Pertanyaan : Gini, ada seorang
hamba Allah yang mampu bepergian dalam waktu yang sangat singkat. Seperti
cerita para wali Allah yang masyhur.
Saya pernah pergi dari Batam ke
Singapura lewat kendaraan laut. Ternyata waktu perjalanan nya kurang lebih satu
jam. Sedangkan pakai pesawat jauh lebih cepat lagi. Apalagi jika ada jembatan
jalur super cepat seperti yang di Jepang itu. Paling hanya sepuluh menit saja.
Perbedaan waktu Batam dengan Singapura
adalah satu jam.
Bagaimana hukum puasa dan sholat
bagi manusia awam yang menggunakan teknologi ini, dan bagi mereka yang memang
diberi anugerah dapat melipat bumi…?
Jawaban :
Hukum puasa dan sholat manusia
adalah sama. Tidak ada perbedaan antara manusia biasa / awam dan para
waliyullah yang makrifat. Mereka punya syari'at yang sama. Dan sholat mereka
pun punya syarat, rukun, dan sunnah yang sama. Dalam masalah ini, yakni
mengikuti daerah tujuan yang akhir.
Dalam kasus Bapak, misalnya,
Batam dan Singapura berjarak 1 jam. Padahal dengan kendaraan cepat bisa hanya
10 menit. Maka, saat di Singapura sudah maghrib. Di Batam, 1 jam lagi baru
maghrib. ( Lebih duluan mana ya Batam sama Singapura…? Kalau terbalik, mohon
diluruskan ya…! )
Misalnya pas di Singapura sudah
maghrib. Lalu berbuka di sana dilanjutkan sholat maghrib berjamaah. Lalu naik
pesawat. Wuussssh. 5 menit sampai Batam masih belum maghrib.
Maka, Bapak wajib IMSAK. Apa itu
imsak…? Yakni menahan diri dari makan dan minum seperti orang yang sedang
berpuasa. Karena menyesuaikan dengan penduduk setempat. Saat maghrib tiba,
silahkan makan bersama mereka. Dan sholat maghrib wajib dilakukan lagi. Sebab
Bapak mendapatkan waktu " masuk sholat " maghrib lagi. Jadi punya
kewajiban melaksanakannya lagi.
Keterangan diatas kami dapatkan
dari kitab I'anatuth-Thoolibiin dan Kasyifatus Saja.
Berikut keterangan dalam kitab
I'anatuth-Thoolibiin
ﻭﻟﻮ ﻏﺮﺑﺖ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻓﻰ ﺑﻠﺪ ﻓﺼﻠﻰ ﺍﻟﻤﻐﺮﺏ ﺛﻢ ﺳﺎﻓﺮ ﺍﻟﻰ ﺑﻠﺪ ﺃﺧﺮﻯ ﻓﻮﺟﺪﻫﺎ ﻟﻢ ﺗﻐﺮﺏ ﻓﻴﻬﺎ ﻭﺟﺒﺖ ﺍﻹﻋﺎﺩﺓ ـ ﺍﻩ ﺇﻋﺎﻧﺔ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻷﻭﻝ ﺹ 117
Artinya : " Seandainya
matahari sudah terbenam di suatu negeri. Lalu seseorang melakukan sholat
maghrib. Kemudian pergi ke negeri lain. Ternyata, dia mendapatkan matahari
belum terbenam di situ. Maka wajib baginya mengulang lagi ( sholat maghribnya ).
Berikutnya, keterangan lebih
lengkap dalam kitab Kasyifatus Saja :
ولو سافر من صام إلى محل بعيد من محل رؤيته وافق أهله في الصوم آخراً،
فلو عيد قبل سفره ثم أدركهم بعده صائمين أمسك معهم وإن تم العدد ثلاثين لأنه صار منهم
أو سافر من البعيد إلى محل الرؤية عيد معهم وقضى يوماً إن صام ثمانية وعشرين، وإن صام تسعة وعشرين فلا قضاء
وهذا الحكم لا يختص بالصوم بل يجري في غيره أيضاً حتى لو صلى المغرب بمحل وسافر إلى بلد فوجدها لم تغرب وجبت الإعادة.
Artinya : " Seandainya
seorang yang berpuasa melakukan perjalanan ke tempat yang jauh dari tempat
ru'yahnya. Maka hendaknya dia menyesuaikan diri dengan penduduk setempat dalam
hal puasa yang akhir.
Maka jika orang tersebut, sudah
hari raya ( idul fitri ) sebelum berangkat bepergian. Kemudian dia menemukan di
daerah tujuan masih berpuasa. Maka dia wajib imsak dan berpuasa bersama mereka.
Meskipun ( di tempat asal ) dia sudah berpuasa selama 30 hari. ( Kewajiban ini )
Disebabkan dia menjadi bagian dari penduduk setempat.
Atau, misalnya orang puasa yang
tempatnya jauh dari ru'yah bepergian ke tempat yang dekat. Ternyata, kaum
setempat sudah hari raya. ( Padahal di tempat asalnya belum ). Maka dia
dipersilahkan untuk berbuka dan berhari raya sama seperti penduduk setempat.
Hanya, dia wajib qodho' jika puasanya masih 28 hari. Jika 29 hari, tidak perlu
qodho'.
Hukum ini tidak khusus untuk
puasa saja. Tetapi berlaku juga pada perkara yang lain. ( Misalnya masalah
sholat ). Hingga seandainya seseorang sudah shalat maghrib di suatu tempat lalu
bepergian ke suatu negeri dan dia mendapati matahari belum terbenam di situ.
Maka wajib baginya mengulangi sholat maghrib lagi.
Semoga sudah jelas dan gamblang.
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat
No comments:
Post a Comment