Ketika umat Islam diserang
tentara Tatar, hampir seluruh wilayah Islam berhasil dijajah. Di antara yang
terawal adalah wilayah Khurasan yang bertetangga dengan Mongol.
Pada mulanya, di Khurasan, Tatar
tidak berdaya menembus pertahanan umat Islam di kota Bukhara. Lalu pemimpinnya
Genghis Khan menulis surat kepada umat Islam:
" Barangsiapa yang
menyerahkan senjata dan berada di sisi tentara Tatar, akan selamat. Tapi
barangsiapa yang enggan, mereka akan kami buat menyesal. "
Surat tersebut menyebabkan umat
Islam yang sedang terancam itu terpecah menjadi dua kubu.
Kubu pertama menolak keras
tawaran Genghis Khan dengan berkata :
" Seandainya mereka mampu
memerangi kita, tidak mungkin mereka memberi penawaran seperti ini. Ini
menandakan peluang kita cerah. Teruskan perjuangan, pasti kita akan beroleh
salah satu di antara dua kebaikan : menang atau syahid penuh bahagia…! "
Namun kubu kedua cenderung
menerima tawaran tersebut. Mereka berkata :
" Menghadapi Tatar sama saja
bunuh diri massal…! Tidakkah kalian lihat jumlah mereka dan kelengkapan senjata
mereka…? "
Genghis Khan terus memantau dan
mengambil peluang dari pertentangan di tubuh umat Islam. Dia mengirim surat
berikutnya, khusus kepada kubu kedua yang
gamang dan kompromis. Dalam surat tersebut, Genghis Khan berjanji akan
memberikan tampuk kekuasaan Bukhara kepada kubu kedua dengan syarat : mereka
menumpas kubu pertama yang ( dicapnya ) ekstrim, radikal, dan fanatik.
Tawaran itu menyebabkan pihak
kedua berbinar-binar. Mereka menyambutnya tanpa rasa bersalah sama sekali.
Mereka bersedia memerangi saudara sendiri untuk Tatar…!
Baku bunuh sesama muslim pun
terjadi. Akhirnya, tumpaslah kubu yang teguh berjihad mempertahankan tanah air
itu di tangan saudara”nya sendiri yang menjual Islam demi dunia.
Apa yang menyedihkan…? Apa lacur…?
Pihak yang menerima tawaran Tatar itu tidak diberi hadiah yang dijanjikan.
Bahkan, senjata mereka dirampas, mereka ditangkap dan disembelih tanpa sisa.
Genghis Khan memberi sambutan
yang sangat masyhur menjelang penyembelihan terhadap umat Islam yang
mengkhianati saudara”nya.
" Mereka sanggup memerangi
saudara” sendiri demi kita, padahal kita orang asing bagi mereka! Orang”
semacam ini mustahil kita beri kepercayaan…! "
10 hikmah dari cerita di atas :
1. Taktik pecah-belah dan
instrumentasi ( memperalat ) adalah strategi ampuh menghadapi Islam / muslim
dari zaman ke zaman, baca sejarah Sultan Agung ( Mataram Islam ; Yogya ;
menyerbu benteng VOC tahun 1628 dan 1629 ) dan dikhianati ; Diponegoro ( Yogya;
Perang Jawa, 1825-1830 ) yang dihadapkan dengan prajurit” dari Surakarta,
Madura, dll.
2. Puncak kelemahan aqidah
perjuangan adalah tidak yakin dengan janji kemenangan dari Alloh SWT
3. Nafsu terhadap tahta dan harta
mudah menggerus keikhlasan perjuangan
4. Jika dunia menguasai diri,
saudara sendiri pun sanggup dikhianati
5. Mempercayai bulat-bulat
kata-kata musuh adalah kebodohan yang membinasakan
6. Islam tidak kalah karena
ajaran agama ini. Sebaliknya kalah karena penyelewengan orang Islam terhadap
agama sendiri
7. Bujukan musuh itu beracun, dan
racunnya mampu membunuh jamaah
8. Pengkhianat tidak akan
bahagia. Nikmat mereka hanya sementara
9. Penting untuk berpegang kepada
prinsip. Walau menyusahkan dan payah, ia perisai pertahanan yang utuh dan kuat
10. Tidak ada kerjasama dengan
pihak luar dalam menentang sesama sendiri
Tiga kalimat hikmah yang perlu
diambil iktibar :
1. ما أشبه اليوم بالأمس
" Alangkah samanya hari ini
dengan semalam. "
2. لا تقتلوا أسودكم فتأكلكم كلاب عدوكم
" Jangan kamu bunuh singa di
kalanganmu, niscaya kamu akan dimakan oleh anjing di kalangan musuhmu. "
3. من لا يتعلم التاريخ يعلمه التاريخ
" Barangsiapa tidak belajar
dari sejarah, maka sejarah akan mengajarkannya kembali. "
No comments:
Post a Comment