Ngaji Gus Baha...
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau
yang akrab dengan sebutan Gus Baha’ punya cara pandang yang tak lazim terkait
pola mendidik anak. Beliau dalam suatu kesempatan pernah menyampaikan bahwa, “ jangan
berani kepada anak, nanti kalian bisa celaka, ” kata beliau menggunakan bahasa
jawa di salah satu forum pengajian di Surabaya tempo dulu.
Kemudian beliau melanjutkan, “ bagi
saya, yang selalu mendengar, jangan berani sama orang tua, nanti celaka ”. Gus
Baha’ membalik kalimat tersebut, bahwa anak harus dihormati.
Anak selamanya adalah anak
Gus Baha’ menjelaskan bahwa anak
mempunyai ikatan yang tidak akan putus. Berbeda dengan istri, ketika cerai maka
hak dan kewajiban yang pernah melekat akan gugur seketika.
Ikatan yang tak akan putus
tersebut, meskipun jika anak mempunyai kelakuan yang nakal, mbedugal dan
ndableg, mereka akan tetap menjadi anak, bahkan jika anak dan orang tua saling
berjanji tidak mau mengakui hubungan mereka, maka tetap saja secara syariat
mereka tetap mempunyai hubungan, jika salah satu di antara mereka yang
meninggal dunia, maka warisan tetap berlaku. Jika perempuan, maka walinya tetap
saja adalah ayahnya.
Begitulah anak. Statusnya akan
selalu melekat tanpa sekat.
Anak adalah penerus Kalimat
Tauhid
Gus Baha’ memberikan poin penting
tentang kalimat tauhid. Baginya, kalimat tauhid adalah kalimat kebenaran yang
universal dan absolut. Sehingga jika kalimat tersebut diucapkan oleh orang gila
sekalipun, kalimat tersebut akan selalu benar.
Kebenaran kalimat tauhid tidak
bisa dimonopoli oleh siapapun. Meskipun diucapkan oleh seorang pendosa
sekalipun kalimat tauhid tidak menjadi hina, begitu pula jika diucapkan oleh
orang saleh sekalipun kalimat tersebut juga tidak akan bertambah mulia.
Siapapun orang yang mengucapkan
kalimat tauhid akan menjadi mulia, siapapun orangnya. Sebab itulah Gus Baha’
menghormati anaknya, sebab anaknyalah yang kelak akan meneruskan kalimat tauhid
tersebut.
No comments:
Post a Comment