yang punya
kekuatan ampuh, namanya Syeh Ghobah. Dia berhasil masuk ke pulau Jawa, karena
kesaktiannya itu, semua bangsa jin tidak berani melawannya.
Demi anak cucu supaya bisa
tinggal di tanah Jawa, Syeh Ghobah melakukan tirakat di Gunung Tidar selama 200
tahun. Meskipun Syeh Ghobah sakti, tapi dia tetap tidak bisa mengusir para
demit dan kerajaannya.
Sekali lagi, seluruh dunia tidak
ada yang bisa menaklukkan angkernya tanah Jawa.
Yang bisa menaklukkan pulau Jawa
cuma cucunya Kanjeng Nabi, yakni Sayyid Muhammad Al-Baqir, dikenal dengan nama
Syekh Subakir.
Syekh Subakir masuk ke pulau Jawa
dan mengusir para demit priprayangan dengan menggunakan kalimat.
سبحان من اهتجب بجبرته عن خلقه ولاعين تراه لاندا ولاندا سواه
“ Subhana man ihtajaba bijabarutihi an kholqihi wala ainun tarohu la
nidda wa la nidda siwahu. ”
Ketika kalimat diatas dibaca oleh
Syekh Subakir, seketika itu juga tanah Jawa langsung gonjang ganjing. Kerajaan
jin yang selama ini menguasai jagat langsung hancur berantakan, para demit lari
berhamburan menuju laut selatan. Semua jin penghuni tanah Jawa habis, yang
tersisa cuma rajanya, Eyang Noyo Genggong.
Eyang Noyo Genggong menghampiri
Syekh Subakir yang sedang wiridan dan mengajaknya singgah ke kerajaan jin yang
bermarkas di Alas Purwo.
Eyang Noyo Genggong lalu berkata :
“ Sayyid....! bala tentaraku poro
demit priprayangan wes nyingkreh tekok tanah Jowo, manggon nang segoro kidol. Tapi
Sayyid, Monggo pulau Jowo niki disawang tekok wetan, pulau Jowo niki koyok
prahu mereng ngidol. Artine anak putune Sayyid ora bakal krasan manggon nang
tanah seng miring ngidol. ”
Sayyid Muhammad al-Baqir lalu
meminta bantuan kepada malaikat untuk mengangkat pulau Jawa agar tidak miring
ke selatan.
Eyang Noyo Genggong lalu
melanjutkan :
“ Sayyid…! Senajan tanah Jowo
niki saget jejek, tapi suatu saat tanah Jowo niki saget mereng ngidol maneh,
amergo pulau Jowo niki letak e ten nduwure ombak segoro. Supoyo ora kesusu
mereng ngidol, monggo dipon paring tumbal…”
Tumbalnya pun dipasang, siapa
tumbalnya itu…?
Mereka adalah anak cucunya
Kanjeng Nabi yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Makanya seluruh makamnya
Wali Songo ada di utara Jawa.
Suatu hari nanti, kalau
tumbal-tumbal itu sudah tidak dihiraukan lagi, maka tumbalnya akan kembali ke
tanah suci, gelem ora gelem, pulau Jowo bakal mereng ngidol maneh.
Pertanyaannya sekarang, apakah
tanah Jawa sudah kembali miring ke selatan…?
Jawabannya: sudah.
Kemarin Gunung kelud meletus,
arah meletusnya ke timur dan utara. Menurut perkiraan, Pare dan Mojokerto bakal
hancur terkena lahar panas. Tapi anehnya, lahar yang ambyor ke timur dan utara
puter ke arah barat, naik ke gunung, lalu anjlok nang segoro kidol.
Ini menandakan bahwa pulau Jawa
ini sudah miring ke selatan.
Pantes nek bencana ora pernah
leren, gempa bumi dan sunami, mergo pulau Jowo wes mablek tekok asale, mereng…!
Makanya Eyang Ronggowarsito ( Syekh Burhanuddin ) dawuh :
“ Dimulai dari jaman Jepang,
tidak sampai 500 tahun, pulau Jawa bakal kelem menjadi lautan...”
Wallahu A’lam.
* Kisah ini disarikan dari Ngaji
Mbah Kyai Husein Ilyas Mojokerto pada 7 Mei 2017 di Mojokerto.
No comments:
Post a Comment