" Mbah Yai, apa yang
dimaksud dengan zuhud dalam kitab Ihya' Ulumuddin…? "
" Kamu belum paham ya…? "
" Belum, Mbah…"
" Sana, isi bak mandinya
sampe penuh dulu...! "
" Baik, Mbah... "
Lalu si santri bergegas mengisi
dua bak mandi yang besar-besar. Dia menimba air dari sumur
" Sampun Mbah…. Sudah
selesai, Mbah...! "
" Capek gak’ kamu….? "
" Enjih, capek, Mbah...."
" Ya sudah, sekarang kamu
mandi dulu. Habis itu ke rumahku
ya..."
" Njih, Mbah…."
Setelah mandi si santri sowan ke
rumah Mbah Kyai Jalil
" Sudah rampung mandinya…? "
" Sudah, Mbah…."
" Airnya kamu habiskan…? "
" Ya mboten, Mbah.
Secukupnya aja…."
" Itulah zuhud. Cari harta
sebanyak-banyaknya tapi dipakai secukupnya. Sisanya biar dimanfaatkan orang
lain…."
Inilah yang disebut ilmu
lelampahan, langsung praktek. Dan kyai kita dahulu banyak yang ahli mengajarkan
semacam ini. Imam Al Ghazali berkata di dalam mukadimah kitab Ihya':
ﻭﻟﻴﺲ اﻟﺰﻫﺪ ﻓﻘﺪ اﻟﻤﺎﻝ ﻭﺇﻧﻤﺎ اﻟﺰﻫﺪ ﻓﺮاﻍ اﻟﻘﻠﺐ ﻋﻨﻪ ﻭﻟﻘﺪ ﻛﺎﻥ ﺳﻠﻴﻤﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺴﻼﻡ ﻓﻲ ﻣﻠﻜﻪ ﻣﻦ اﻟﺰﻫﺎﺩ .
" Zuhud bukan berarti tidak
punya harta. Zuhud adalah kosongnya hati dari ( cinta berlebihan ) kepada
harta. Sungguh Nabi Sulaiman alaihi salam termasuk orang yang Zuhud di dalamnya
kerajaannya "
Bagi kita mungkin secara teoritis
terlihat mudah. Namun dalam kenyataannya, agak sulit... ikan pindang yang akan
kita makan lalu diembat sama kucing, ngejarnya sampai ke luar rumah...
Somoga bermanfaat..
No comments:
Post a Comment