Tawassul yang masyru’ ( yang disyari’atkan ) ada 3 macam ( 1
), yaitu :
Tawassul dengan Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah.
Yaitu seseorang memulai do’a kepada Allah dengan mengagungkan,
membesarkan, memuji, mensucikan, terhadap Dzat-Nya yang Mahatinggi,
Nama-Nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi kemudian berdo’a
dengan apa yang Dia inginkan dengan menjadikan pujian, pengagungan, dan
pensucian ini hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Dia mengabulkan do’a
dan mengabulkan apa yang seseorang minta kepada-Nya dan Dia pun mendapatkan apa
yang dia minta kepada Rabb-nya.
Dalil dari Al-Qur-an tentang tawassul yang masyru’ ini adalah
firman Allah Ta’ala :
الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِھَا وَذَرُوا الَّذِینَ یُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِھِ سَیُجْزَوْنَ مَا كَانُوا یَعْمَلُونَ وَ َِِّ
“ Hanya milik Allah Asma-ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut Asma-ul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang
dari kebenaran dalam (menyebut) Nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan. ” [Al-A’raaf: 180]
Berkata Abu Yusuf dari Imam Abu Hanifah rahimahullah : “Tidak
sepantasnya bagi seseorang untuk berdo’a kepada Allah kecuali dengan Nama-Nama
dan sifat-sifat-Nya. Dan tidak diragukan lagi apabila telah shahih dari Nama- Nama
Allah, maka begitu juga dalam sifat-sifat-Nya. Karena sebagian Nama-Nama Allah
berasal dari sifat-sifat-Nya. Dan tidak masuk akal apabila sifat-sifat itu ada
bagi sesuatu yang tidak memiliki dzat.
Dalil dari As-Sunnah tentang tawassul yang masyru’ ini adalah
hadits yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya Radhiyallahu
anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seseorang
mengucapkan :
اَللَّھُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ، لاَ إِلَھَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِیْكَ لَكَ، اَلْمَنَّانُ، یَا بَدِیْعَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، یَاذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ، یَا حَيُّ یَا قَیُّوْمُ، إِنِّي أَسْأَلُكَ ( الْجَنَّةَ وَأَعُوْذُ
.( بِكَ مِنَ النَّارِ
“ Ya Allah, aku mohon kepada-Mu. Sesungguhnya bagi-Mu segala
pujian, tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau Yang
Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Mu, Maha Pemberi nikmat, Pencipta langit dan bumi
tanpa contoh sebelumnya. Ya Rabb Yang memiliki keagungan dan kemuliaan, ya Rabb
Yang Mahahidup, ya Rabb yang mengu-rusi segala sesuatu, sesungguhnya aku mohon
kepada-Mu agar dimasukkan ( ke Surga dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa
Neraka ).”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
.لَقَدْ دَعَا للهَ بِاسْمِھِ الْعَظِیْمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِھِ أَجَابَ، وَإِذَا سُئِلَ بِھِ أَعْطَى
“ Sungguh engkau telah meminta kepada Allah dengan Nama-Nya
yang paling agung yang apabila seseorang berdo’a akan dikabulkan, dan apabila
ia meminta akan dipenuhi permintaannya. ( 2 ) ”
Juga hadits lain yang diriwayatkan dari Anas bin Malik,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a:
.یَاحَيُّ یَا قَیُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِیْثُ أَصْلِح لِى شَأْنِي كُلَّھُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفسِيْ طَرْفَةَ عَیْنٍ
Wahai Rabb Yang Mahahidup, wahai Rabb Yang Mahaberdiri sendiri
(tidak butuh segala sesuatu) dengan rahmat- Mu aku meminta pertolongan,
perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku meski sekejap mata sekali
pun (tanpa mendapat pertolongan-Mu).” [ 3 ]
*******
[ 1 ]. Diringkas dari at-Tawassul Anwaa’uhu wa Ahkamuhu oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Daarus Salafiyah, th. 1405 H;
Majmuu’ Fataawaa wa Rasaa-il (II/335-355) oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin;
dan Haqiiqatut Tawassul al-Masyru’ wal Mamnuu’, tash-hih Syaikh ‘Abdullah bin
‘Abdurrahman al-Jibrin.
[ 2 ]. HR. Abu Dawud (no. 1495), an-Nasa-i (III/52) dan Ibnu
Majah (no. 3858), dari Sahabat Anas bin Malik z. Lihat Shahiih Ibni Majah
(II/329).
[ 3 ]. HR. An-Nasa-i, al-Bazzar dan al-Hakim (I/545).Hadits
ini hasan, lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib (I/417, no. 661).
No comments:
Post a Comment