Kemanakah Perginya Air Bekas Memandikan
Jasad Rosululloh SAW…?
Pada kisaran tahun 90-an, dalam
sebuah Muktamar Tingkat Dunia yang
diselenggarakan di Mesir, muncul pertanyaan dari Syeikh Mutawwali Asy-Sya'rawi tentang kemanakah perginya Air
bekas Memandikan Jasad Rosululloh Saw…?
Semua peserta Muktamar yang
merupakan para Ulama perwakilan dari
berbagai Negara itu tak ada yang mampu menjawab. Karena pertanyaan tersebut menarik dan belum pernah
dibahas dalam sejarah Islam sebelumnya,
maka sang pimpinan Muktamar meminta waktu untuk mencari jawaban tersebut. Beliau berkata bahwa besok
Beliau akan menemukan jawabannya.
Sepulangnya dari Muktamar, sang
pimpinan langsung masuk ke perpustakaan
dan membuka seluruh Kitab, guna mencari jawaban
dari pertanyaan tersebut. Namun setelah semua Kitab dibuka, tak ada satupun kalimat yang membahas pertanyaan
tersebut.
Karena kelelahan, akhirnya Beliau tertidur dan saat
tidur itulah Beliau bermimpi bertemu
dengan Rosululloh Saw yang sedang bersama seorang pembawa Lentera. Bak pucuk dicinta ulam pun
tiba, Beliau menggunakan kesempatan
tersebut untuk meminta jawaban yang dicarinya langsung kepada Rosululloh Saw dan Rosululloh Saw memberi
Isyarat agar Beliau bertanya kepada
pemegang Lentera disampingnya, " Tanyalah kepada Shohibul Qindil ( Lentera ). "
Shohibul Qindil menjawab :
" Air tersebut naik ke Langit dan turun kembali ke Bumi bersama
Hujan. Setiap Tanah yang dijatuhi Air
tersebut, maka di kemudian hari akan didirikan sebuah Masjid ".
Keesokan harinya, berdirilah sang
pemimpin Muktamar untuk memberikan
jawaban tentang perginya Air bekas Memandikan Jasad Rosululloh Saw.
Semua yang hadir terkagum-kagum.
Syeikh Mutawwali yang mengajukan
pertanyaan tersebut, bertanya lagi :
" Darimana engkau mengetahuinya…? ".
Sang pimpinan Muktamar menjawab :
" Dari seseorang yang saat itu sedang
bersama Rosululloh dalam mimpiku semalam ".
Syeikh Mutawwali bertanya lagi :
" Apakah ia membawa Qindil…? "
" Bagaimana engkau tahu…? ",
tanya balik sang pimpinan.
" Karena akulah Shohibul
Qindil tersebut ". Jawab Syeikh Mutawwali.
Kisah ini amat Masyhur di
kalangan Ulama, terlebih di Mesir.
Sekalipun banyak saksi mata yang
menyaksikan langsung peristiwa ini,
namun Ulama-Ulama dari kelompok Wahabi yang kala itu hadir juga, sedikitpun tidak mempercayai kisah ini,
kecuali Syeikh Umar Abdul Kafi.
Beliau mengatakan bahwa dirinya
telah banyak melihat berbagai Karomah
dalam diri Syeikh Mutawwali Asy-Sya'rawi, namun Beliau enggan mengakuinya karena keyakinan yang dianutnya (
Faham Wahabi ) menolak adanya Karomah.
Tapi untuk kali ini, Alloh Swt
telah menumbuhkan keyakinan dalam
Dadanya, sehingga ia yang seorang wahabi mempercayai kisah ini. Ia lalu keluar dari Wahabi dan
masuk ke dalam Faham Ahlussunnah Wal
Jama'ah.
۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
° Sumber Majelis Ta'lim
Almunawwarah (Hadratus Syeikh Arifin Bin Ali Bin Hasan)
No comments:
Post a Comment