Jika tak
dapat berkelit dari hukuman, maka bukan Abu Nawas namanya. Ia selalu memiliki
banyak cara dan alasan agar lolos dari hukuman.
Dengan
tenangnya Abu Nawas ini menduduki singgasana raja, bahkan ia sampai menjual
harga diri rajanya agar lolos dari hukuman.
MENDUDUKI SINGGASANA RAJA.
Setelah
semalamam dipikirkan, Abu Nawas menemukan cara jitu untuk keluar dari
lingkungan istana.
Pada
keesokan harinya, ia sengaja bangun pagi-pagi sekali kemudian pergi ke ruang
utama istana. Saat itu suasana masih sepi, hanya terdapat beberapa pengawal.
Raja Harun sendiri masih terbaring di tempat tidurnya, Pada saat itulah Abu
Nawas mendekati singgasana raja dan mendudukinya. Tak hanya itu saja, Abu Nawas
juga mengangkat kaki dan menyilangkan salah satu kakinya seolah-olah dialah
rajanya.
Melihat
kejadian itu, beberapa pengawal kerjaaan terpaksa mengangkap Abu Nawas. Mereka
menilai bahwa siapapun tidak berhak duduk di singgasana raja kecuali Raja Harun
sendiri.
Barang
siapa yang menempati tahta raja, termasuk dalam kejahatan yang besar dan
hukuman mati yang diberikan.
Para
pengawal menangkap Abu Nawas kemudian menyeretnya turun dari tahta dan
memukulinya.
Mendengar
teriakan Abu Nawas yang kesakitan, raja menjadi terbangun dan menghampirinya.
'Wahai
pengawal, apa yang kalian lakukan?" tanya raja.
"Ampun
Baginda, Abu Nawas telah lancang duduk di singgasana Paduka, kami terpaksa
menyeret dan memukulinya," jawab salah seorang pengawal.
Sesaat
setelah itu, AbuNawas tiba-tiba saja menangis. Tangisannya sengaja ia buat
kencang sekali sehingga banyak menyita perhatian penduduk istana lainnya.
"Benarkah
yang dikatakan pengawal itu wahai Abu Nawas?" kata Raja Harun.
"Benar
Paduka," jawan Abu Nawas.
Raja
sangat terkejut dengan penuturan Abu Nawas itu. jika sesuai peraturan yang ada,
Abu Nawas akan dikenai hukuman mati. Namun, Raja Harun tak sampai hati
melaksanakannya mengingat begitu banyak jasa yang diberikan Abu Nawas kepada
kerajaan.
"Sudahlah,
tak usah menangis. Jangan khawatir, aku tidak akan menghukummu. Cepat hapus air
matamu," ucap sanga raja.
"Wahai
Baginda, bukan pukulan mereka yang membuatku menangis, aku menangis karena
kasihan terhadap Paduka," kata Abu Nawas yang membuat raja tercenganng
oleh ucapan itu,
'Engkau
mengasihaniku?" tanya Raja Harun.
"Mengapa
engkau harus menagisiku?" kata raja lagi.
Harga Diri
Raja Tercoreng .
Abu Nawas
menjawab,
"Wahai
raja, aku Cuma duduk di tahtamu sekali, tapi mereka telah memukuliku dengan
begitu keras. Apalagi paduka, paduka telah menduduki tahta selama dua puluh
tahun. Pukulan sepertiapa yang akan paduka terima? Aku menangis karena
memikirkan nasib paduka yang malang," jawab Abu Nawas.
Jawaban
itu membuat raja tak bisa berbuat apa-apa.
Ia tak
menyangka Abu Nawas menjual harga dirinya di depan banyak pengawal. Oleh karena
itu, Raja Harun hanya menghukum Abu Nawas untuk dikeluarkan dari istana.
"Baiklah
jika demikian, mulai detik ini kamu harus keluar dari istanaku," kata raja
sedikit geram.
"Terima
kasih paduka, memang itulah yang saya kehendaki," balasAbu Nawas sambil
menyalami Raja Harun untuk kemudian pamit keluar dari istana. .
No comments:
Post a Comment