Ketika Mbah Hasyim nyantri di Bangkalan beliau diberi tugas
mengurusi kuda milik Mbah Kholil hingga kesempatan untuk ngajipun tidak banyak.
Suatu hari Mbah Kholil kedatangan tamu dari Jawa dan kebetulan dia seorang Kyai
namun santrinya tak sampai ratusan hanya puluhan saja. Setelah tamu ditanya
keperluannya apa, lalu tamu tersebut mengutarakan keperluannya kepada Mbah
Kholil.
Tamu : “ Mbah Kholil, saya datang kesini kyai pertama niat
silaturahmi dan yang kedua saya hendak menikahkan putri saya berhubung dia
sudah dewasa kiranya patut saya carikan jodoh apalagi usia saya juga sudah ada
di ambang pintu ajal yang tak lama lagi Allah pasti memanggil ruh saya Kyai.
Jika ada Kyai, saya mohon petunjuk dan izin Kyai untk mencarikannya”.
Tanpa berfikir panjang Mbah Kholil langsung memanggil Mbah
Hasyim yang ada di belakang rumah beliau yang sedang ngurusi kuda. Spontan Mbah
Hasyim yang mendengar suara gurunya memanggil langsung lari tunggang langgang
menghadap sang guru.
Mbah Hasyim : Iya Kyai
Njenengan manggil saya…? ”
Mbah Kholil : Iya...
Tanpa banyak tanya lagi Mbah Hasyim langsung diam merunduk,
lalu Mbah Kholil berkata kepada tamu beliau. Ini dia calon menantumu yang akan
meneruskan perjuanganmu. Tamu pun terkejut tegang dan tak habis fikir sambil
bergumam dalam hatinya, masa iya sih santri mblasaken seperti ini akan mengurus
pesantrenku…? Saya tidak yakin bila anak ini banyak ilmunya.
Disisi lain Mbah Hasyim pun terkejut pula sambil begumam dalam
hatinya, masa iya ya Mbah Kholil tega akan menjodohkan saya dengan putrinya
ulama’ yang begitu mulya dan santrinya banyak nan berwibawa serta alim….?
Mbah Kholil lalu menyambung dawuhnya apa yang keduanya
pikirkan.
Mbah Kholil : Sudahlah kamu ( tamu ) pulang saja dan siapkan
selamatannya di rumahmu. Tiga hari lagi aqad nikah dilaksanakan. Dan kamu
Hasyim kembali ke belakang
Mbah Hasyim pun kembali ke tempat tugasnya dengan hati yang
risau, pikiran kacau balau dan perasaan galau, sembari bertanya-tanya dalam
hati kecilnya : “ Bagaimana saya bisa menjalani ini semua, kenapa guru tidak
memberi tau saya sebelumnya atau paling tidak menawarkannya…? ”
Gundah gulana bimbang ragu dan bingung terus berkecamuk dalam
fikiran Mbah Hasyim. Di saat-saat seperti itulah Hidayah Allah ditampakkan. Mbah
Hasyim teringat dimana suatu hari saat Mbah Kholil molang kitab beliau Dawuh
sederhana saja : “ Barang siapa di antara kalian yang ingin tercapai hajatnya maka bacalah
sholawat nariyah sebanyak-banyaknya dan pada waktu ijabah sangat dianjurkan
yaitu setelah separuh malam hingga menjelang subuh ”.
Saat malam kira-kira jam 12 malam, Mbah Hasyim melaksanakan
apa yang pernah diucapkan gurunya itu yaitu membaca Shalawat Nariyah
sebanyak-banyaknya, dan menjelang Subuh beliau ketiduran dan hal ajaib dimana dalam
mimpi tidur sekejapnya beliau bermimpi bertemu Imam al-Bukhari dan mengajarkan
kepada beliau hadits shahih selama 40 tahun lamanya, lalu beliau terbangun
serta terkejut tidak percaya atas mimpinya itu.
Di malam yang kedua terjadi lagi, dalam mimpinya beliau
bertemu Imam as-Syafi’i dan mengajarkan kepada beliau kitab-kitab Fiqih dari
bebagai Madzhab yaitu Imam as-Syafi’i sendiri Hanafi Maliki dan Hanbali selama
40 Tahun lamanya.
Dimalam ke tiga beliau bermimpi bertemu dengan Imam al-Ghazali
dan Junayd al-Baghdady yang mengajarkan beliau kitab-kitab tasawwuf selama 40
tahun. Setelah beliau bangun, beliau terkejut dan bertanya dalam pikirannya apa
makna dari semua mimpi ini.
Kesokan harinya beliau hendak bertanya kepada gurunya namun
tidak ada kesempatan karena beliau justru disuruh siap-siap berangkat ke rumah
calon mertua untuk melangsungkan aqad nikah.
Lalu keduanya pun berangkat hingga ditempat tujuan langsung
dilakukan Aqad Nikah selesai itu Mbah Kholil akan pulang ke Bangkalan. Sepatah
katapun tak ada yang keluar terucap dari Mbah Kholil mulai dari Bangkalan
hingga sampai di tempat akad pernikahan. Baru Mbah Kholil hendak pulang beliau
dawuh kepada Mbah Hasyim lalu kepada mertuanya dan disaksikan banyak santri dan
tamu undangan.
Kepada Mbah Kholil : “ Hasyim Jangan Nyelewang-Nyeleweng ya…!
Ibadah ikut yang dicontohkan Nabi melalui ulama’nya dan ikutilah ulama’nya
Allah agar selamat, Allah pasti bersamamu….”
Kepada mertua Mbah Hasyim : “ Jangan ragu dengan Hasyim dia
sudah ngaji 120 tahun lamanya. ”
Baik Mbah Hasyim, mertua dan para tamu tidak begitu paham
serta kebingungan menafsiri dawuh Mbah Kholil karena mereka pikir ini gak masuk
akal kapan ngajinya sampai 120 tahun sementara usia beliau belum sampai 50
tahun. Lalu Mbah Kholilpun balik ke Bangkalan.
Esoknya Mbah Hasyim diuji mertuanya sembari ingin membuktikan
se alim apakah menantunya yang dijagokan gurunya itu. Dan beliaupun dengan agak
gugup berada di masjid sementara di tempat yang biasa mertuanya duduk sudah
disediakan 2 kitab tafsir dan hadits, tanpa ditanya si santripun dan Ustadz
memberitahukan batas yang harus diajarkan dan dibaca, nah keajaiban pun dimulai
tanpa harus menengok apalagi memegang kitabnya Mbah Hasyim langsung membaca
dengan fasih dan hafal diluar kepala serta membahasnya layaknya Masyayikh yang
sudah kenyang dengan segudang ilmu, tak satupun ada yang salah.
Ustadz dan santri senior yang tidak yakin dengan kemampuan
beliaupun pun menjadi takjub begitu pula mertuanya yang mengintip dari celah
jendela rumahnya pun ikut takjub.
Dari hari itu hingga seterusnya Mbah Hasyimlah yang molang
semua kitab-kitab klasik yang tebal dari berbagai cabang ilmu agama Islam.
Itulah beberapa karomah Mbah Kholil kepada Mbah Hasyim dan masih banyak lagi
karomah-karomah beliau kepada santri-santri beliau yang lain.
Semoga Allooh Senantiasa Mengalirkan Tetesan-Tetesan Barokah
dan Manfaat dari beliau-beliau ini kepada kita dan anak cucu kita sehingga kita
tetap berada di jalur ASWAJA.
No comments:
Post a Comment